Author POV
Keheningan panjang itu menyelimuti mereka. Lama sekali Mikha terdiam setelah mendengar semua pengakuan Reka. Reka sendiri tidak berani berbicara apa-apa lagi. Ia siap untuk dicaci maki. Ia siap untuk menerima segala rasa kecewa dan kemarahan Mikha. Tetapi, ia tidak siap ditinggalkan. Ia tidak akan pernah siap untuk ditinggalkan istri yang sangat ia cintai.
Reka melihat Mikha yang lebih memilih untuk memandang dinding di depannya. Ia sama sekali tidak mau memandang ke arahnya, namun juga tidak ada gurat kemarahan dari wajahnya. Apakah ini pertanda baik? Atau justru di balik wajah tenang Mikha menyimpan bom yang siap membuat tubuh dan hatinya hancur berkeping-keping? Justru ini yang membuat Reka sangat ketakutan. Lebih baik melihat Mikha menumpahkan amarahnya daripada harus melihatnya diam tanpa ekspresi seperti ini.
"Mikha, maafkan aku?" Reka bahkan sudah tidak berani menyentuh Mikha.
Perlahan, Mikha memandang Reka lama. Ia masih tetap diam dan datar. Dipandang dengan cara seperti itu membuat Reka menundukkan kepalanya. Ia tidak berani menatap langsung ke dalam manik mata Mikha.
"Katakan apa saja. Maki aku. Hukum aku. Asal aku bisa mengetahui bagaimana perasaanmu saat ini. Kumohon?" desis Ara nyaris seperti bisikan.
"Lebih baik kita memikirkan lagi tentang pernikahan ini," ujar Mikha datar tanpa ada penekanan.
Reka melebarkan matanya, "Apa maksudmu... apa kamu berniat untuk..." Reka tidak sanggup melanjutkan kata-katanya. Ia bahkan sudah tidak mampu lagi berkata. Bibirnya bergetar dan terkunci begitu saja. Rasa takut kehilangan yang begitu besar membuat otak Reka tidak mampu berpikir lagi.
"Lebih baik kita tidak usah bertemu dulu," putus Mikha.
"Mikha, bisakah kita membicarakan ini baik-baik? Kamu bahkan sudah berjanji tidak akan pernah meninggalkan aku." Reka mencoba untuk menyentuh tangan Mikha, tetapi perempuan itu menepisnya dengan cepat. Hati Reka terkoyak seketika.
"Apakah kamu lupa bahwa aku tidak pernah berjanji padamu? Aku mengucapkan janji itu untuk Ara!"
Deg!
Jantung Reka rasanya berhenti berfungsi. Ia bahkan gagal menyeimbangkan tubuhnya sendiri sehingga oleng ke belakang. Apakah tidak ada sedikit hati untuknya? Ah, Reka, kamu terlalu berharap banyak, bahkan kamu sendiri tidak punya hati sampai tega membohonginya sedemikian rupa! Sangat pantas jika ia meninggalkanmu sekarang juga! Kamu yang sejak awal sudah menggali lubang untuk dirimu sendiri! Hati kecil Reka mengingatkan.
"Mikha, kumohon maafkan aku..." Reka masih memohon. Ia berlutut di samping Mikha. Tangannya mencoba untuk menangkap tangan Mikha lagi, namun Mikha kembali menepis dengan lebih keras. Reka menunduk, bibirnya bergetar. Ia memang salah. Seharusnya ia siap menerima resiko ini.
"Apakah maaf bisa mengembalikan Ara? Apakah maaf bisa mengembalikan semuanya menjadi seperti semula?" tanya Mikha, matanya menatap tajam ke arah Reka.
"Tidak, Mikha. Gelas yang sudah habcur tidak akan pernah kembali utuh," jawab Reka pilu.
"Aku dulu memang buta. Aku bahkan bisa dengan mudah dibohongi. Semua itu masih bisa aku terima. Tapi, apakah aku bisa menerima bahwa gara-gara aku, aku telah mengorbankan satu orang untuk kehilangan nyawanya?! Apa kamu tahu bahwa di hatiku saat ini juga muncul rasa bersalah yang amat besar, Reka?!" pekik Mikha dengan suara tercekat. Mikha masih berusaha mempertahankan benteng yang ia bangun sejak tadi. Ia tidak boleh menangis. Menangis hanya akan membuatnya terlihat lemah.
"Bukan salahmu. Semua ini salahku. Seandainya aku tidak mendengarkan Ara. Seandainya aku tidak memulai semua ini." Reka sudah tidak peduli lagi dengan semua penolakan Mikha. Ia berdiri dan memeluk tubuh istrinya itu yang setengah terduduk. Ia merasakan ada pemberontakan dari Mikha, tetapi tangannya kuat menahan bahu Mikha agar tetap dalam dekapannya. "Tidak apa-apa kamu marah padaku. Tidak apa-apa kamu menghukumku. Tetapi aku mohon jangan pernah merasa bersalah atas apa yg sudah terjadi. Ara... dia sendiri yang memaksa untuk mendonorkan matanya. Aku bahkan sudah berusaha mencegahnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Autumn's Amour
RomanceNO COPAS/REMAKE TANPA IJIN AUTHOR!!! BELUM REVISI EYD... ---------------------------- "Bukan keinginanku untuk terlahir buta. Namun aku sungguh beruntung karena memiliki suami yang begitu mencintaiku dengan segala kekurangan fisik yang aku miliki. D...