Mikha merasa kehidupannya selama satu bulan ini jungkir balik. Pertemuannya dengan Ara yang tak terduga, hingga lamaran Ara yang tiba-tiba. Bayangkan saja, Ara membawanya ke sebuah gedung pertunjukan orkestra hanya untuk melamarnya! Setiap kenangan manis mereka amat membekas dalam benak Mikha. Tidak banyak yang mereka lakukan, kebanyakan hanya duduk diam di kursi taman dan menemani Ara hunting foto. Bagi Mikha, setiap detik bersama Ara merupakan detik-detik paling berharga dalam hidupnya. Ia bahkan mampu sedikit melupakan kenangan yang memang sangat ingin ia lupakan. Kenangan tentang cinta pertamanya yang hilang dan tidak pernah kembali. Bodoh memang jika ia masih menunggu cinta pertamanya selama sepuluh tahun lamanya. Pangeran kecilnya tidak akan kembali. Dan saat ini Tuhan berbaik hati memberikan pangeran yang lebih baik untuknya.
Mikha sadar ia tidak bisa terlalu larut dalam kesedihan dan keadaan. Ia berhak untuk bahagia, jadi tidak ada salahnya ia menerima lamaran Ara. Bukan karena coba-coba atau karena tidak ada pilihan, tetapi dalam benak Mikha, Mikha merasa bahwa Ara adalah laki-laki yang baik dan bisa menjaganya. Ia tidak pernah melihat Ara secara langsung. Ia belum terlalu mengenal Ara. Tetapi suara hati Mikha selalu berteriak bahwa ia memang mendambakan kehadiran Ara dalam tiap hari yang ia lewati. Debaran jantung yang tidak normal serta hati yang terus berdesir saat bersama dengan Ara bisa menjadi bukti bahwa Mikha memang mencintainya. Ia memang buta, tetapi ia yakin cintanya tidak buta.
Hari ini Mikha tidak pergi ke taman. Ia hanya menunggu Ara menjemputnya, mereka sudah janji untuk fitting gaun pengantin. Ara memang tidak menjanjikan akan mengadakan sebuah pesta pernikahan yang mewah. Ara menginginkan pesta yang sederhana dan hanya dihadiri oleh kerabat dekat. Tidak masalah bagi Mikha, karena yang terpenting bukan mewahnya sebuah pesta pernikahan, tetapi bagaimana mereka menjalani hidup setelah menikah. Mikha tau, Ara yang mempersiapkan pernikahan mereka hanya dalam waktu satu bulan. Terlalu singkat memang, tapi bagaimana lagi, jika Ara sudah memiliki kemauan maka tidak ada yang bisa menghentikannya. Satu lagi sifat Ara yang berhasil Mikha pelajari.
Suara ketukan pintu rumah membuat Mikha sedikit terlonjak. Ia melangkah pelan menuju ambang pintu. Jangan ditanya apakah Mikha butuh bantuan tongkat untuk menuntunnya berjalan, ia sudah hafal seluruh sudut dan sisi dalam rumahnya bahkan hingga jalan menuju taman. Ia hanya memiliki keyakinan bahwa ketika Tuhan mengambil salah satu indranya, maka indra yang lain justru akan menjadi lebih kuat. Dan itulah yang menjadi penuntunnya selama ini. Mikha membuka daun pintu dengan bersemangat. Ia segera memeluk seseorang yang sudah berada di depannya. Aroma yang sama. Aroma patchouli yang sudah dua bulan ini menjadi aroma favoritku.
"Aku merindukanmu," bisik Ara serak di telinga Mikha.
"Hentikan omong kosongmu, Ara. Belum lebih dari 12 jam sejak terakhir kali kita bertemu," canda Mikha sambil melepaskan pelukannya. Mikha memang lebih banyak tersenyum sekarang. Seakan beban yang menghimpitnya selama ini hilang begitu saja.
"Kamu benar dan tiak lebih dari 12 jam aku tidak melihatmu sudah membuatku tersiksa. Sudah siap, Nyonya Ara?" goda Ara yang membuat pipi Mikha merona. Mikha mengangguk malu. Ara segera menuntun Mikha masuk ke dalam mobil.
"Kamu lebih sering membawa mobil sekarang," bukan pertanyaan melainkan pernyataan yang dilontarkan oleh Mikha.
"Aku rasa lebih praktis. Dan kebetulan adikku sukarela meminjamkan mobilnya padaku. Bukankah kebaikan orang harus kita terima?"
"Kamu memang paling pandai bicara, Tuan Ara," ujar Mikha dengan nada formal. Ara yang berada di balik kemudia hanya tertawa mendengar komentar Mikha yang bernada menyindir.
***
Ara dan Mikha sudah tiba di salah satu butik yang cukup terkenal. Mikha sedikit heran saat ia tau Ara membawanya kemari. Ara bilang ia menginginkan pesta yang sederhana tetapi kenapa justru mereka pergi ke butik mahal dan terkenal hanya untuk gaun pengantin? Saat mereka masuk ke dalam, pelayan sudah menyambut mereka dengan ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Autumn's Amour
RomanceNO COPAS/REMAKE TANPA IJIN AUTHOR!!! BELUM REVISI EYD... ---------------------------- "Bukan keinginanku untuk terlahir buta. Namun aku sungguh beruntung karena memiliki suami yang begitu mencintaiku dengan segala kekurangan fisik yang aku miliki. D...