Extra~2

330 11 8
                                    

Mohon maaf, lama update-nya.

Enjoy...

###

Pria dengan setelan kerja hitam, kemeja biru laut dan dasi hitam polos itu keluar dari ruangan Indah lalu berjalan ke meja Nisa dengan santai. Namun hal itu sudah bisa menarik perhatian hampir semua pegawai divisi marketing terutama pegawai wanita. Tidak perduli mereka masih single atau sudah punya pasangan, bahkan yang sudah menikah pun menatap pria itu dengan kagum. Ada yang mupeng juga.

"Masih belum siap juga?" tanya pria itu pelan saat ia sudah berdiri di samping meja Nisa sambil memasukkan kedua tangannya ke saku celana yang membuatnya tampak cool. Namun suara pelan itu mampu membuat Nisa berjingkat kaget karena sebelumnya ia terlalu fokus pada komputernya.

"Astaghfirullohal'adziim." ucapnya sambil mengelus dada. "Mas ngagetin aja sih!" sungutnya kesal.

Pria itu malah terkekeh ringan. "Mas kan cuma tanya. Itu juga ga keras ngomongnya. Kamu aja yang terlalu fokus kerja sampai-sampai ga tahu kalau Mas udah datang dari beberapa menit tadi. Apa masih lama?" tanya pria itu sambil menunjuk komputer di depan Nisa dengan dagunya.

Nisa menghembuskan nafas kasar. "Bentar." jawabnya lalu mengetikkan sesuatu kemudian menyimpan datanya. Ia tidak menyadari tatapan penasaran sekaligus curiga dari Heni dan Shella yang ditujukan padanya dan pria yang masih berdiri di sampingnya.

"Mas Ray sendirian aja apa sama Mbak Cassy?" tanya Nisa sambil membereskan berkas-berkas yang berserakan di mejanya.

"Mas kan sama kamu, Dek." jawab Ray dengan kerlingan jahil sambil mencolek dagu Nisa dengan jari telunjuk kanannya. Hal itu membuat Alma yang saat itu kebetulan menoleh ke arah Nisa melebarkan matanya terkejut dengan pemandangan yang ia lihat. "Ayo cepetan. Hasan akan datang dengan Bima sekitar satu jam sebelum acaranya mulai."

"Oke. Nisa minta ijin ke Bu Indah dulu ya, Mas." ucap Nisa sambil meraih tasnya dari atas meja.

"Ga usah. Mas tadi udah mintakan ijin buat kamu ke Mbak Indah."

Nisa mendengak menatap Ray dengan wajah bingung. "Hah?"

"Kita makan siang dulu. Mas udah lapar." kata Ray sambil berjalan santai meninggalkan meja Nisa. Mau tak mau, Nisa pun mengikuti langkah Ray. "Untuk menyingkat waktu, kita makan di kantin aja." tambah Ray tanpa menoleh pada Nisa yang berjalan di belakangnya.

"Mas Ray ke kantin duluan aja." ucap Nisa yang spontan membuat pria yang berjalan di depannya menghentikan langkah dan menoleh pada Nisa yang sudah selangkah di belakangnya. "Nisa mau sholat dulu, baru nyusul Mas ke kantin." tambah Nisa. Ray pun melanjutkan langkahnya.

Nisa meminta Ray untuk memesankan makanan untuknya sementara ia sholat dzuhur di musholah. Mereka makan siang sambil membahas rencana yang sudah di siapkan sejak tiga hari yang lalu untuk acara malam ini. Hasan yang memang ada pekerjaan di luar kota mendapat tugas untuk membawa target utama dalam acara malam nanti, sedangkan Rizal dan Cassy akan mengurus satu target yang lain bersama paketannya. Ray dan Nisa kebagian untuk mengecek lokasi untuk memastikan tempat yang akan mereka gunakan untuk acara nanti malam sudah siap sesuai dengan yang mereka inginkan.

Mereka asyik ngobrol berdua tanpa menyadari tatapan sebagian pegawai yang siang itu makan di kantin kantor sambil sesekali melihat mereka berdua dengan tatapan bingung, heran, penasaran bahkan curiga. Tidak ketinggalan tiga wanita yang membicarakan Nisa di kamar mandi tadi pagi. Namun kecurigaan mereka berubah menjadi keheranan dan mungkin bingung saat Roni datang menghampiri meja Ray dan Nisa dengan senyum sumringah.

"Gimana persiapannya? Sudah selesai semua?" tanya Roni yang langsung duduk di antara Nisa dan Ray.

"Sudah dong, Kak. Tinggal kita cek, kalau perlu dikasih sentuhan lembut dari Nisa biar hasilnya lebih memuaskan." jawab Ray sambil mengerling ke arah Nisa yang langsung melototinya. Ray dan Roni pun tertawa melihat wajah Nisa yang menurut mereka lucu.

The Girl between Boys (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang