16~Back to Home

198 16 2
                                    

Mohon maaf baru nongol lagi.
Sebelumnya saya ucapkan terima kasih banyak pada yang sudah setia membaca cerita abal-abal ini. Maaf jika banyak typo.

Enjoy ya...

###

Mereka berdua sama-sama diam sejak masuk dalam mobil. Tidak ada satu pun yang mau memulai bicara. Mungkin masih menikmati keterkejutan mereka. Nisa yang terkejut dengan kedatangan Rizal yang tak diundang dan langsung memukul kekasihnya dan menyeretnya untuk diajak pulang ke rumah. Ia pun kesal pada kakaknya yang jadi memaksanya untuk menurut. Dan Rizal terkejut dengan kehadiran Hasan dan kedekatannya dengan Nisa hingga mengantar adiknya itu ke tempat kostnya.

Setelah hampir setengah perjalanan akhirnya Rizal membuka mulutnya. "Bagaimana kamu bisa diantarkan olehnya?"

Dengan kesal Nisa balik bertanya pada kakaknya, "Nya siapa?"

"Pria itu." jawab Rizal singkat sambil tetap fokus pada pandangannya ke depan.

"Pria itu siapa? Johan?" tanya Nisa lagi dengan nada kesalnya membuat kakaknya ikut kesal juga.

Rizal membuang nafas dengan kasar. "Kamu tau siapa yang Mas maksud."

Dengan enteng Nisa berkata, "Sebutin namanya aja, apa susahnya, sih."

Rizal menghela nafas panjang mencoba menenangkan pikirannya. "Bagaimana bisa Hasan mengantarmu?"

"Nah! Begitu kan lebih baik." ucap Nisa dengan santai kemudian mulai menjawab pertanyaan kakaknya. "Nisa dan teman-teman kerja praktek di perusahaan Mas Hasan. Dan tadi pagi dia menawarkan diri untuk mengantar Nisa. Sedikit maksa sih."

"Untuk apa dia mengantarmu? Kamu kan bersama Johan dan yang lain."

"Untuk membicarakan sesuatu." jawab Nisa tanpa melihat kakaknya. "Sekalian dia nanti ke rumahnya yang lama."

"Bukankah tadi kamu bilang kalau dia kehilangan ingatannya?" tanya Rizal pelan menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya. Ada rasa sesak di dadanya saat ia mendengar dari mulut adiknya sendiri bahwa sahabatnya mengalami amnesia. Ia merasa menyesal telah menyakitinya tanpa tau keadaan sahabatnya itu. Namun rasa sakit hati dan kecewanya lebih besar karena penghianatan yang dilakukan sahabatnya. "Apa dia ingat dengan rumahnya? Dia kan tidak pernah ke rumah itu lagi setelah kejadian itu."

"Nanti dia sama Kak Roni ke sananya." jawab Nisa santai. Saat ia menyadari sesuatu, ia menoleh pada kakaknya dengan pandangan ingin tau. "Dari mana Mas tau kalau Mas Hasan ga pernah ke rumahnya yang lama?"

Rizal sempat salah tingkah, namun ia segera menguasai diri dengan tetap fokus pada jalan dan kendaraan di depannya. "Oh, Mas beberapa kali lewat rumah itu tapi tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana."

Nisa hanya ber'o'ria sambil mengalihkan pandangannya ke depan.

Hening sejenak.

"Jangan berhubungan lagi dengannya." ucap Rizal datar.

"Memangnya kenapa?"

"Kerja praktekmu sudah selesai. Jadi jangan berhubungan lagi dengannya." kalimat itu terdengar seperti perintah pada Nisa.

"Tapi hubungan Nisa dengan Mas Hasan bukan cuma karena kerja praktek, Mas."

"Lalu apa?" tanya Rizal sedikit kesal.

"Kami pacaran."

Tanpa sadar Rizal menginjak rem yang menyebabkan mobilnya berhenti mendadak, membuat adiknya terpental ke depan kalau saja tidak ada seatbelt yang menahan tubuhnya. Dia mengumpat saat mendengar klakson mobil yang ada di belakangnya. Dengan kesal ia menjalankan mobilnya lagi.

The Girl between Boys (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang