Selamat membaca
Enjoy ya...
###
Ray sedang mengikuti kegiatan amal di gereja yang tidak jauh dari rumahnya. Dia mendapatkan tugas untuk mengajar anak-anak menggambar di halaman belakang gereja. Sementara suka relawan lain mengajarkan membaca dan menulis di halaman gereja yang lain. Ada juga yang mengajarkan doa di dalam. Acara akan ditutup dengan pembagian snack, sembako, pakaian bekas layak pakai, pakaian baru dan sedikit uang saku untuk mereka yang membutuhkan.
Seorang anak perempuan dengan rambut berkuncir dua berlari ke arahnya dengan riang. Dia mungkin berumur sekitar tujuh atau delapan tahun. "Om Raychand. Ada yang cari Om di depan." ucap gadis kecil itu saat sudah sampai di samping Ray.
Ray tersenyum dan bertanya, "Siapa dia?"
Gadis kecil itu menggeleng dengan wajah polosnya. "Ga tau, Om. Dia bilang temannya Om Ray. Dia laki-laki. Ganteng juga kaya Om Raychand. Dia sekarang nunggu di kursi depan." jelas gadis itu dengan nada khas anak kecil.
"Oke. Om akan menemuinya. Tolong kamu panggilkan tante Cassy untuk menggantikan Om di sini, ya?" kata Ray sambil menepuk pelan kepala gadis itu kemudian berjalan menuju tempat yang dimaksud si gadis kecil.
Saat dia tiba di depan gereja, ia melihat seseorang yang sangat ia rindukan sedang duduk di sebuah kursi kayu panjang. Dia merasa sesak di dadanya hingga membuatnya menarik nafas panjang dan dalam untuk menghilangkan sesak itu. Saat dirasa sudah lebih ringan, ia memasang wajah datar berjalan mendekati orang itu.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Ray dengan nada dingin.
Pria yang tadinya sedang duduk pun menoleh sambil tersenyum dan berdiri menghadap Ray. "Tentu saja aku ingin bertemu denganmu. Tadi aku ke kantormu. Mereka bilang kamu tidak akan datang hari ini."
"Untuk apa kamu mencariku?" tanya Ray tetap dingin sambil memandang ke arah lain selain Hasan.
"Aku ingin minta bantuanmu."
Jawaban Hasan sepertinya menyulut emosi Ray. Terlihat sekali rahangnya mengeras. Ia memandang tajam sahabatnya dengan amarah yang menyala.
"Kamu mau minta bantuanku? Setelah bertahun-tahun menghilang tanpa kabar sedikit pun? Setelah kamu meninggalkan kami? Ke mana saja kamu selama ini?! Ke mana saja kamu saat kami kebingungan mencarimu? Di mana kamu saat kami tidak dapat menghubungimu maupun keluargamu? Kamu di mana saat kami membutuhkanmu? Kamu di mana saat kami merindukanmu?"
Nada bicara Ray sedikit melemah. "Kamu sama sekali tidak ada saat kamu diharapkan ada. Kamu tidak ada saat kami hampir saja pecah karenamu. Kamu tidak ada saat kami butuh banyak penjelasan darimu. Ke mana kamu beberapa tahun ini saat ketiga sahabatmu sedang kacau? Kamu hampir saja merusk kami bertiga. Dan sekarang kamu datang untuk meminta bantuanku?" Ray mendengus sinis sambil memalingkan wajahnya dari Hasan. "Manis sekali!"
Hening sejenak. Kedua pria itu tak saling memandang. Keduanya sama-sama menahan cairan yang ada di kedua bola mata mereka agar tidak meluncur keluar. Mata mereka berkaca-kaca dengan alasan yang berbeda.
Hasan menghela nafas panjang dan dalam. "Aku tidak pernah berniat meninggalkan kalian."
"Lalu ke mana kamu selama ini?!" tanya Ray dengan nada membentak. "Kamu berhutang banyak penjelasan pada kami. Tentang kepergianmu. Tentang..."
"Aku akan menjelaskan semuanya." sela Hasan. "Tapi sebelum itu tolong ceritakan padaku tentang Tiffany."
Ray mengerutkan dahi tak mengertu dengan kalimat Hasan. Sahabat yang telah lama ia rindukan. Sahabat yang ingin sekali ia peluk saat ini setelah lama tidak berjumpa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Girl between Boys (END)
Teen FictionAnnisa Rahma Al Azhar bertemu kembali dengan kekasihnya setelah sekian tahun berpisah tanpa ada kata perpisahan. Akankah dia bisa bersatu kembali dengan kekasihnya yang kini sama sekali tidak ingat padanya. Sementara kakaknya, Rizal Khalif Al Azhar...