Chapter 37 : Lost

1.8K 77 4
                                    

Daviko dan Kaily kini sudah berada didalam mobil perjalanan menuju Café tempat Kaily berkerja selama disini. Perjalanan yang cukup lama masih dibaluti keheningan karena kejadian Ziko tadi.

Daviko pun memecahkan keheningan, "Ny, kamu harus selalu bersama aku dikampus ya". Kaily menoleh dan mengangkat satu alisnya, "kenapa, By?". Daviko menghembuskan nafas pelan, "aku takut kamu kenapa – kenapa, apalagi tadi Ziko natap kamu udah sebagai incarannya, aku takut Ny".

Kaily terkekeh pelan, "memangnya Ziko itu siapa sih? Kamu sampai takut aku diapa – apain sama dia, siapa dia By?". Daviko menoleh ke Kaily sebentar lalu focus lagi kejalanan, menghembuskan nafas dengan kasar.

Daviko pun menjelaskan siapa itu Ziko secara detail, bahkan Daviko menjelaskan sampai asal – usul Ziko menjadi seorang psikopat.

Mata Kaily melotot kaget, mulutnya menganga tidak terlalu besar, layaknya ia sangat terkejut mendengar penjelasana Daviko. "seriously? Oh my god, oke aku akan selalu sama kamu terus By" seru Kaily.

Daviko tersenyum lembut, mengacak – acak rambut Kaily, mencium puncak kepala Kaily. Lalu focus kembali kajalanan.

-

Sesampainya mobil Kaily didepan Café tempat Kaily berkerja. "By, nanti jemput aku ya" seru Kaily kepada Daviko. Daviko pun tersenyum "iya, tapi mungkin agak ngaret soalnya ada rapat sama klien gitu diluar kota, tapi deket kok" jelas Daviko.

Kaily menggeleng lalu tersenyum, "Yaudah nanti kalau kamu gak bisa, aku pulang sama Cila aja nanti gampang kok". Daviko memasang muka datarnya, "gak usah, nanti kamu sama Cila tunggu aku aja, aku gak lama kok, pokoknya gak boleh pulang sendiri".

Kaily tersenyum dan mengangguk – angguk, lalu keluar dari mobil Daviko setelah mencium pipi Daviko.

Tanpa disadari oleh Daviko, daritadi mobilnya diikuti oleh Ziko. Cowo itu menampakan Devil Smirknya. Kaily Queenita, mantan cewe nerd yang harus gue cicipi. Batin Ziko. Ia pun tertawa jahat dengan pelan.

Ziko pun melajukan mobilnya melewati Café tempat Kaily berkerja.

-

Kaily's

Waktu sudah malam, menunjukan pukul 19.45 malam. Pekerjaanku cukup banyak dan berat sehingga aku hampir saja pingsan, untung saja Cila dengan cepat menyuruhku untuk beristirahat di ruangan karyawan.

Sepertinya sudah tidak terlalu pusing, aku ingin bekerja kembali, karena diam itu membosankan.

"ngapain? Udah istirahat aja, lo masih pucet gitu" seru Cila saat aku sudah keluar dari ruangan karyawan.

Aku tertawa kecil, "gak apa – apa Cil, aku gak suka diam aja, mending banyak gerak" balasku.

"ck, yaudah kalau cape atau pusing istirahat aja ya, Kai" perintah Cila kepadaku, aku hanya menganggukan kepalaku pelan.

Aku membawa sebuah pesanan seorang pembeli meja 26, meja paling pojok dan tempatnya cukup jauh. Saat membawa pesanan itu, kepala ku tiba – tiba terasa berat, dan...

...semuanya gelap.

21.30

Gelap, masih gelap. Aku mencoba untuk membuka mataku walaupun berat. Penampakan yang pertama kali aku lihat adalah Cila.

"akhirnya lo sadar, Kai" seru Cila saat aku mencoba mendudukan badanku.

"gue? Gue kenapa?" tanyaku seperti orang dungu yang tidak tahu apa – apa.

"lo tadi pingsan, karyawan putra langsung gendong lo ke ruangan karyawan," jawab Cila dengan nada khawatir. "lagi lo udah gue bilang jangan banyak gerak dulu batu sih".

Aku hanya mengangguk – angguk lemas, malas menjawab cerocosan Cila. Aku yang salah, aku yang keras kepala.

"yaudah lo udah sadar kan? Ayo pulang, café udah tutup 10 menit yang lalu" lanjut Cila, aku hanya mengangguk lalu merapikan barang – barangku.

-

Sudah 15 menit aku dan Cila menunggu kedatangan Daviko didepan café, tetapi belum datang juga.

Saat aku hubungi Daviko, dia hanya menjawab, "sebentar, ini macet banget". Memang kata Cila jam segini didaerah kantor Daviko sedang macet – macetnya.

Beberapa menit kemudian, sebuah mobil berhenti 5 meter lebih jauh dari tempat aku dan Cila menunggu.

"itu Daviko, Kai?" tanya Cila kepadaku.

Daviko? Itu bukan mobilnya, apa iya mengganti mobilnya dengan mobil kantornya? Mungkin, tetapi entahlah.

"gak tau" jawabku singkat.

"eh Kai, gue kesebrang jalan dulu ya, mau beli coke" pamit Cila kepadaku yang aku balas dengan anggukan.

Disebrang tempat kami menunggu ada sebuah mesin minuman berbayar.

Tiba – tiba seseorang keluar dari mobil tersebut, berjalan kearahku. Orang itu memakai hoodie hitam dan sebuah masker menutupi wajahnya. Saat ia mendekat, tangannya membekap mulutku dengan kain yang baunya membuat mataku terasa berat, kemudian...

...gelap.

-

Hal yang seperti tadi terulang kembali, ku mencoba untuk membuka mataku walaupun berat. Aku tidak melihat apapun kecuali atap dan tembok. Lalu aku mendengar suara famililar seperti...

"halo cantik, kau sudah sadar hm?" ...Ziko. Ziko? Apakah benar itu Ziko?.

Akupun merubah posisiku menjadi duduk dan melihat isi ruangan ini, ini adalah kamar. Aku tertidur disebuah ranjang besar dan seseorang yang tidur disampingku adalah... Ziko.

"lo? lo gak apa apain gue kan bajingan?!" teriakku panik lalu reflek menarik selimut yang sedari tadi menutupi separuh tubuhku.

"calm down baby, gue gak apa – apain lo, tapi kalo lo bertindak yang membuat gue marah, gue bakal memperkosa lo saat itu juga, ngerti?" ancam Ziko yang membuatku bergedik takut.

Dia pun turun dari tempat tidur dengan kondisi shirtless yang memperlihatkan otot – ototnya, hush pergi sana pikiran mesumku.

"mau lo apa?" tanyaku tiba – tiba sebelum dia keluar dari kamar ini.

-

a/n.

hey-o guys, akhirnya laptopku kembali normal lagi dan ceritanya gak ke hapus, YEZ. Itu kabar baiknya. Kabar buruknya RANDOM LOVE resmi DIHAPUS. Gak tau kenapa aku udah gak minat ngetik itu cerita, karena aku sendiri gak tau harus dibawa kemana cerita itu.-. oke maafkan aku yap.

Love Sincere AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang