Sudah ku mantapkan niat ku yang ingin Move On. Aku mulai dengan menghapus kontak Daviko Marcello dari handphone ku.
"Kai" panggil kak Kevin.
"ya?" tanya ku.
Dia membawa sebuah kardus kecil, sepertinya itu barang bawaan ku dari Indonesia, tapi kenapa aku melupakan nya?
"ini barang - barang siapa?" tanya nya.
Hah? bukan kah itu barang - barang ku? tapi kenapa dia bertanya seperti itu? Mungkin barang - barang Kaily.
"mungkin barang - barang Keysha" seru ku.
"tadi kata Keysha ini barang - barang mu, tapi kenapa aksesoris pria semua?" tanya nya heran.
Aksesoris pria? Ya tuhan aku lupa. Aku menyimpan barang - barang Daviko yang ku beli dari Rendi -teman sekolah ku-.
"oh itu barang - barang ku! aksesoris itu adalah aksesoris idola ku" jelas ku.
"idola terkenal? Tetapi aku belum pernah mendengar nama artis atau pun siapapun yang terkenal dengan nama Daviko?" heran nya.
Aku beranjak dari tempat tidur menuju kearah nya yang berdiri dua langkah dari pintu, lalu aku mengambil kardus itu dan mendorong badan nya pelan hingga keluar dari kamar ku.
"mau tau aja" gumam ku.
Aduh, bagaimana aku bisa move on dari nya? barang - barang ini harus aku kemanakan? Buang? Sama aja aku membuang - buang uang. Bakar? Duh apalagi. Aku sumbangkan saja kali ya? Ah Ide bagus.
Lalu aku meletakan kardus itu di kolong meja belajar ku. lalu aku pun mengamil buku diary ku dan berjalan keluar kamar kemudian menuju ke halaman belakang. Aku buang buku diary itu ke tong sampah besar, kalian tahu kenapa? karena 100% buku diary itu tentang Daviko.
-
Daviko POV.
3 hari tanpa si nerd. Makin ke sini makin garing hidup gue tanpa dia, eh maksudnya garing gaada bahan bully-an. Henry yang sekarang lebih suka bengong, sama kaya gue sih. Andre juga dia jadi jarang ngomonh. Rico? Dia juga jadi jarang ngumpul sama kita kita, teman.
Hidup gue hancur tanpa si nerd, hampa rasanya. Tawa canda the kunyuk kaya hilang begitu aja, udah kaya orang frustasi kita semua. Ke kantin pun juga masing - masing, gak bareng kaya dulu.
"Dav" panggil Rico.
"Dav!" panggil nya lagi.
"Daviko!" panggil nya lagi.
"Daviko Marcello!!" Panggil nya dengar keras membuyarkan lamunan gue.
"eh iya, apa?" tanya gue kaya orang dongo.
"lu ngapa dah, akhir - akhir ini jadi suka nge lamun kaya gitu?" tanya nya sedikit kesal.
"gapapa" jawab gue singkat.
"oh gue tau, lu ngelamunin si Kaily ya?" ledek nya.
"udah pernah di geplak pake penggaris besi blom? Sok tau tentang gue aja lu!" ketus gue.
"tau lah bro, gue sama lu udah 3 tahun barengan, dari kelas 9 smp bro!" jelas nya.
"tapi sekarang kayaknya lu lebih sering main sama Rehan gengs -saingan the kunyuk-" sindir gue.
"yelah itu Cuma buat pelarian doang selama the kunyuk masih belom bisa move on dari Kaily" jelas nya.
Nama itu lagi, selalu dia, kenapa dia selalu muncul? Oh god, usir lah nama itu dari pikiran gue, gue mau MOVE ON.
-
Latihan basket. Duh biasanya gue paling girang banget kalau latihan basket, tapi entah kenapa jadi males gini, ya ampun. Sumpah gara gara si nerd itu pergi, gue jadi berubah DRASTIS.
"DAVIKO AWAS!!!" teriak Rico.
Gue menoleh ke suara teriakan Rico, lalu...
BUG
Gue jatuh pingsan, karena sebuah bola basket dengan kencang menghantam kepala gue.
-
Author POV.
Kini Daviko sudah berada di uks untuk mendapatkan perawatan lebih karena terkena bola basket tersebut.
Dokter uks memeriksa Daviko, Rico pikir hanya pingsan biasa. Namun, benturan yang cukup keras itu membuat Daviko koma ringan. Daviko pun di pindahkan ke rumah sakit terdekat yang biayanya di tanggung oleh sekolah.
"Gara - gara lu tuh Daviko jadi koma!" tuduh Rico kepada Rehan.
"Gak sengaja kali" balas Rehan dengan santai.
Mereka pun kembali diam menunggu perkembangan lebih lanjut dari dokter, namun nihil. Daviko tetap koma ringan.
Rico yang kebingungan, mencoba menghubungi Keysha. Kenapa Keysha? Ya, karena hanya dia satu satu nya orang yang paling dekat dengan keluarga Daviko, walaupun hubungan nya sudah lama terputus dengan keluarga Daviko.
On Chat.
"key"
'ya?'
"punya contact orang tua Daviko?"
'ada, kenapa?'
"gue minta dong, Daviko sekarang koma"
'seriusan?'
"iya"
'nih. 08xxxxxxxxx'
"oke, makasih"
Out Chat.
-
Di sisi lain, Keysha membertahu Kaily tentang keadaan Daviko sekarang. Dia belum tahu kalau Kaily ingin benar benar melupakan Daviko.
"Kai!" panggil Keysha dari luar kamar Kaily.
"ada apa?" sahut Kaily sambil membuka pintu kamar nya.
"Daviko koma" jawabnya dengan singkat.
Kaily mematung, tak percaya mendengar berita dari Keysha. Cowo yang ia cintai koma, jelas membuat dia shock berat. Namun, di sisi lain, dia berusaha untuk melupakan nya. namun itu akan sulit sekali di tambah kondisi Daviko yang memburuk.
-
Keysha POV
Kenapa sih nih Kaily? Gak biasa nya. Biasa nya kalau denger kata Daviko dia langsung heboh, panic, bahkan nangis. Tapi kok sekarang dia jadi kaya mematung gitu sih, kenapa ya, aneh.
"are you okay?" tanya gue.
"I want move on, but its so hard" jawab nya.
Hah? gak salah denger gue? Kaily mau move on? Kemarin dia mau mengubah menampilan nya, sekarang move on. Wah, kemajuan pesat ini mah. Harus gue dukung 101%.
"really?" tanya gue meyakinkan.
Dia hanya mengangguk.
"okay, I'll support you" seru gue sambil memeluk nya.
Kaily nangis di dalam pelukan gue. Gue tau, move on itu gak segampang jatuh cinta. So, dia harus punya banyak dukungan buat move on. Gue adalah orang pertama yang akan mendukung nya move on dari bastard itu, Daviko.
Kaily merenggangkan pelukan nya, menatap mata gue penuh arti. Gue membalas menatap nya penuh arti. Kami kembar, wajah kami mirip, sifat kami berbeda, penampilan kami pun juga berbeda, tapi hati kami satu, jika salah satu diantara kami sakit, pasti yang satunya lagi akan ikut sakit.
"besok anterin aku ya, ngasih semua barang Daviko yang aku beli dari Rendi. Aku ingin menyumbang nya ke bakti social. Lumayan, ada beberapa pakaian, dan sepatu." Pintanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Sincere Affection
RomanceSeorang gadis polos, culun. namun, berdarah kebangsawanan ini, Kaily Queenita. gadis itu menyukai seorang pria yang popular di sekolahnya, tampan, cool dan bisa di bilang sombong, Daviko. pria itu sangat jijik dengan Kaily, dimatanya Kaily hanyalah...