~Lamaran~

296 13 4
                                    

Enjoy...

###

Hasan memandang Nisa tanpa berkedip saat gadis itu masuk ke dalam ruang tamu rumahnya dengan seragam putih-biru. Hari ini adalah hari pertama gadis itu masuk SMP. Rambutnya dikepang empat dengan pita warna kuning di setiap ujungnya. Wajahnya yang polos terlihat sedikit kusut, mungkin karena kegiatan yang padat di sekolahnya yang masih menjalani MOS.

Ia sendiri masih menggunakan seragam putih abu-abunya yang belum ia lepaskan sepulang sekolah. Ia dan tiga sahabatnya memang sudah berencana untuk berkumpul di rumahnya sepulang sekolah. Hari ini mereka masih belum mendapatkan pelajaran penuh di sekolahnya sehingga pulang lebih awal. Namun Rizal lebih dulu ke sekolah Nisa untuk menjemput gadis itu dan mengajaknya berkumpul di rumahnya.

Hasan masih belum mengalihkan pandangannya dari Nisa saat gadis itu duduk di samping Ray dan Rizal menyusul di sampingnya. Tidak ada yang menyadari tatapan Hasan karena ketiga temannya masih sibuk menikmati camilan yang ada di meja di depan mereka. Sedangkan Nisa sendiri masih asik mengedarkan pandangannya di ruang tamu yang belum pernah ia datangi sebelumnya.

"Makan siang siaaaaap!!!" teriakan gadis yang baru keluar dari dalam dengan seragam putih abu-abu melekat di tubuhnya membuat Hasan mengalihkan pandangannya dari Nisa. "Oh. Nisa juga datang?" tanyanya sedikit terkejut namun senang karena mendapat teman perempuan saat ini. Biasanya hanya ia sendiri yang perempuan saat berkumpul seperti ini. "Ayo kita masuk." ajak gadis bernama Tiffany sambil menggandeng tangan Nisa menuju ruang makan.

Para pria pun mengikuti di belakangnya dengan Bima dan Ray yang masih mengunyah makanan ringan di mulutnya. Mereka berenam menikmati makan siang mereka sambil mengobrol dan bercanda. Sesekali Hasan menatap Nisa dengan pandangan kagum. Memang ini bukan pertama kalinya ia bertemu dengan gadis kecil itu. Ia bahkan sudah menganggap Nisa seperti adiknya. Setiap kali bertemu, ia memperlakukan Nisa seperti ia bersikap pada Tiffany.

Namun kali ini Hasan merasakan perasaan yang berbeda terhadap gadis itu. Seharusnya ia seperti ketiga temannya yang menganggap dandanan rambut Nisa lucu, tetapi tidak merasa begitu. Ia sendiri heran pada dirinya sendiri, kenapa ia malah kagum pada penampilan lucu gadis itu?

Lamunannya buyar ketika Tiffany menyikut lengannya. "Jangan bilang kalau kamu suka sama Nisa." bisik gadis itu.

Hasan tergagap saat menyadari kalau Tiffany memperhatikannya. "Aku...hanya merasa lucu dengan kepangannya." ucapnya kemudian sambil meringis.

***

Nisa sedang duduk di bangku panjang satu-satunya di taman belakang rumah Hasan. Ia melepaskan kepangannya karena Ray dan Bima yang menggodanya dengan mengatakan Nisa makin besar malah makin seperti anak TK. Tentu saja ia tidak terima dan merajuk karena tidak mendapat pembelaan dari kakaknya, Rizal.

"Kenapa dilepas?" tanya Hasan yang menghampiri dan duduk di samping gadis kecil itu.

"Mas Ray bilang Nisa kaya anak TK dengan kepangan ini." kata Nisa sebal. "Padahal Nisa kan cuma melaksanakan tugas sekolah aja."

Hasan tersenyum menenangkan. "Ray dan Bima cuma bercanda, sayang. Jangan masukin ke hati."

Ucapan Hasan membuat pipi gadis itu memanas dan menunduk malu. Hasan sendiri tidak menyadari ucapannya malah mengusap lembut rambut Nisa saat berkata, "Lagipula menurut Mas, kamu malah terlihat makin manis dengan kepanganmu tadi." ia berhenti sejenak dengan tetap tersenyum. "Awalnya tadi Mas juga merasa lucu, tapi setelah Mas melihatmu lebih lama, Mas malah merasa kamu emang sudah besar dan makin manis. Mas suka melihat kamu mengepang rambutmu seperti tadi."

The Girl between Boys (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang