14~Makan Malam

218 20 2
                                    

Hay hay haaaaayyyyy....
Inbaat datang lagiiii

Selamat membaca
Enjoy...

###

"Hey!" teriak Hana saat melihat Nisa berbaring tengkurap di kasur mereka. "Kenapa kamu belum siap-siap? Ini udah setengah tujuh!"

Ya. Malam ini mereka akan menghadiri makan malam yang diadakan oleh bos mereka di restoran yang sudah ditentukan. Namun karena pembicaraan yang melibatkan emosi di ruangan Hasan sebelum pulang kerja tadi membuat Nisa malas untuk datang ke acara makan malam tersebut. Dengan malas Nisa memiringkan tubuhnya ke arah Hana yang sedang bercermin melihat dandanannya yang baru saja selesai dan... Perfect. Rambut lurusnya sedikit di kepang dengan poni yang sudah panjang dibiarkan menghiasi wajah cantiknya.

"Aku ga ikut aja, ya." suara Nisa terdengar seperti orang yang sedang kelelahan dengan setengah wajahnya tenggelam di bantal birunya.

Seketika Hana menoleh padanya dan berkata, "Ga ada alasan buat ga ikut! Cepat ganti bajumu!"

Setelah berdebat beberapa menit akhirnya Nisa menyerah juga. Ia segera ganti baju dengan malas dan berdandan ala kadarnya. Rambut ikalnya hanya disisir dan dibiarkan terurai. Ini sangat jarang ia lakukan kecuali setelah keramas. Biasanya selalu dikuncir kuda atau diikat dengan cepolan asal di belakang. Kalau moodnya sedang baik, rambutnya diikat rapi di belakang tengkuknya.

***

Mereka berempat baru saja beberapa langkah meninggalkan mobil di parkiran depan sebuah restoran saat seorang pria yang berada di depan pintu restoran meneriakkan salah satu nama mereka. "Oey! Johan!"

Mereka berempat pun menoleh ke arah sumber suara mendapatkan seorang pria tampan menggendong seorang anak kecil berjenis kelamin sama sedang berjalan mendekat ke arah mereka. Karena cahaya lampu di luar restoran yang tidak terlalu terang, mereka menautkan alis dan menajamkan penglihatan mereka, dan ...

"Alan?" ucap Johan keheranan melihat sahabatnya ada di tempat ini sedang berjalan mendekat dengan senyum terpancar di wajahnya.

Nisa malah melihat pria tampan imut dengan pipi tembem yang ada di gendongan Alan. "Arka!" pekiknya dan langsung mendekati dua pria tampan beda generasi itu.

"Hei! Kamu kenal Arka?" tanya Alan pada Nisa.

"Tentu saja kami kenal." yang ditanya belum menjawab, sudah diserobot oleh jawaban dari Hana. "Dia kan anak bos kami." lanjutnya.

"Benarkah?!" tanya Alan takjub sambil mengedarkan pandangan sekilas pada empat sahabatnya itu dan berakhir pada mata Nisa yang berdiri tepat di depannya.

Nisa mengangguk lalu tersenyum pada Arka. "Arka, salim sama tante Nisa." ucap Nisa sambil mengulurkan tangannya pada Arka dan langsung dicium oleh pria kecil yanh lucu itu. "Bilang apa?"

"Assalamu'alaikum." ucap Arka.

Nisa dan yang lain pun menjawabnya serempak. "Sini, tante gendong." ucap Nisa sambil mengulurkan kedua tangannya yang siap menggendong Arka. Namun Arka tidak langsung menghambur pada Nisa.

"Ga mau. Alka mau sama tante cantik itu." ucap Arka sambil menunjuk Hana yang membuat empat teman Nisa tertawa.

Dengan wajah kesal Nisa melirik Hana sekilas lalu memandang Arka, "Memangnya tante Nisa ga cantik apa?"

"Tante Nisa kelen. Tante itu yang cantik." kata Arka sambil menunjuk Hana lagi membuat Nisa mencebik.

Hana tersenyum lalu mengambil alih Arka dari gendongan Alan. "Wah. Makasih ya Arka. Udah bilang kalau tante Hana cantik. Kamu tambah berat aja ya. Ini beratnya dari badannya apa sepatunya ya?"

The Girl between Boys (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang