25~Aris?

183 11 1
                                    

Selamat malam semua...

Enjoy this part...

###

Hasan menatap pria yang berdiri di samping Alya dengan penuh dendam dan amarah yang terasa sudah memuncak. Ia bahkan tidak mampu mendengar Alya yang menyapanya dan mengucapkan salam. Namun yang tidak ingin dirasakan kembali muncul. Kepalanya tiba-tiba pusing.

"Apa lagi yang kamu inginkan?" tanyanya datar dengan tatapan tajam pada pria di samping Alya.

Alya memandang bingung pada dua pria yang saling berpandangan dengan cara yang berbeda. Hasan dengan amarah yang mengkilat dan pria di sampingnya memandang Hasan dengan tatapan menyesal dan rasa bersalah yang besar.

"Maafkan aku, Hasan. Aku..." ucap pria di samping Alya. Namun ia tidak melanjutkan kalimatnya karena langsung dipotong oleh Hasan.

"Apa dengan kamu minta maaf semuanya akan baik-baik saja?!" Hasan mundur satu langkah. "Kata maafmu tidak akan membuatnya hidup lagi!" cetusnya dengan pandangan penuh kebencian. Wajahnya seketika memucat saat menutup pintu dengan keras.

Alya memandang penuh tanya pada pria di sampingnya tidak mengerti dengan apa yang membuat Hasan marah seperti itu. Ia tentu sangat kaget karena tidak pernah melihat Hasan meledak-ledak. Namun pria di sampingnya tidak menoleh. Pria itu hanya membeku di tempatnya memandang pintu yang sudah tertutup.

"Sebenarnya ada apa dengan kalian berdua?" tanya Alya penasaran.

Tidak ada jawaban dari pria itu. Hanya ada suara...

"Bugh!"

Dari balik pintu yang tertutup yang sontak membuat Alya dan pria itu terkejut dan saling tatap dengan pandangan penuh tanya. Pria itu tampak khawatir, langsung saja ia memutar kenop pintu dan membukanya.

***

Roni sudah berpakaian rapi dan berjalan keluar dari kamarnya dengan ponsel di tangannya. Ia berniat menghubungi Nisa untuk memberi tahu bahwa Hasan sudah kembali. Namun ia segera menghentikan panggilannya yang belum sempat terhubung ketika ia mendengar suara debaman pintu yang terdengar ditutup dengan keras. Ia berjalan cepat menuju anak tangga. Ia mempercepat langkahnya saat menuruni anak tangga setelah mendengar suara...

"Bugh!"

Ia begitu terkejut sekaligus cemas saat melihat adiknya terbaring di lantai tidak sadarkan diri di dekat pintu depan. Di saat yang bersamaan, pintu depan terbuka. Alya dan pria yang bersamanya menghambur masuk mendekati Hasan.

"Alya, siapkan mobilku." kata Roni sambil memberikan kunci mobilnya pada Alya.

"Ayo, Aris. Bantu aku." Roni meminta bantuan pada pria yang datang bersama Alya untuk membawa Hasan ke mobilnya. Pria itu... Aris. Mantan kekasih Tiffany almarhumah.

***

Sejenak Hasan mengedarkan pandangannya ke penjuru kamar dengan suasana putih dan hijau. Pandangannya berhenti pada Rizal yang sedang berdiri di dekat pintu.

"Rizal?" Hasan menyebutkan nama itu dengan wajah terkejut. Namun beberapa detik berikutnya ia tersenyum lega. Dengan cepat ia berusaha bangkit dari tidurnya dan duduk, dan dalam sepersekian detik ia meringis dengan mata terpejam merasakan rasa sakit yang tiba-tiba menyerang kepalanya. Detik berikutnya ia kembali merebahkan tubuhnya dan menghela nafas dalam beberapa kali dengan mata terpejam.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Rizal cemas dan entah sejak kapan ia sudah berada di samping tempat tidur Hasan.

Perlahan Hasan membuka matanya lalu tersenyum lemah. Ia menggeleng pelan mengisyaratkan bahwa ia baik-baik saja. "Terima kasih." bisiknya.

The Girl between Boys (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang