Selamat malam semua...
Maaf baru bisa updateHappy reading
Enjoy ya,..###
*Flashback*
Rizal dan teman-temannya sudah selesai menghadapi sidang skripsi beberapa hari yang lalu. Semua lulus ujian skripsi. Hanya menunggu pengumuman kelulusan dan wisuda saja.
Hari ini, seperti biasa, mereka sama-sama ada waktu longgar sehingga mereka berkumpul dalam makan malam yang kali ini diadakan di rumah Rizal. Setelah makan malam berakhir, Nisa dan Fanny membantu beres-beres di meja makan dan dapur, walaupun sudah dilarang oleh Fatimah, ibunya Nisa.
Sementara para lelaki asyik mengobrol dan bercanda di ruang tengah, termasuk Yahya, ayahnya Rizal dan Nisa. Selesai membantu di dapur, Nisa, Fanny dan Fatimah ikut berkumpul dan mengobrol di ruang tengah. Hingga tak terasa hari sudah mulai larut. Teman-teman Rizal dan Nisa berpamitan pulang.
Sebenarnya Rizal ingin mengantarkan Fanny pulang, namun Hasan mendahuluinya dengan mengatakan bahwa dia yang akan mengantar Fanny pulang. Lagi pula mereka bertetangga dan Hasan juga sedang membawa mobil ayahnya, jadi Rizal tidak perlu khawatir Fanny akan sakit karena naik motor.
"Kamu bisa jelaskan padaku sekarang" kata Hasan sambil tetap fokus menyetir saat mereka, dia dan Fanny, sudah dalam perjalanan pulang.
"Apa yang harus aku jelaskan?" tanya Fanny tidak mengerti.
Hasan menghela nafas pelan. "Sejak sebelum ujian skripsi, aku beberapa kali memperhatikanmu. Kamu kelihatan gelisah. Ada masalah apa?" tanya Hasan dengan wajah serius dan pandangan tetap ke arah jalan di depannya.
Fanny mendengus, menyadari dirinya tidak bisa menyembunyikan perasaan dan pikirannya dari sahabatnya satu ini. "Terlihat sekali, ya?"
"Aku sedang ga ingin bercanda, Tif." ucap Hasan dengan nada datar. "Jadi cepatlah cerita. Sejak kamu jadian sama Rizal, kamu hampir ga pernah curhat-curhatan padaku lagi. Sekarang ceritakan padaku, apa yang mengganggu pikiranmu selama beberapa minggu ini?"
Fanny menghela nafas. Mencoba menenangkan diri dan mengumpulkan tenaga untuk memulai ceritanya. "Aris kembali." ucapnya singkat.
Hasan tanpa sadar menginjak rem mobilnya. Matanya melebar. Kaget dengan kalimat singkat sahabat yang duduk di sampingnya ini. Untung saja saat ini jalanan sedang sepi dan tidak ada kendaraan lain di belakangnya, hanya ada beberapa mobil yang jalan berlawanan arah dengan mereka. Ia beberapa kali mengerjapkan matanya untuk mengumpulkan kesadarannya saat Fanny hanya diam sambil menunduk takut. Ya. Fanny takut bercerita pada Hasan tentang apa yang mengganggunya selama beberapa minggu terakhir.
Saat benar-benar sadar dari pikirannya, Hasan kembali menjalankan mobilnya, pelan.
"Kapan dia kembali?" tanya Hasan berusaha terlihat tenang tanpa melihat Fanny.
Fanny tetap menunduk, melihat jemarinya yang saling bertautan di pangkuannya. "Sehari sebelum kita kumpul di cafenya Bima." jawabnya.
Hening. Mereka tampak sibuk dengan pikiran masing-masing. Hingga tanpa sadar mobil yang mereka naiki sudah berhenti di depan rumah Fanny. Namun Fanny tidak langsung turun. Dia malah diam dan tetap duduk manis di kursi samping pengemudi.
"Dia ingin aku kembali padanya." kata Fanny tiba-tiba setelah diamnya.
Hasan spontan menoleh pada Fanny. Mencoba melihat bola mata gadis cantik yang duduk di sampingnya itu untuk mencari kebenaran dari kalimat yang baru saja diucapkan. Namun Fanny menunduk sehingga Hasan tidak bisa melihat apa yang ingin dilihatnya. Ia hanya melihat wajahnya dari samping, matanya yang setengah tertutup menyembunyikan air mata yang sudah ingin keluar dari tadi. Hidung kecil mancungnya yang normal untuk orang Indonesia. Bibirnya yang seksi dilapisi oleh lipstick merah bata.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Girl between Boys (END)
Teen FictionAnnisa Rahma Al Azhar bertemu kembali dengan kekasihnya setelah sekian tahun berpisah tanpa ada kata perpisahan. Akankah dia bisa bersatu kembali dengan kekasihnya yang kini sama sekali tidak ingat padanya. Sementara kakaknya, Rizal Khalif Al Azhar...