buat mbak @greenhopes yang selalu ngasih komen panjang di awal kemunculan Rai, makasih banyaaak yaaaaa. ><
Buat Readers semuanya...
Aku tahu ini hambar, but please like it.
>>>>>
SEKAR
Bodoh.
Hanya itu yang bisa aku katakan saat ini tentang keadaanku. Terjebak bersama Raikal setelah mengetahui kenyataan tentang hubungan Disti dan Raikal adalah pilihan yang salah. Aku tak henti-hentinya merutuki kebodohanku, kesialanku atau apapun itu.
Aku hanya memilih diam selama Rai mengantarku ke rumah Quin yang katanya satu arah dengan rumahnya. Aku sudah menolak tapi Rai dengan sigap sudah menarikku masuk ke dalam mobilnya dan disinilah aku sekarang.
"Kamu serius baik-baik aja?"tanya Rai saat aku lebih memilih diam dibanding mengobrol dengannya. Aku menoleh dan mengangguk. Sial, kemana perginya suaraku.
"Kamu jadi aneh abis ketemu Nico. Kamu yakin gak kenal Nico?" tanya Raikal penuh selidik dan aku hanya bisa mengangguk cepat membuat Raikal terkekeh.
"Reaksi kamu terlalu cepat untuk jawaban yang sebenernya perlu kamu pikirin dulu."
"Ha?"
"Kamu pasti kenal adek aku itu kan?"
"Aku Cuma pernah ketemu dia sekali, Rai. Kayak yang Nico bilang tadi." Dia lagi sama pacar kamu, tambahku di dalam hati.
"Soalnya kamu kayak habis nangkep basah orang yang ketahuan selingkuh."
God, bahkan Raikal tahu gimana kagetnya aku waktu ngeliat Nico.
"Bu-bukan kok. Perasaan kamu aja. A-aku Cuma heran kenapa kalian gak mirip, Iya gitu aja". Jawabku ngasal membuat Rai terkekeh.
"Nico itu adek tiri aku jadi yah wajar kita gak mirip. Oiya Disti masih sering recokin kamu?"
Aku terdiam, sebuah informasi yang seharusnya tidak aku tahu terbuka begitu saja. Bedanya Rai masih terlihat biasa-biasa saja dan melihat bagaimana keakraban mereka tadi, aku merasa kalau hubungan mereka memang lebih seperti saudara kandung.
"Sekar?" aku menoleh, menatap Rai yang melihatku sekilas sambil fokus pada jalanan.
"Ya?"
"Geez Sekar. Kamu lagi mikirin apa sih?" aku hanya bisa cengengesan. Bagaimana bisa aku mengatakan apa yang aku pikirkan barusan.
"Gak penting sih. Jadi apa?"
"Disti..masih sering recokin kamu?"
Disti lagi.
"Gak kok. cuma beberapa kali aja dan aku juga gak sibuk banget. kenapa?"
"Aku gak enak aja, takut kamu gak nyaman. Disti gak punya kakak cewek dan Distipunya masalah dengan sosialisasi sesame teman ceweknya. Seingat aku dia punya satu temen cewek. Jadi mungkin Disti nemuin sosok kakak waktu kamu bantuin dia kemarin. Dia sering heboh ngomongin kamu dirumah." Ujar Raikal panjang yang berhasil membuat hatiku kembali menciut.
Sedekat itu kah mereka di rumah? Secinta itu kah Raikal sampai harus menjelaskan kenapa kekasihnya itu selalu recokin aku dengan ajakannya untuk jalan berdua?
Aku menghela nafas panjang lalu tersenyum.
"Gak apa-apa kok. Aku jadinya punya temen juga. Aku anak tunggal Rai, berasa dapet adek perempuan juga kalau lagi ngobrol sama Disti." Raikal menatapku lekat lalu tersenyum sangat tulus.
"Makasih, Sekar. Aku harap kamu gak pusing sama sikapnya Disti yang masih anak-anak banget. She's a princess at home. Jadi yaah..."
"Kamu sayang banget ya sama Disti?"entah kenapa pertanyaan itu mengalir begitu saja. Raikal kembali menoleh dan tersenyum hangat.
"She's my everything, Sekar. Setelah mama dan bunda kebahagiaan Disti adalah prioritas aku."
Deg!
Jelas, tentu saja sudah pasti begitu. Melihat bagaimana selama Raikal bersikap pada Disti saat mereka bertemu. Harusnya aku tidak menanyakan ini. Pertanyaan bodoh ini hanya akan membuatku sakit sendiri. Perasaan sesak melingkupi hatiku, seperti ditusuk dengan jarum kecil. Aku meremas tanganku kuat, mencoba untuk tersenyum sebisa mungkin.
Mobil Raikal perlahan memasuki komplek perumahan Quin, ada kelegaan serta ketidakrelaan memenuhi hatiku yang sesak. Lega, karena setelah ini aku bisa melepaskan senyum palsuku ini, tidak rela karena setelah ini aku tidak yakin kapan bisa terlibat obrolan dengan Raikal. Walaupun obrolan itu berakhir menyakitkan seperti ini.
Aku menundukkan kepalaku melihat Raikal setelah aku keluar dari mobilnya, dan kembali tersenyum.
"Kamu gak mau mampir dulu, Rai?"tanyaku basa basi. Raikal menggeleng.
"No, Thank's. Aku harus pulang. Titip salam buat Quin aja dan semoga kamu di maafin." Senyuman itu terlalu sempurna mengembang di wajah tampan Raikal dan lagi-lagi aku terpesona gara-gara senyuman itu.
"Oke, nanti aku sampaikan. Thank's banget buat tumpangannya, Rai."
"Anytime, Sekar. It's Nice talking to you." Pipiku merona seketika. Aku hanya mengangguk cepat lalu melambaikan tanganku padanya. Aku harus segara pergi sebelum Raikal menyadari perubahan warna pipiku yang dengan tak tahu malunya merona hanya karena ucapan singkat Rai yang jelas tak berarti apa-apa.
"Hati-hati di jalan, Rai."
"Sip. Sampai ketemu lagi, Sekar."
Aku hanya bisa mengangguk menanggapi ucapan Raikal. Sampai ketemu lagi? aku ingin tapi bukankah itu hanya akan membuatku berharap pada laki-laki itu?
Apaaku hanya terlalu berharap?
>>>>
Ini pendek, aku tahu.
dan ini flat plus gak ada gregetnya. Aku tahu.
Aku udah coba buat ngumpulin ide, tapi selalu aja ngilang begitu udah mau nulis.
Emang dasa akunya ribet.
Maaf kalau ini ngecewain ya~
Makasih buat yang masih nungguin bang Rai.
Feel free to vote or leave a comment.
Big Hug~
KAMU SEDANG MEMBACA
#2 IF YOU...(RAIKAL-SEKAR) (COMPLETE)
RomanceRaikal Story Spin off dari Me, You, Us, We. Cerita ini di privite untuk menghindari plagiat dan karena masalah web mirror yang belum teratasi. Silahkan follow dulu untuk membaca cerita ini. Terimakasih. Siapa yang menyangka kalau Sekar Arumi akan ke...