24~

204 16 0
                                    

Mulmed : Yudha

Enjoy ya...

###

Hasan tersenyum lebar melihat mobil kakaknya terparkir di halaman rumah mereka. Tanpa pikir panjang, atau mungkin karena sudah merindukan kakaknya, ia langsung berlari masuk ke dalam rumah. Tidak menemukan Roni di ruang tengah, ia segera berlari menaiki anak tangga menuju kamar kakaknya dan membuka pintu kamar yang tidak dikunci itu. Matanya sedikit melebar saat menemukan kakaknya baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk ungu yang melilit pinggangnya hingga lutut.

Roni yang menoleh ke arah Hasan terlihat terkejut namin segera tersenyum melihat adiknya berdiri di dekat pintu dengan senyuman lebar. Hasan segera melangkah dan menghambur di pelukan kakaknya.

"Aku merindukanmu, Kak." ucap Hasan sambil perlahan melepaskan pelukannya.

"Kamu ke mana saja beberapa hari ini?" tanya Roni frustasi sambil memegang kedua pundak adiknya. "Kakak dan yang lain mencarimu ke mana-mana tapi tidak menemukanmu. Kakak hampir saja putus asa dan akan melaporkan kehilanganmu ke polisi. Kamu ke mana? Apa kamu baik-baik saja?"

Mendengar nada putus asa dari kalimat yang diucapkan kakaknya, Hasan malah tersenyum jahil. Kedua tangannya mengunci kepala kakaknya dan mencium kedua pipi pria yang sedikit lebih besar darinya kemudian tertawa lebar. "Coba Kakak tebak aku menginap di mana beberapa hari ini."

Roni terkejut dan kesal bercampur heran dan bingung menghadapi sikap adiknya yang ia rasa cukup aneh saat ini. "Kalau Kakak tahu kamu di mana, Kakak tidak akan mencarimu, anak bodoh."

Biasanya Hasan akan kesal jika kakaknya menyebutnya 'anak bodoh'. Tapi kali ini ia malah tersenyum seperti anak remaja yang baru saja memenangkan sebuah perlombaan.

Roni mulai kesal. "Memangnya kamu di mana beberapa hari ini? Kenapa kamu meninggalkan ponselmu? Tidak pamit dan tidak memberi kabar. Apa kamu sengaja membuat kami semua khawatir?"

Hasan mendengus kesal namun segera tersenyum dan menjawab pertanyaan kakaknya. "Sebenarnya aku tidak ingin membuat Kakak khawatir." Ia memutar badannya dan berjalan menuju tempat tidur kakaknya dan duduk di pinggir kasur. "Aku sudah pamit sama Bibi mau jalan-jalan di sekitar sini aja. Dan aku memang tidak pernah jauh-jauh dari rumah."

"Aku lupa tidak membawa ponselku jadi tidak bisa menghubungi siapapun. Kakak tahu sendiri kan aku paling malas menghafal nomor sebanyak itu. Yang aku ingat cuma nomorku saja. Dan waktu aku telepon sudah tidak aktif. Aku lupa ngecharge sebelum pergi."

"Memangnya kamu pergi ke mana?" tanya Roni yang sudah lebih santai sambil membuka lemari pakaiannya.

"Aku menginap di rumah Mama Vero." jawab Hasan tenang. Sementara Roni yang tangannya hendak mengambil kaos terhenti begitu mendengar jawaban adiknya yang seolah itu biasa saja. Saat sadar dari apapun yang sedang ia pikirkan, dengan cepat ia memutar tubuhnya menghadap adiknya yang duduk di pinggiran kasur dengan kedua tangan menyanggah tubuhnya dan mata yang tertutup seolah sedang membayangkan sesuatu.

"Hasan." panggil Roni waspada membuat adiknya membuka mata dan menatap kakaknya. "Kamu sudah mengingat semuanya?" tanya Roni ragu.

Hasan tersenyum lebar dan mengangguk. Tanpa aba-aba, Roni langsung meraih tubuh adiknya dan memeluknya erat sambil mengucap puji syukur berkali-kali. Ia benar-benar merasa bahagia dengan kembalinya ingatan Hasan.

"Kak." panggil Hasan pelan saat masih berpelukan dengan kakaknya.

"Hmm?"

"Apa aku boleh menarik handuk Kakak?" tanya Hasan dengan cengiran jahilnya.

The Girl between Boys (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang