29. More Than a Happiness

10.1K 517 15
                                    

Happy Reading ^^

_____________________

1 tahun kemudian

Reka tidak pernah bosan untuk melihat proses kelahiran putrinya yang ia abadikan dalam rekaman video. Tiga bulan yang lalu, Mikha sudah melahirkan anak mereka dengan proses kelahiran normal. Mikha melahirkan seorang bayi perempuan yang diberi nama Arabella Autumn Filipus. Bayi yang begitu cantik seperti ibunya. Dalam rekaman video itu terlihat Mikha yang sedang berjuang untuk melahirkan bayi mereka. Reka sendiri selau ada di samping Mikha, menggenggam erat tangan Mikha. Hingga mereka mendengar suara tangis anak mereka untuk pertama kali.

Perasaan Reka saat pertama kali menjadi seorang ayah? Tentu luar biasa dan tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Mungkin jika ada kata yang bisa mendeskripsikan lebih dari kata bahagia itu, maka begitulah perasaan Reka. Ia lebih dari sekedar bahagia. Ia merasa dunianya hanya terpusat pada Mikha dan buah hati mereka.

"Menonton video itu lagi?" Mikha naik ke atas ranjang setelah ia berhasil menidurkan putri mereka yang hari ini sangat rewel.

"Aku tidak pernah bosan melihatnya, Sayang. Ara sudah tidur?" tanya Reka. Ya, Reka memang sengaja memanggil putri mereka dengan panggilan Ara.

"Sudah. Hari ini susah sekali membuatnya tidur lelap. Sepertinya malam ini kita harus begadang lagi." Mikha menghela nafas berat sejenak.

Reka segera menarik bahu Mikha untuk bersandar di sampingnya yang sedang setengah duduk di ranjang. Kemudian sebelah tangan Reka merangkul Mikha dan meletakkan kepala Mikha di bahunya. Jemari Reka yang ada di bahu Mikha memijat bahu perempuan itu pelan.

"Apakah melelahkan menjadi seorang ibu?" Reka bertanya dengan nada lembut.

"Tidak. Aku justru menikmati saat-saat ini. Saat-saat kita harus rela begadang untuk menjaga anak kita. Saat aku harus siap memberikan ASI kapan saja ketika anak kita mulai lapar. Saat aku harus merawat dan menghabiskan seluruh waktuku hanya untuknya. Itu menyenangkan, Sayang."

Reka tersenyum. Tangannya kini beralih ke kepala Mikha dan mengelus rambut istrinya pelan. "Aku juga menikmati saat-saat mengganti popoknya. Kamu tahu, mungkin kita adalah orangtua yang paling bahagia saat ini."

"Ya, kita adalah orangtua yang paling bahagia. Tapi, maafkan aku jadi tidak begitu memiliki banyak waktu denganmu." Mikha menarik tubuhnya agar ia bisa melihat Reka lebih jelas. Mereka berpandangan lama. Reka dapat merasakan kelelahan dari sorot mata Mikha.

"Tidak apa-apa, Sayang. Anak kita lebih membutuhkan ibunya. Toh, aku masih bisa memilikimu saat ia sedang tidur. Seperti saat ini," bisik Reka penuh arti.

Mikha tersenyum melihat pandangan Reka yang mengisyaratkan bahwa suaminya saat ini memang sedang sangat menginginkannya. Ia dan Reka selama tiga bulan ini memang tidak pernah bermesraan karena Mikha yang terlalu fokus dengan Ara. Saat akan tidur saja, Mikha sudah terlihat kelelahan sehingga Reka menutuskan untuk mengalah. Tetapi kali ini Reka ingin egois sehari saja. Ia benar-benar merindukan kehangatan tubuh istrinya itu.

"Apakah kamu lelah? Jika kamu lelah lebih baik tidak usah saja," ijin Reka secara tidak langsung.

"Ayo kita lakukan. Mumpung Ara sedang tidur. Aku juga rindu sekali dengan malam-malam panas kita. Rasanya sudah lama sekali, ya?"

Reka terkikik geli, "sudah lebih dari tiga bulan, Sayang."

Mikha tertawa mendengar itu dan tanpa basa basi lagi ia mendekatkan wajahnya pada Reka. Tertawa sebentar saat bibir mereka baru akan bertemu.

"Kenapa tertawa, Sayang? Kamu sungguh merusak suasana romantic kita," keluh Reka tanpa menjauhkan wajahnya.

Mikha menggeleng. "Tidak apa-apa. Aku hanya ingin tertawa."

Autumn's AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang