Mulmed: Raka Bima Anggadev
Enjoy this part... :)
###
Ferdinant menekan bel beberapa kali sebelum pintu rumah itu terbuka.
"Masuklah dulu." ucap orang yang membukakan pintu sambil berjalan masuk lebih dulu.
Ferdinant mengikuti di belakangnya. "Kalau kamu sudah siap, kita bisa langsung berangkat sekarang."
"Masih terlalu pagi."
"Justru jam segini pelanggan cafe sedang longgar."
"Ya sudah. Aku ganti baju dulu. Kalau kamu mau minum, ambil saja di dapur." kata Hasan sambil menunjuk ke arah dapur.
Hari ini Ferdinant menggantikan Roni untuk menemani Hasan. Sekitar sepuluh menit kemudian, Hasan sudah berganti kostum dengan celana jeans dan kaos oblong lengan pendek warna biru dengan motif putih tulang dan kuning.
Mereka berdua pun berangkat menggunakan mobil Ferdinant. Dan tentu saja sang assisten yang menyetir.
"Di mana alamatnya?" tanya pria yang lebih akrab dipanggil Ferdi saat mobil yang dikendarai sudah berada di keramaian jalan raya.
Hasan tidak berkata apa-apa. Dia hanya menunjukkan lanyar ponselnya pada Ferdi yang hanya dilihat sekilas oleh sang supir.
"Aku tau cafe itu." ucapnya.
"Kamu pernah ke sana?" tanya Hasan sambil memasukkan ponselnya ke saku celananya.
"Tentu saja." jawab Ferdi tanpa menoleh pada orang yang duduk di sampingnya. "Dan aku pernah bertemu dengan pemilik cafe itu sekali. Dia tinggi, tampan dan ramah."
"Namanya Bima?" tanya Hasan menatap Ferdi dengan kedua alis bertaut.
"Ya." jawab Ferdi yang masih fokus pada jalanan di depannya. "Apakah dia yang ingin kamu temui?"
Hasan diam sejenak sebelum menjawab. "Ya."
Tidak lama kemudian mereka sudah sampai di depan cafe itu. Hasan berdiri mematung di depan cafe itu sambil memperhatikan bangunan di depannya. Hampir dua menit, ia baru mulai berjalan masuk dan langsung menuju meja kasir yang dijaga oleh seorang pria muda dan seorang wanita.
"Permisi. Bima ada?" tanya Hasan pada kedua penjaga meja kasir tersebut.
"Ada, Pak. Di ruangannya." jawab kasir wanita. "Apakah Anda sudah ada janji untuk bertemu dengan Pak Bima?"
"Belum." jawab Hasan singkat. Sebenarnya ia ingin bicara lagi namun ia urungkan ketika ia melihat seorang wanita dengan stelan kerja yang rapi berjalan menghampirinya.
"Permisi. Ada yang bisa saya bantu?" sapa wanita itu dengan ramah.
"Saya ingin bertemu dengan Bima."
"Kalau boleh tau, Anda siapa? Maaf, sepertinya wajah Anda tidak asing."
"Saya... Temannya." jawab Hasan dengan sedikit berpikir. "Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" tanyanya dengan dahi berkerut.
"Saya tidak yakin." jawab wanita itu dengan ekspresi yang hampir sama dengan Hasan. "Tapi saya merasa pernah melihat wajah Anda. Apakah Anda artis?" tanya wanita itu ragu.
Hasan tertawa pelan. "Bukan." Seolah mendapatkan sesuatu di dalam otaknya, "Ah!"
"Anda ingat kita pernah bertemu di mana?" tanya wanita itu penuh semangat.
Hasan menggeleng. "Saya ingat tujuan saya ke sini untuk bertemu dengan Bima. Bukan untuk mengingat Anda."
Wanita itu tersenyum malu. "Baiklah. Akan saya antar ke ruangannya. Mari."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Girl between Boys (END)
Teen FictionAnnisa Rahma Al Azhar bertemu kembali dengan kekasihnya setelah sekian tahun berpisah tanpa ada kata perpisahan. Akankah dia bisa bersatu kembali dengan kekasihnya yang kini sama sekali tidak ingat padanya. Sementara kakaknya, Rizal Khalif Al Azhar...