Good Morning
Happy reading
Enjoy ya...###
"Dia memintaku untuk mambantunya mengingat masa lalunya." ucap Roni datar. Ia masih menggunakan setelan kerjanya, dengan jas dan dasi sudah tergeletak di sampingnya. Dua kancing teratas dari kemejanya terbuka. Ia sedang duduk di sofa panjang ruang tengah bersama Dian di samping kanannya. Wajahnya terlihat kusut, rambutnya yang lurus berantakan dan matanya sayu. "Katanya, aku harus menceritakan segalanya yang berhubungan dengan masa lalu Hasan. Dan dia bilang aku harus mengajaknya ke tempat yang duli sering ia kunjungi."
"Bukankah dulu dia juga pernah bilang begitu?" Dian menatap suaminya dengan pandangan sendu. "Tapi kamu yang tetap ngotot untuk membuat Hasan melupakan masa lalunya dengan alasan tidak mau melihatnya menderita. Sekarang kamu lihat sendiri bagaimana dia harus merasakan sakit selama ini. Hampir tiap pagi kita melihat wajah pucatnya. Tanpa dia cerita pun kamu sudah tahu kalau dia masih mencoba mengingat masa lalunya. Paling tidak, mengingat kejadian sebelum kecelakaan itu. Dan aku sependapat dengannya, untuk membantu Hasan. Dengan kita menjauhkan Hasan dari kehidupan masa lalunya, itu malah akan mempersulitnya untuk mengingat dan akan membuatnya merasakan lebih sakit lagi."
"Dia juga bilang begitu." ucap Roni pelan. Ia menyandarkan kepalanya di pundak kanan Dian. "Aku melakukan semua ini hanya ingin melindunginya." suaranya mulai serak.
"Tapi kamu malah menyakitinya, sayang." ucap Dian sambil mengelus lengan kiri Roni. "Maaf. Bukan maksudku untuk menyudutkanmu. Tapi itu yang kulihat. Aku tau maksud kamu baik. Aku tau kamu begitu menyayangi Hasan. Hanya saja cara kamu yang belum benar."
Tangan kekar Roni memeluk erat perut istrinya. Air matanya mulai menetes. "Aku takut kalau dia sudah ingat masa lalunya, dia akan membenciku."
Di saat yang bersamaan dengan Roni mengucapkan kalimat terakhirnya, Hasan sudah berdiri di belakang mereka menggendong Arka yang telah terridur di pundaknya. Namun ia tidak mendekat. Ia ingin mendengar lanjutan dari kalimat kakaknya yang baru saja ia dengar.
"Aku hanya ingin melihatnya bahagia dengan kehidupannya yang sekarang tanpa berusaha mengingat masa lalunya. Aku tidak ingin orang itu menyakitinya lagi dan membuatnya tersiksa seperti dulu." Roni berhenti sejenak menghela nafas beratnya menahan agar tidak mengeluarkan suara isakan. "Aku tidak ingin dia menderita, tersiksa karena berusaha mengingat masa lalunya. Kalau sekarang tiba-tiba aku membawanya kembali ke sana dan dia ingat semua, dia pasti membenciku. Dia pasti marah padaku karena selama ini aku sudah menyembunyikan dia dari masa lalunya. Aku tidak ingin itu terjadi." Roni semakin mengeratkan pelukannya dan menyembunyikan wajahnya di lekukan leher istrinya.
Hasan yang tidak tega melihat kakaknya seperti itu langsung mengeluarkan suaranya tanpa melihat ke arah kakak dan kakak iparnya. "Arka sudah tidur, Kak. Aku akan menidurkan dia di kamarnya." tanpa menunggu jawaban, ia berlalu meninggalkan sepasang suami istri itu di ruang tengah.
***
Pagi ini Hasan turun lebih cepat untuk sarapan. Ia sudah duduk di meja makan saat Dian dan Ira, asisten rumah tangganya, sedang menata piring dan makanan di meja makan. Sambil menunggu hidangan siap, Hasan mengeluarkan ponselnya. Ia membuka file foto dan melihat wajah Nisa yang tersenyum di sana. Tanpa sadar, ia pun ikut tersenyum.
"Kamu kelihatan lebih segar dari beberapa hari kemarin." ucap Dian yang sedari tadi sudah memperhatikannya tanpa berhenti melakukan aktivitasnya. "Apa kamu mimpi indah tadi malam?"
Hasan tersenyum dan menjawab pertanyaannya. "Ya. Mungkin. Bisa jadi. Karena aku tidak ingat tadi mimpi apa." ia tertawa kecil dan meletakkan ponselnya di meja, di samping piring yang ada di depannya. "Kak Roni kok belum turun?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Girl between Boys (END)
Teen FictionAnnisa Rahma Al Azhar bertemu kembali dengan kekasihnya setelah sekian tahun berpisah tanpa ada kata perpisahan. Akankah dia bisa bersatu kembali dengan kekasihnya yang kini sama sekali tidak ingat padanya. Sementara kakaknya, Rizal Khalif Al Azhar...