22~ Kamu di mana, Hasan?

200 14 0
                                    

Ada sedikit adegan kekerasan dalam part ini. Mohon jangan ditiru!

Enjoy...

###

Nisa setengah berlari dari pos satpam menuju lift utama. Begitu sampai di lantai yang dituju, ia segera keluar dari lift dengan berjalan cepat menuju meja sekretaris di depan ruangan Rizal. Ini adalah pertama kalinya dia datang ke perusahaan ayahnya. Ia sudah berusaha menghubungi kakaknya tapi tidak ada jawaban sehingga dia terpaksa datang langsung ke kantornya.

Tadi pagi ia masih berada di kampusnya mengurus skripsinya yang baru setengah jalan. Setelah mendapatkan kabar itu ia langsung mengendarai motor maticnya untuk pulang ke rumah. Tapi di tengah perjalanan ia berhenti untuk menghubungi kakaknya hanya untuk mendapatkan jawaban dari wanita operator yang mengatakan bahwa si pemilik ponsel sedang tidak bisa menjawab panggilannya.

Nisa sudah bisa mengatur nafasnya saat ia berdiri tepat di depan meja Cassy. "Mas Rizal ada, Mbak?"

Cassy mendongak dari komputernya. "Iya, ada." jawabnya. "Kamu Nisa, ya?"

Nisa mengangguk dan Cassy menekan tombol intercomnya saat pintu ruangan Rizal terbuka. Kedua gadis itu langsung menoleh pada Rizal yang baru saja keluar dari ruangannya.

"Mas, Mas Hasan menghilang." kata Nisa dengan nada panik saat ia berjalan mendekati kakaknya.

Rizal menatap adiknya beberapa saat tanpa ekspresi. "Lalu kenapa? Bukankah ia sudah pernah menghilang sebelumnya?" tanyanya dengan nada santai. "Nanti kalau dia bosan menghilang paling juga akan muncul kembali."

"Mas. Nisa ga sedang bercanda." kata Nisa kesal. "Mas Hasan benar-benar menghilang. Ga disembunyikan Kak Roni seperti yang sebelumnya. Kak Roni aja ga tahu ke mana Mas Hasan pergi. Ponselnya tidak bisa dihubungi beberapa hari ini. Dia tidak ada di tempatnya Kak Roni. Di rumahnya yang lama juga ga ada. Bibi penjaga rumahnya bilang sudah tidak melihatnya sejak sabtu pagi. Mereka malah berpikir kalau Mas Hasan pulang ke rumah Kak Roni."

"Mungkin itu rekayasa mereka saja, Nisa. Bisa saja Kak Roni sengaja mengabarkan Hasan menghilang hanya untuk membuat kita panik." kata Rizal dengan acuh.

Nisa menghela nafas frustasi. "Untuk apa Kak Roni melakukan itu? Apa untungnya buat dia? Nisa juga menghubungi asisten dan sekretaris Mas Hasan. Dan mereka tidak mungkin berbohong. Dan tidak mungkin Kak Roni menyuruh mereka menyampaikan kebohongan seperti ini."

Sabtu shubuh Hasan menghubungi Nisa untuk mengatakan bahwa ia ingin jalan-jalan pagi di daerah sekitar rumahnya dan berencana akan pulang ke rumah Roni siang harinya. Nisa tidak menghubunginya lagi karena dari pagi ia menghadiri pernikahan Diana, teman SMAnya, mulai dari pemberkatan di pagi hari, dilanjutkan resepsi hingga pesta di malam harinya.

Esok harinya ia baru menghubungi Hasan dan tidak ada jawaban. Dua hari berikutnya Nisa tidak bisa menghubunginya. Hingga siang ini ia mendapat kabar dari Roni bahwa Hasan tidak ditemukan di mana pun. Termasuk di rumah kedua orang tuanya.

Rizal baru akan membuka mulutnya saat Ray dan Bima keluar dari lift dengan wajah panik berjalan cepat mendekatinya.

"Apa kamu tahu kira-kira Hasan pergi ke mana?" tanya Ray saat sudah berdiri di dekat Rizal.

"Apa kalian semua percaya dengan tipuannya?" tanya Rizal tanpa menjawab pertanyaan Ray.

"Hanya kamu sendiri yang menganggap ini tipuan, Zal." balas Bima dengan nada marah tertahan.

"Ada apa dengan kalian semua? Kenapa kalian percaya saja pada mereka?"

"Harusnya kami yang bertanya padamu, ada apa denganmu?" balas Ray dengan emosinya yang sudah meninggi. "Di mana rasa persaudaraanmu? Kamu sudah bukan Rizal yang dulu lagi! Kematian Fanny sukses mengubahmu. Mata hatimu sudah buta! Pendengaranmu sudah tuli! Bahkan jalan pikiranmu sudah buntu sejak Fanny meninggal di mobil Hasan. Kamu masih saja marah dan benci padanya hanya karena Fanny meninggal saat bersamanya. Di mana perasaanmu? Ke mana logikamu? Ke mana akal sehatmu? Apa otakmu sudah tidak berfungsi hanya karena kematian seorang Fanny? Bukankah kamu orang yang beragama? Kematian Fanny sudah merupakan takdir Tuhan yang tidak bisa diubah. Kita tidak bisa selamanya menyalahkan Hasan hanya karena ia lalai saat mengendarai mobilnya dengan membawa Fanny bersamanya."

The Girl between Boys (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang