Chapter 39 : Like a Detective

1.5K 78 0
                                    

Mereka sudah sampai ditempat Ziko atau tempat Kaily berada, dengan ketidaksabaran Daviko keluar dari mobil dan bergegas masuk. Namun, tangannya ditangan oleh Vician.

"Inget, Ziko psychopath, lo harus hati – hati," Seru Vician yang mendapat sebuah anggukan dari Daviko.

Dengan perlahan ia membuka pintu bangunan tersebut, dengan sedikit waspada mereka menolah kekanan dan kekiri melihat apakah ada seseorang atau tidak. Untung saja lampu tidak dimatikan.

Dengan langkah perlahan mereka menaiki anak tangga yang berada dibangunan tersebut, lalu tiba – tiba terdengar langkah kaki seseorang. Mereka langsung berjongkok dan setengah mengintip. Ziko baru saja keluar dari sebuah kamar, menguap, lalu masuk kekamar yang dipintunya tertempel sebuah kata 'No Enter or I'll kill you'

"Itu pasti kamar dia, lo tahan kamar itu supaya gak kebuka, sedangkan gue kekamar yang tadi," Perintah Daviko kepada Vician dengan nada yang sengaja dipelankan. "Gue yakin, itu kamar tempat Kaily disekap"

Dengan langkah yang sengaja diperlahankan, mereka pisah arah. Daviko kekanan, Vician kekiri. Sesuai yang diperintahkan Daviko, Vician mengikat pintu kamar tersebut ke balkon yang berada didepan pintu kamar.

"Kai?" Tanya Daviko perlahan memastikan kalau itu benar – benar kamar Kaily.

"Daviko?" Tanya Kaily menyaut, "Daviko? Itu kamu?" Tanya Kaily memastikan bahwa itu benar – benar suar Daviko.

Daviko menempelkan kedua telapak tangannya kedinding pintu, kemudian menempelkan telinga kanannya, mendengar suara – suara yang berada dibalik pintu tersebut.

"Are you okay, babe?" Tanya Daviko memastikan. Yang dijawab oleh Kaily dengan sebuah teriakan kecil.

Daviko segera mendobrak pintu tersebut agar terbuka, debrakan tersebut pun membangunkan macan yang bersiap tidur, maksudnya Ziko. Ziko pun membuka pintu kamarnya, namun sulit karena terikat dengan ujung balkon.

"Daviko! Cepatlah!" Teriak Vician yang berusaha menahan agar ikatannya tidak longgar.

BRAK

Pintu pun terbuka, Daviko pun membawa Kaily pergi dari ruangan tersebut dengan sedikit tergesa. Vician melepaskan pegangannya yang menahan tali yang diikat di pintu Ziko. Ziko pun mudah untuk keluar dari kamarnya.

"ARGH!" Geram Ziko sambil membanting pintu kamarnya.

Sebelum geraman keras Ziko keluar dari mulutnya, Vician sudah lari menyusul Daviko dan Kaily terlebih dahulu. Kini mereka bertiga tengah menyalakan mobil untuk segera pergi. Sepertinya mereka harus cepat karena Ziko sudah berada dipintu depan rumahnya.

"JANGAN PERGI!" Teriak Ziko, sedetik kemudian mesin menyala dan Daviko dengan sesegera mungkin menginjak pedal gas sehingga mobil yang mereka tumpangi bisa dengan cepat berjalan.

Ziko pun keluar dari rumahnya, masih menggunakan piyama dan sandal tidurnya, ia berlari sangat kencang mengejar mobil dengan kecepatan tinggi yang Daviko kendarai. Sulit memang, tapi tetap dia mengejarnya.

Sampai dipertigaan Daviko berbelok kearah kiri, dan Ziko berhenti karena kelelahan mengejar yang tidak pasti(?).

"Ziko udah gak ngejar, Vic?" Tanya Daviko sambil sesekali melirik ke kaca spion tengah, untuk melihat keadaan dibelakangnya.

Vician menoleh kebelakang lalu membalikan tubuhnya lagi, melemaskan seluruh organ – organya sebelum menjawab pertanyaan Daviko, "Udah nggak, Dav," Jawabnya dengan deru nafas yang tidak teratur. "Pengalaman baru. Di kejar psychopath" Lanjut sedikit membuat lelucon receh.

Daviko terkekeh kecil, begitu juga dengan Kaily. Lalu Daviko menatap Kaily dalam – dalam, sedikit lega karena bisa merebut malaikatnya dari seorang iblis. Tanpa malaikat, Daviko tidak bisa sebahagia sekarang. "Kamu gak kenapa – kenapa?" Tanya Daviko kepada malaikatnya itu, Kaily. Kaily menggeleng kecil sambil tersenyum.

Diperjalanan, hening menyelimuti mereka. Seruan Vician pun memecahkan keheningan diantara mereka, "Bagaimana kalo Ziko masih berusaha nyulik Kaily lagi selama dia disini?".

