28~Wymm?

269 15 7
                                    

Selamat membaca
Semoga suka

Enjoy

###

"Minumlah dulu, Mas." ucap Nisa saat meletakkan dua gelas minuman di meja kayu di depan sofa panjang yang diduduki oleh Hasan. Pria itu sengaja berangkat pagi dari rumah Roni untuk bertemu dengan Rizal. Ia merasa harus bicara dengan sahabatnya tentang pernikahan Alya dan Aris yang menurutnya terlalu cepat sehingga membuatnya sakit hati karena Alya tidak pernah memberi tahunya tentang hubungannya dengan Aris.

Gadis yang sudah ia anggap sebagai kakaknya itu menurutnya terlalu cepat membuat keputusan tanpa memberi tahunya dulu sebelumnya. Ia merasa tidak dianggap oleh Alya. Ia ingin meminta saran dari Rizal bagaimana ia harus bersikap dalam menghadapi hubungan Alya dan pria yang pernah membuatnya menderita.

"Terima kasih, Rahma." ucap Hasan sambil meraih segelas minuman di depannya. Ia meneguknya sedikit kemudian meletakkannya kembali di meja. "Apa Rizal masih lama?" tanyanya membuat gadis yang kini duduk di sampingnya mencebik.

"Jadi Mas ke sini untuk menemui Mas Rizal?" tanyanya sebal.

"Sambil menyelam minum air." jawabnya sambil tersenyum manis menggoda pada kekasihnya. "Selain kangen denganmu, Mas juga ada perlu dengan kakakmu. Tapi ternyata Mas harus mengobati kangen Mas sama kamu dulu sebelum menemui calon kakak ipar."

Nisa mencoba menahan agar pipinya tidak memanas dengan mengerutkan hidungnya sambil mendengus sebal karena ucapan kekasihnya. "Memangnya Mas Rizal mau jadi kakak iparnya Mas Hasan?"

"Tentu saja dia harus mau." jawab pria itu dengan semangat. "Kalau tidak, Mas akan menculik adiknya dan kabur sejauh mungkin sehingga dia tidak bisa menemukan kita."

"Memangnya..." Nisa tidak meneruskan kalimatnya saat mendengar bel berbunyi. Ia minta ijin pada Hasan untuk membukakan pintu depan. Namun baru sampai di ruang tamu, pintu depan sudah terbuka dari luar dan masuklah dua sosok pria tampan yang sudah dianggap kakak oleh Nisa, Bima dan Ray. Mereka berdua berjalan santai sambil tersenyum mempesona pada Nisa, namun gadis itu malah mencebik.

"Kalau kalian berniat langsung masuk, kenapa pakai memencet bel segala?!" Nisa bersungut kesal langsung balik badan kembali ke ruang keluarga, di mana Hasan berada.

"Ada apa, adik kecil? Apa kamu ga senang dengan kedatangan kami?" tanya Ray sambil berjalan lebih cepat menyusul Nisa yang sudah hampir masuk ruang keluarga, tapi gadis itu berhenti dan berbalik.

"Ga ada yang senang dengan kedatangan kalian berdua." jawab Nisa kesal lalu masuk ruang keluarga dan duduk di samping kanan Hasan.

"Oh! Pantas saja sudah ada sang pangeran di sini, makanya kedatangan kami jadi ga istimewa lagi." kata Ray saat ia sudah masuk dan melihat Hasan duduk berdampingan dengan Nisa. "Apa kabar, brother?" sapanya saat sudah duduk di samping kanan Nisa.

"Kurang baik." jawab Hasan memasang wajah sedih. "Aku sedang menunggu pacar pertamaku yang tak kunjung datang." tambahnya yang langsung mendapat tamparan di perutnya oleh gadis di sebelahnya. Pria itu pun langsung memegangi perutnya berekspresi berlebihan seolah sedang kesakitan dan Ray hanya bisa cekikikan di tempatnya.

"Ada apa dengan calon suamimu, adik kecil?" tanya Bima yang baru saja masuk dengan membawa sebuah toples berisi keripik kentang yang entah dari mana ia dapatkan.

"Dia habis ditendang kuda betina." Ray yang menjawab saat Bima duduk di sofa single di samping kiri Hasan.

Gadis itu tidak membuang waktu dan segera mencubit perut Ray dengan geregetan sampai pria itu menjerit minta ampun membuat Hasan dan Bima tertawa.

The Girl between Boys (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang