Chapter 33 : Misunderstanding

2.5K 112 5
                                    

14.30

Jam sudah menunjukan pukul sekian, sudah tiga puluh menitan aku mendiam di sini. Merenungkan segalanya. Aku harus pulang sekarang, istirahat, membuat desain baju dengan mood iseng, dan bermalas – malasan.

Aku pun berdiri dari kursi taman sambil membawa minuman yang aku beli tadi, masih tersisa haha. Saat aku menuju pintu keluar taman, aku melihat sepasang keluarga masuk kedalam taman. Keluarga yang sepertinya harmonis.

Dan kalian tahu siapa lelaki itu? Daviko "Kaily?" tanya Daviko saat mata kami bertemu, tatapannya sudah berbeda. Matanya kini lebih lekat, badannya lebih tinggi, makin berotot, sudah memiliki kumis walaupun tipis, membuatnya ganteng maximal.

Tanpa kesadaranku, tetes air mata sudah membasahi pipiku. Aku terpaku oleh ketampanannya sehingga aku tak sadar bahwa aku menangis, walaupun tidak sederas hujan tadi malam. Dan tanpa kesadaranku juga, minuman yang tadi aku genggam sudah jatuh ketanah dengan indahnya, dan tumpah.

Aku terbangun dari pikiranku tentang ketampanan Daviko yang bertambah, dengan segera aku menutup wajahku dan berlari menjauh darinya. Itu keluarga Daviko? Yang dia gendong Galbert? Disampingnya Natalie? Sudah kuduga.

Lalu, "Kaily!!" teriak Daviko saat langkah ku mulai jauh darinya. Ternyata Daviko mengejarku, dia benar – benar mengejarku. Tanpa Galbert di gendongannya, tanpa Natalie disampingnya.

Aku dan Daviko sedang dalam masa kejar – kejaran dipinggir jalan atau trotoar jalan, hujan pun tetes demi tetes pun mulai membasahi kota Italy. Lengkap sudah semuanya, kenyataan pahit, sakit hati, tangisan, dan... hujan.

Langkahnya yang besar pun bisa mengejar langkahku yang kecil, aku akui aku lebih pendek darinya. Tinggiku 165cm, sedangkan dia saat terakhir kali aku selalu dengannya, tingginya sekitar 178cm. Mungkin sekarang sudah 180an.

GRAP

Tanganku ditarik oleh Daviko dengan cepat, dan aku langsung berhambur kepelukannya dan terus menangis. Aku menangisi semuanya, semua yang aku liat, semua yang aku rasakan. Aku sudah tak peduli lagi karena menjadi tontonan semua orang yang lewat, aku kini sedang merasakan kehangatan pelukannya yang sudah lama hilang.

"pengkhianat, aku benci kamu" seruku yang masih berada didalam dekapannya, sambil memukul – mukul pelan dada bidangnya.

"salah paham, aku sayang kamu juga" balasnya dengan nada jenaka. Apa yang lucu? Aku lagi serius, pasti dia ingin mengalihkan pembicaraan. Sudah biasa.

Dia pun mengelus lembut puncak kepala ku "aku bisa jelasin semuanya sayang, aku harap kamu bisa ngertiin aku" serunya sambil mempererat pelukan antara aku dan dia alias kita. Kami belum putus, camkan itu.

"sekarang aku anter kamu pulang dulu ya? Kamu tinggal di apartment Via Giuseppe la Farina kan?" tanyanya dengan lembut, suara ini yang aku rindukan sejak setahun lebih yang lalu, aku rindu semuanya, hiks. Aku hanya mengangguk lemas.

Daviko pun menggandeng tanganku, menggenggamnya dengan erat. Dia pun menuntunku ke apartment yang tadi ia maksud, apartmentku mungkin juga apartment dia, karena aku tadi pagi melihat orang mirip dengannya, mungki memang benar dia.

-

Aku dan Daviko kini sudah berada di dalam apartmentku, aku sudah mengganti pakaianku dengan pakaian bersih, kering, dan baru aku beli beberapa hari yang lalu di Indonesia. Begitu pula dengan Daviko, sudah berganti dengan pakaiannya sendiri.

Ternyata, dia juga warga dari apartment ini. Apartmentnya hanya berbeda satu lantai denganku, jadi dia bisa bolak – balik ke apartmentku dengan mudah, dan cepat tentunya.