Daviko dengan secara mendadak menginjak pedal rem, tubuh mereka bertiga pun maju kedepan dengan gerakan cepat, dan balik ke posisi awal dengan gerakan cepat juga. Inilah yang disebut hukum, kenapa jadi IPA?.

Daviko menatap Kaily dengan cemas, sambil memikirkan bagaimana dia harus menjauhkan Kaily dari Ziko. "Kita harus balik ke Jakarta," Gumam Daviko sedikit keras, "Vic, tolong pesanin 2 tiket pesawat ke Jakarta besok malam, bisa?" Lanjut Daviko kepada Vician sambil menoleh kearah Vician.

"Wait!" Seru Vician, "Kenapa 2? Lo ikut gitu ke Jakarta? Ninggalin gue anak yatim piatu disini sendirian menjadi buronan sang psychopath dan lo berdua asik – asikan di Jakarta, gitu? iya?" Cerocos Vician.

"Ya terus, lo mau kaya gimana lagi? Gue stay disini sedangkan Kaily di Jakarta gitu? Gue sih bisa – bisa aja, tapi gue kangen Jakarta, Natalie juga udah balik ke Jakarta tadi jam 7"

"Yaudah gini aja, gue ikut lo berdua ke Jakarta, gimana?"

"Vician! Gue menetap disana, gue gak bakalan balik lagi kesini! Kerjaan gue semuanya udah selesai, bokap juga udah nyuruh gue pulang!"

"Ribet dah lo! Yaudah, gue juga menetap disana, jadi warga negara sana, gue disini udah gak punya siapa – siapa, Dav! Dan lo tau itu kan? Keluarga ayah gue meninggal bersama ayah dan ibu gue saat mereka ingin melihat kelulusan SMA gue disini, keluarga ibu gue udah benci sama gue gara – gara kelulusan gue ibu gue meninggal. Lo tau juga kalo gue dari SMA kelas 1 udah disini sendirian! Please gue menetap disana ya,"

"Yaudah, lo nanti tinggal di Apartment gue. Terus nanti temen gue yang disana aja yang atur kepindahan negara lo, deal?"

"Deal!"

Dengan kesepakatan mereka, Vician akan menjadi kewarganegaraan Indonesia, dia akan menetap di Indonesia karena kesengsaraan hidup jika ia harus tinggal lebih lama di Itali. Daviko akan kembali ke Indonesia dan menetap, disusul dengan Kaily yang akan berhenti atau keluar dari jalur beasiswa yang ia dapat, karena Itali sudah tidak aman baginya.

-

07.00

Pagi hari, mereka bertiga –Daviko, Kaily, dan Vician sarapan bersama disebuah café dekat apartment Daviko dan Kaily. Mereka ingin membicarakn soal kepergian mereka ke Indonesia hari ini.

"Gimana tiketnya? Gue udah siap – siap sama Kaily, lo gimana? Tiketnya juga?" Tanya Daviko.

"Gue juga udah siap, udah packing, gue baw 3 koper besar, 2 koper kecil gila," Jelas Vician, barang bawaanya sama seperti bawaan Kaily, 3 koper besar dan 2 koper kecil. "Tiket udah siap juga, nih, jam 12.00 kita berangkat, biar sampe sananya pagi" Lanjutnya.

"Thanks ya, Vic" Seru Kaily sambil mengambil tiket bertuliskan namanya yang diberikan Vician tadi.

"Iya, sorry juga ya gue ngerepotin kalian, dulu juga gue udah musuhin kalian dengan sekongkol sama Ziko. Dan, gue pernah hampir suka sama Kaily, maaf," Jelas Vician sambil menunduk malu.

Kaily yang mendengar pernyataan barusan terkejut, begitu pula dengan Daviko yang tahu bahwa ada orang yang mengatakan dihadapannya bahwa orang itu suka dengan kekasihnya. Ralat, hampir menyukainya.

"Hmm, gak apa - apa deh, Vic. Kan baru hampir, belom sampe kan?" Tanya Daviko dengan nada sedikit memberi isyarat agar dia tidak menyukai Kaily.

-

a/n.

AKHIRNYA GUE UPDATEEEEEEEEEEEE yeay

Dan akhirnya juga, ini cerita akan berakhir wushhhhhh.

Tangan. Gue. Udah. Gatel. Mau. Publish. NEW STORY GUE. Yang pastinya lebih rapih cara kepenulisannya dari mana ini yang absurd gajelas parah, ini cerita pertama gue yang gajelas, setelah membeli [read: meminjam] beberapa Novel best seller untuk memahami cara kepenulisan mereka dengan baik BUKAN MENJIPLAK. Dan akhirnya gue belajar, dan menyadari bahwa CERITA INI jauh banget dari kelas mereka yang udah di novelin. Gue pun membuat cerita baru pengganti dari 2 cerita gue yang udah di unpublish bahakn gue delete.

Love Sincere AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang