13~Hari Terakhir

279 20 2
                                    

Good morning ya akhi, ya ukhti...
Mohon maaf agak lama update-nya. Lagi galau

Selamat membaca
Semoga suka.
###

Tak terasa ini hari terakhir Nisa dan tiga temannya kerja praktek di CV. Indonata. Setelah selesai sholat ashar, Nisa segera menuju ruangan Hasan.

"Duduklah dulu." ucap Hasan pelan dan halus saat Nisa meletakkan sebuah map di hadapannya. Nisa duduk dalam diam menunggu Hasan memeriksa laporannya.

Hasan menghela nafas berat setelah menutup map itu. "Maafkan aku."

Nisa mengerutkan dahinya, tidak mengerti dengan ucapan pria di hadapannya. "Untuk?"

Hasan tampak menenangkan dirinya dari pikirannya sendiri. "Waktu itu aku terbawa emosi. Aku tidak berpikir dulu sebelum mengucapkan kata itu. Maafkan aku, Nisa."

Nisa diam sejenak melihat Hasan yang menatapnya dengan penuh harap. "Saya sudah memaafkan Anda untuk masalah itu, jadi tidak perlu Anda pikirkan."

"Tapi kenapa kamu selalu menghindariku?" tanya Hasan tidak puas dengan jawaban yang diberikan Nisa. Ia tidak tahu apa yang dilakukannya lagi yang membuat gadis itu menjauhinya.

"Ada alasan lain. Anda tidak perlu tau." jawab Nisa datar.

"Alasan apa? Apa aku berbuat kesalahan lain yang tidak bisa kamu maafkan?" pria ini sudah terlihat putus asa. "Kalau memang begitu, tolong jelaskan padaku agar aku mengerti. Jangan buat aku menjadi seperti orang bodoh yang selalu mengharapkan maaf darimu tanpa tau apa kesalahanku. Aku masih mencintaimu, Nisa. Sebenarnya, aku sama sekali tidak ingin putus denganmu."

Nisa menghela nafas berat mencoba menenangkan dirinya sendiri. Dalam hati, ia tak tega melihat pria yang ia cintai tersakiti akibat perbuatannya. "Maaf. Tapi Nisa--... Saya tidak bisa menjelaskannya."

Hasan menelan ludahnya dan bertanya, "Kenapa?"

Nisa baru akan mengeluarkan suara saat terdengar pintu ruangan Hasan diketuk dari luar yang membuat dua orang berjenis kelamin berbeda yang ada dalam ruangan itu menoleh ke arah sumber suara dan muncullah Roni dari balik pintu itu. "Apa aku mengganggu?" tanya Roni saat dia sudah masuk ruangan itu dan menutup kembali pintunya.

"Tidak." jawab Hasan. "Ada apa, Kak?"

Roni menatap adiknya sekilas. "Ada yang ingin Kakak bicarakan padamu." pandangannya beralih pada Nisa yang kini sudah menghadap ke arahnya. "Kakak juga mau bicara denganmu, Nisa."

Hasan mengerutkan alisnya saat Roni berjalan menuju sofa panjang. "Kemarilah kalian." ucapnya sambil duduk di tengah sofa panjang itu. Ia terlihat tenang, tapi tidak dengan hati dan pikirannya.

Nisa pun segera bejalan menuju ke sofa single yang berada di sebelah kanan Roni sambil bertanya, "Anda ingin bicara apa?"

"Kalian sudah saling kenal?" tanya Hasan sambil berjalan kemudian duduk di sofa single yang ada di samping kiri Roni.

"Kamu tidak perlu bicara dengan bahasa formal, Nisa. Kita cuma bertiga di ruangan ini. Dan kita perlu bicara tentang hubungan kalian."

"Kakak sudah tau hubunganku dengan Nisa?" tanya Hasan menyelidik.

"Ya." jawab Roni singkat.

"Untuk apa dibicarakan lagi, Kak? Kami kan sudah putus." ucap Nisa.

"Itu kan yang sekarang." jawab Roni, kemudian melanjutkan, "Hubungan kalian yang dulu belum pernah ada kata putus, kan?"

"Hubungan yang dulu apa maksud Kakak?" tanya Hasan bingung.

"Bukannya Kakak yang minta untuk tidak membicarakan masa lalu Mas Hasan?" tanya Nisa.

The Girl between Boys (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang