Selamat malam semuanya...#kaya'-ada-yang-baca-aja# hwehee
Mulmed: Hasanuddin WiranataKalau ada yang baca, Selamat membaca yaaach
Enjoy it...
###
"Kenapa tadi kamu yang nyerahin laporannya?" tanya Hana pada Johan. Sudah tiga hari berturut-turut Nisa tidak mau menyerahkan laporan harian mereka pada Hasan. Laporan mingguan pun Johan yang menyerahkan tadi sore. Saat ini mereka sedang makan malam di ruang makan rumah kontrakan. Hanya berdua. Nisa mengajak Evan keluar untuk membeli camilan. "Apa Nisa ada masalah sama Pak Hasan?"
"Hmm." hanya itu jawaban Johan.
"Jadi beneran mereka lagi ada masalah?" tanya Hana lagi dengan antusiasnya.
"Hmmm."
"Apa kamu lupa gimana caranya bicara?"
"Hmm."
Hana mulai emosi. "Kamu juga mau buat masalah denganku?!"
Johan meletakkan sendoknya di piring, menelan makanan yang ada di dalam mulutnya kemudian dengan wajah sok manisnya ia berkata, "Saya sedang makan, Nona. Bisakah Anda menunggu hingga saya selesai makan?"
Hana menutup mulutnya. Tidak berani bersuara lagi. Kalau Johan bersikap begini, ini tandanya kalau ia merasa terganggu dan akan meledak jika terus diganggu. Jadi Hana ikut melanjutkan makan malamnya dalam diam.
Selesai makan, mereka berdua duduk di ruang tengah. "Jadi?" tanya Hana.
"Hmm."
"Jooohaaaaannn." panggil Hana dengan nada merengek seperti anak kecil.
Johan tersenyum sok manis pada Hana yang duduk di sampingnya. "Apa kamu bener-bener pengen tau?" Hana hanya mengangguk dengan semangat. Sementara Johan terlihat serius. "Mereka memang sedang ada masalah." ia berhenti sebentar. Membenarkan posisi duduknya. "Setauku, ada salah paham di antara mereka berdua. Tapi kamu tau sendiri kan kalau Nisa ga mau cerita, berarti dia ga mau orang tau tentang masalahnya. Dia ingin menyimpannya sendiri. Nanti kalau dia sudah merasa tenang dan bosan menyimpan rahasianya, dia akan cerita pada kita. Jadi sebaiknya kita tidak usah mencampuri urusannya. Biarkan dia menyelesaikan masalahnya sendiri dengan pacarnya. Kita fokus aja sama kuliah kita, lalu cari kerjaan yang bagus setelah lulus nanti."
Hana melihat Johan dengan tatapan kagum. Tidak menyangka temannya satu ini bisa berkata bijak layaknya orang dewasa. Namun Johan yang tahu kalau sedang diperhatikan malah merasa ngeri dengan tatapan temannya ini. "Kenapa kamu melihatku begitu?"
"Aku ga nyangka kamu sudah dewasa." jawab Hana sambil tersenyum kagum pada Johan. Sedangkan Johan malah merasa aneh dengan sikap Hana langsung menyentuh dahi Hana dengan punggung tangannya. "Aku masih normal, Jo!" protes Hana sambil menyingkirkan tangan Johan dari dahinya yang mengerut, dengan mulutnya yang mengerucut.
"Kita sudah mau lulus kuliah, jadi kita harus belajar untuk bisa lebih dewasa. Aku rasa kita memang sedang dalam proses belajar itu. Mulai dari membedakan sikap kita sesuai dengan keadaan, melihat dengan siapa kita sedang bicara dan melihat di mana tempat kita berada. Dan kamu ga usah memandangku seperti tadi. Kaya' kamu ga kenal aku aja." ceramah Johan yang ditanggapi Hana dengan memonyongkan bibir seperti bebek tanpa melihatnya.
Johan hanya tersenyum melihat ekspresi Hana yang lucu. "Aku tidak heran kenapa Aldo bisa sayang banget sama kamu." kalimat Johan membuat Hana menoleh, menatap mata Johan dengan tatapan apa-maksud-perkataanmu-tadi-? Hal itu membuat Johan tersenyum lagi. "Di balik sikapmu yang manja padanya, yang seperti anak kecil dan kadang centil, kamu begitu perhatian dan lucu. Kalau aku bisa memilih, aku ingin jatuh cinta sama kamu saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Girl between Boys (END)
Teen FictionAnnisa Rahma Al Azhar bertemu kembali dengan kekasihnya setelah sekian tahun berpisah tanpa ada kata perpisahan. Akankah dia bisa bersatu kembali dengan kekasihnya yang kini sama sekali tidak ingat padanya. Sementara kakaknya, Rizal Khalif Al Azhar...