Sekarang aku dan Daviko sedang duduk di sofa ruang keluarga, menunggu salah satu dari kami mengeluarkan suara. Dan akulah yang memulai "coba jelasin apa yang bisa kamu jelasin ke aku" seruku kepadanya.

Daviko menarik nafas terlebih dahulu, lalu mengeluarkannya. Ia pun mulai menjelaskan "aku udah denger masalah Tenara, dia nuduh aku yang nggak – nggak kan? Oke aku jelasin. Natalie dan Brian itu pernah hampir nikah, tapi Natalie kabur ke Italy dan ketemu aku. Natalie bukan aku yang hamilin, Natalie baru sadar kalau Brian itu bejat, Brian udah menghamili belasan wanita dan salah satunya dia. Jadi Natalie kabur ke Italy dan ketemu aku, jadi peran aku disini adalah suami pura – puranya Natalie karena aku kasian dengan Galbert. Jelaskan?" jelas Daviko panjang lebar.

Jadi Tenara itu mendukung kakanya yang bejat? Menuduh Daviko begitu saja, dasar jalang. Kini aku percaya semuanya, aku percaya. Bahkan Daviko pun tidak memakai cicin pernikahan. Lalu kenapa harus Daviko yang menjadi suami pura – puranya Natalie selama di Italy?

"Terus kenapa harus kamu yang jadi suami pura – puranya Natalie selama di Italy?" tanyaku sambil mengerutkan kening mulusku. "karena dia sepupuku" jawab Daviko santai. "sepupu yang paling aku benci, namun aku tak tega" lanjutnya kepadaku.

Sepupu yang ia benci? Jelas, jalang seperti itu. Kenapa Daviko harus dikelilingi wanita jalan selama di Italy sih? Lebih baik di Indonesia, bersama aku, Keysha, Rico, dan Andre. Tak ada yang bejat diantara kami, hanya tawa dan canda. Aku kasihan dengan kehidupan Daviko selama disini.

Aku yang menyadari kesalahpahaman ini, dengan cepat memuluk Daviko. Melampiaskan semua kebodohan otakku yang selalu berpikir pendek, selalu negative thinking. "maafin aku ya, aku misunderstanding sama kamu" seru aku yang masih dalam pelukannya.

"gak apa – apa sayang, itu wajar kok dalah sebuah hubungan pasti ada kesalahpahaman" balasnya sambil mengelus pun kepalaku lembut dan menciumnya juga. Aku kangen moment – moment aku dan dia seperti ini, hua.

-

06.00

Author's

Hari sudah berganti hari, malam sudah berganti pagi. Perasaan Kaily yang memburuk sudah berganti menjadi membaik, berkat penjelasan Daviko kemarin. Daviko pulang dari apartment Kaily sekitar pukul 22.00 malam.

Sehabis mereka baikan, mereka kembali seperti dulu. Ngobrol, bercanda, ngegosip, dan lain halnya layaknya seorang pasangan kekasih. Mereka terlihat sangat bahagia setelah kesalahpahaman itu dibongkar.

"eung" desah Kaily saat sinar matahari mulai masuk kedalam apartmentnya, menusuk tubuhnya, membuat tubuhnya merasa terganggu lalu terbangun dari tidurnya.

Kaily berjalan kearah kamar mandi untuk mandi, lalu berpakaian. Setelah itu keluar dari apartmentnya untuk menuju restaurant Apartment, untuk sarapan. Saat di lift, Kaily bertemu dengan Daviko, Galbert, dan Natalie.

"hai Kai" sapa Daviko dengan ramah yang sedang menggendong Galbert.

"hai Dav" sapa balik Kaily sambil tersenyum ramah.

"oh iya Kai, ini Galbert, ini Natalie" seru Daviko memperkenalkan Galbert dan Natalie kepada Kaily.

"aku Natalie, sepupunya Daviko, aku sudah tau semua tentang kamu" sela Natalie sok ramah, sangat sok.

"jangan sok ramah gitu lo, gak banget" celetuk Daviko yang tidak suka dengan sikap sok ramah yang barusan dikeluarkan oleh Natalie.

"huh" Natalie hanya mendengus kesal dan melanjutkan aktifitasnya dengan handphonenya. Sedangkan Kaily hanya terkekeh geli.

tbc

voment

a/n. gak php kan aku? aku emang gak php orangnya, tapi sering di phpin haha.


Love Sincere AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang