15. Reka, Please Marry Her...

8.1K 494 7
                                    

Reka POV

Hari ini rasanya berat sekali untuk meninggalkan rumah. Entah mengapa sejak bangun di pagi hari, aku diliputi perasaan yang tidak enak. Perasaan takut terjadi sesuatu dengan Mikha dan bayi di dalam kandungannya. Tetapi aku tidak bisa berdiam diri di rumah, hari ini aku harus mengurus pekerjaan dan bertemu dengan klien yang sangat penting di kantor. Setelah menikah, memang banyak pekerjaan kantorku yang menjadi terbengkalai.

Sampai saat ini pun, aku selalu tidak pernah fokus dengan pekerjaanku. Setiap kali tiba di kantor pagi hari, setiap kali itu pula aku ingin segera kembali pulang. Seluruh pikiranku selalu tertuju pada Mikha dan bayi dalam kandungannya.

Saat tiba di kantor, perasaan cemas itu semakin menjadi-jadi. Beberapa kali aku salah menandatangani dokumen yang cukup penting. Arrrgghh!!! Rasanya ingin pulang sekarang juga. Persetan dengan pekerjaanku dank lien penting itu. Lebih baik aku memastikan bahwa Mikha baik-baik saja.

Aku berdiri dan bersiap untuk pulang, tiba-tiba ponselku berbunyi dan menampilkan nama Mikha, dengan cepat aku mengangkat panggilannya.

"Halo, Sayang?"

"Halo, benar ini Tuan Ara?"

Aku mendengar suara berat seorang laki-laki. Ada apa ini?

"Iya, siapa anda?"

"Maaf, saya hanya ingin memberitahu bahwa istri anda tadi pingsan saat berada di dalam café dan sekarang sedang dibawa ke rumah sakit terdekat."

"Katakan nama rumah sakitnya cepat!"

Laki-laki itu memberitahu di rumah sakit mana Mikha dibawa, aku segera menutup panggilan dan bergegas menuju rumah sakit. Sepanjang perjalanan aku benar-benar dilanda kekalutan dan kekhawatiran. Bagaimana mungkin Mikha berada di dalam café? Bukankah aku sudah mengunci rumah agar ia tidak bisa keluar? Jangan-jangan...

Tidak! Ia tidak boleh bertemu dengan Naoki!

Aku mempercepat laju mobilku, untung siang ini Jakarta tidak begitu macet karena bukan jam-jam sibuk. Saat tiba di rumah sakit, aku langsung menuju resepsionis untuk bertanya dimana ruang Mikha dirawat. Saat aku sudah berada di depan ruang rawatnya, aku melihat Ibu sudah berjaga di depan pintu.

"Bu, apa yang terjadi dengan Mikha?" tanyaku sangat khawatir.

"Mikha tidak apa-apa. Ia hanya pendarahan ringan. Tetapi kata dokter kandungannya lemah dan rawan keguguran," jawab Ibu yang aku rasa sedikit dingin.

Tubuhku lemas seketika. Selama ini aku selalu protektif dengan Mikha. Aku selalu menjaga janin dalam kandungannya. Tetapi mengapa? Mengapa saat ini ia mengalami hal seperti ini? Apakah... ia bertemu dengan Naoki dan akhirnya terguncang mendengar berita bahwa aku... Ya Tuhan, aku tidak menginginkan akhir yang seperti ini!

"Bu, bolehkah aku masuk?"

"Silahkan saja, kamu suaminya, kan?" ada nada sedikit ketus dari ucapan Ibu. Aku tidak peduli, saat ini yang aku pedulikan adalah aku bisa bertemu dengan Mikha dan menjelaskan semuanya.

Aku segera masuk ke dalam ruang rawat. Aku melihat Mikha setengah duduk di ranjang. Ia sedang melamun dan tidak menyadari kehadiranku. Aku duduk di sampingnya dan menggenggam tangannya membuat ia sedikit tersentak karena terkejut.

"Aku disini, Sayang. Kamu akan baik-baik saja." Tanganku terulur untuk merapikan anak rambut yang jatuh di dahinya. Aku melihat matanya sedikit bengkak da nada bekas air mata yang mengering. Tiba-tiba aku merasakan hatiku seperti disayat-sayat. Tolong jangan katakan padaku jika kamu sudah mengetahui semuanya, mohonku dalam hati.

Aku mencium punggung tangannya, tapi sedetik kemudian ia menarik tangannya dari genggamanku. Aku menghela nafas berat, sepertinya hari yang paling aku takutkan akan segera tiba. Tapi mengapa dalam kondisi seperti ini? Kenapa badai itu datang saat kondisi kandungan Mikha lemah dan rawan keguguran?

Autumn's AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang