23~ Aku akan pulang

215 12 0
                                    

Enjoy...

###

Hasan masih memejamkan matanya saat seseorang berjalan mendekati kasur yang ia gunakan untuk tidur. Ia menautkan kedua alisnya tanpa membuka matanya. Ia hanya bergumam tidak jelas setelah mendengar suara seorang wanita menyebutkan namanya sambil mengguncang pelan lengannya.

"Biarkan aku tidur sepuluh menit lagi, Kak." gumam Hasan sambil beringsut memunggungi siapapun yang sedang berusaha membangunkannya. Ia menutupi matanya dengan salah satu lengannya.

"Apa kamu tidak bosan berada di kamar terus?" Entah Hasan mendengarnya atau tidak, ia sama sekali tidak bergerak. Nafasnya kembali teratur.

"Roni menunggumu di bawah." ucap wanita itu.

Hening sejenak.

"Aku tahu kakak berbohong. Kak Roni tidak mungkin ke sini." ucap Hasan pelan belum mau membuka matanya.

"Bagaimana kalau dia sedang mencarimu? Dia pasti mencemaskanmu. Kamu sudah berada di sini lima hari."

"Dan ini hari keenam." sahut Hasan sambil membuka matanya kemudian duduk menghadap wanita yang masih berdiri di samping tempat tidur.

"Baiklah. Aku akan pulang, Kak. Aku akan datang ke sini lagi kalau aku benar-benar merindukannya." Ia menoleh ke sebuah pigura yang berdiri di atas nakas yang menampilkan dua sosok anak kecil laki-laki dan perempuan yang saling merangkul dengan senyum lebar. Tangan mereka yang bebas terangkat di samping kepala mereka menunjukkan telapak tangan mereka seperti hendak berhigh five.

Hasan tersenyum tipis pada wanita yang berdiri di depannya. "Aku akan mandi dulu lalu pulang. Tolong Kak Icha bilang pada Mama Vero kalau sebentar lagi aku akan pulang."

"Oke." ucap wanita dipanggil dengan nama Icha oleh Hasan.

Hasan turun dari tempat tidurnya setelah Icha keluar dari kamar yang saat ini ia gunakan sebagai tempat tidur dan aktivitasnya selama beberapa hari terakhir.

Sudah lima hari ia berada di kamar yang membuatnya tidur dengan tenang setelah sekian lama ia sering didatangi oleh mimpi yang selalu mengganggu tidurnya. Dan ia sudah menentukan ini adalah hari terakhirnya menghuni kamar itu. Kamar dari seorang yang ia sayangi. Seorang gadis yang ia anggap sebagai adik perempuannya. Tiffany.

***

Selesai sholat shubuh, Nisa sudah rapi dengan celana trining dan kaos lengan pendek. Ia meraih ponselnya di meja rias dan segera turun menuju dapur.

"Bunda belum turun, Bi?" tanya Nisa pada Bi Suni yang sedang mengupas bawang.

Belum, Mbak." jawab Bi Suni yang langsung menoleh pada Nisa. "Mbak Nisa mau lari pagi?"

"Ga, Bi." jawab Nisa. "Jalan aja. Capek kalau lari. Ya udah, Nisa ke atas dulu."

Nisa langsung mengetuk pintu saat sudah sampai di depan kamar orang tuanya. Tak lama pintu terbuka.

"Bunda, Nisa mau jalan-jalan dulu." ucap Nisa begitu melihat ibunya membuka pintu kamar.

"Sepagi ini?"

"Iyalah, Bunda. Kalau siang kan panas."

"Ya sudah, hati-hati. Waktunya sarapan harus sudah di rumah ya."

"Insya Allah."

Nisa pun mencium tangan Fatimah dan mengucap salam kemudian segera berjalan keluar rumah. Ia berjalan di sepanjang trotoar dengan kedua tangan dimasukkan dalam saku celananya.

Setelah sekitar sepuluh menit berjalan ia merasakan ponselnya bergetar. Ia segera membaca pesan yang masuk.

Yudha A. : "Aku tahu kamu pulang kemarin. Dan aku mau sarapan di rumahmu."

The Girl between Boys (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang