Happy reading ^^
----------------------------------Tangan Oscar bergetar saat melihat dokumen yang berada di tangannya. Tidak sia-sia ia menyewa salah satu jasa seorang detektif untuk menyelidiki segala hal yang berkaitan dengan Rendy Garravito. Benar-benar di luar dugaannya. Ia tidak tahu bagaimana reaksi Reka jika mengetahui hal ini. Jujur, ia takut memberitahu Reka kenyataan ini apalagi kondisi Reka masih belum pulih betul. Tetapi bagaimanapun juga, Reka harus mengetahui hal ini.
Oscar menyimpan dokumen itu di dalam laci kantornya. Ia pasti akan memberitahu Reka, tetapi tidak dalam waktu dekat ini. Reka harus benar-benar pulih terlebih dahulu. Mengingat hal itu membuat dada Oscar sedikit sesak, ia lupa, ia belum menyampaikan kabar kurang baik pada Reka.
Aaaahh, mengapa akhir-akhir ini banyak sekali hal kurang baik yang harus ia simpan?!
Oscar mematikan komputer di meja kerjanya dan setelah itu ia bersiap untuk pergi ke rumah sakit. Sudah tiga Reka dirawat, namun masih belum menunjukkan perkembangan yang berarti meskipun kondisinya jauh lebih baik. Tubuhnya masih sangat lemah dan ia kadang kesulitan berbicara. Oscar hanya berharap Reka benar-benar segera pulih. Dan hanya Mikha lah yang bisa menjadi obat paling mujarab untuk Reka.
Pintu ruangannya tiba-tiba terbuka, ia melihat seseorang masuk begitu saja. Ah, dia lagi! ingin rasanya Oscar menghilang sekarang juga, namun ia harus menghadapi kenyataan di depannya.
"Oscar...," sapa seseorang itu dengan pelan.
"Aku disini, Naoki," balas Oscar sedikit acuh.
Naoki tersenyum simpul. Ia kemudian meletakkan sebuah handycam di meja kerja Oscar. Oscar bingung mengapa tiba-tiba Naoki memberinya sebuah handycam.
"Untuk apa kamu memberikan benda ini kepadaku?"
"Lihat saja isinya. Mungkin sangat penting untuk kamu. Aku... aku permisi dulu," Naoki segera membalikkan badannya dan menuju pintu. Tetapi saat ia hampir mencapai pintu, tangannya dicekal oleh Oscar sehingga badannya tertarik dan menghadap langsung ke arah Oscar. "A...ada apa, Oscar?
Oscar sedikit salah tingkah. Ia sendiri bingung mengapa ia mencekal tangan Naoki. Mereka saling berpandangan. Lama. Kemudian Oscar melihat ke perut Naoki. "Bagaimana... kondisinya?"Naoki ikut salah tingkah. Ia ikut melihat perutnya yang masih rata, kemudian mengelus perutnya perlahan. "Dia baik. Aku akan menjaganya dengan baik. Kamu tidak perlu khawatir. Aku pasti bisa menjadi Ayah dan Ibu sekaligus."
Dalam hati Naoki, rasanya ia ingin sekali meneriakkan pada Oscar bahwa ia ingin merawat anak mereka bersama-sama dan menjadi sebuah keluarga. Tetapi rasanya itu tidak mungkin. Ia tidak akan banyak berharap, karena Oscar pasti juga sudah merasa jijik dengannya. Naoki kembali memamerkan senyumnya pada Oscar. Mungkin berpura-pura kuat bisa menjadi cara untuk menekan rasa perih di hatinya.
"Aku... akan bertanggung jawab. Kita akan menikah," putus Oscar tiba-tiba.
Naoki menggelengkap kepalanya dengan cepat. "Tidak Oscar. Tidak perlu, aku tidak ingin kamu merasa terbebani atau terpaksa karena anak ini. Biar aku saja. Biar aku yang..."
Belum sempat melanjutkan kata-katanya, bibir Oscar sudah menutup bibir Naoki. Mereka berciuman lama dan dalam. Naoki bahkan bisa merasakan air mata mulai menetes di pipinya. Entah disebut apa perasaannya saat ini. Lega, senang, terkejut, sedih, hambar. Tetapi ia sadar, bahwa mungkin pernikahan mereka nanti hanya untuk memberikan status pada anak yang dikandungnya.
"Pikirkan baik-baik," pinta Oscar sambil melepaskan ciumannya. Mereka kembali berpandangan. Oscar dapat melihat wajah Naoki yang memerah. "Tapi kamu tentu tahu bahwa aku tidak suka ditolak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Autumn's Amour
RomanceNO COPAS/REMAKE TANPA IJIN AUTHOR!!! BELUM REVISI EYD... ---------------------------- "Bukan keinginanku untuk terlahir buta. Namun aku sungguh beruntung karena memiliki suami yang begitu mencintaiku dengan segala kekurangan fisik yang aku miliki. D...