Pagii gaes.
Aku datang lagi. Pada banyak yang kesel sama Rai ya. Ih, aku juga. Ada gitu cowok kayak gitu? Ada! hahaha
Jadi maklum saja ya, spesies cowok itu emang beragam. Canda!
Nah, selamat datang buat pembaca baru ya, jangan kapok balik ke cerita aku. hihihi
>>
Aku masih terdiam sejak Raikal meninggalkanku. Ini sudah lewat jam makan malam dan Raikal belum menghubungi. Aku memandang gumpalan asap teh di depanku. Teh ke 5 yang aku pesan sejak tadi siang. Aku berharap teh ini bisa sedikit menenangkanku, sayangnya aku salah. Erick? Entahlah, tadi dia mendapat telpon lagi yang aku tidak tahu dari siapa. Dia memaksaku untuk ikut ke kamar Tiara. Yang benar saja, aku tidak punya muka untuk berhadapan dengan wanita yang sekarang berhasil menarik perhatian Raikal sepenuhnya. Aku tidak sepercaya diri itu untuk tetap datang dan kembali membiarkan Raikal meninggalkanku. Aku juga tidak akan sekuat itu melihat Raikal memperhatikan wanita lain. Ah, membayangkannya saja membuat sudut mataku sudah basah.
Erick meninggalkanku dua jam yang lalu. Aku tidak bertanya mau kemana dia, aku butuh sendiri. Setelah menangis di dalam pelukannya aku tidak berharap menerima bentuk rasa kasihan lagi dari laki-laki yang..mengaku mencintaiku. Aku tidak peduli. Aku melirik ponsel yang sedari tadi terletak di hadapanku. Tidak ada satupun kabar dari Raikal. Aku harus apa sekarang? Aku harus bagaimana? Aku menghela nafas panjang.
Aku bangun, lalu berjalan menuju kasir untuk membayar minumanku, tapi ibu itu bilang Erick sudah membayarnya. Aku hanya tersenyum kecil lalu melangkah keluar dari kantin rumah sakit, baru beberapa langkah aku menghentikan langkahku. Di depanku, Raikal berdiri menatapku, wajah khawatirnya sudah berkurang, entah itu karena Tiara mungkin saja sudah sadar atau apapun. Aku tidak tahu. Aku baru sadar kalau ternyata aku tidak tahu apapun tentang laki-laki di depanku, Laki-laki yang sekarang tengah berjalan menghampiriku dengan wajah bersalahnya.
Dalam satu tarikan aku sudah berada di dalam pelukan Raikal, aku terdiam, membiarkan Rai memelukku tanpa berniat membalas. Samar aku mencium bau parfum Tiara dari baju Raikal. Aku tersenyum miris di dalam pelukan laki-laki ini. Ini baru beberapa jam tapi Tiara berhasil membuat Rai bertekuk lutut. Aku bahkan butuh berbulan-bulan baru bisa menarik perhatian Raikal sepenuhnya.
"Maaf.." gumam Raikal di atas kepalaku. Aku tidak menjawab. Aku tidak tahu dia minta maaf untuk apa. Apa dia minta maaf untuk meninggalkanku? Atau minta maaf karena sepertinya Rai baru sadar kemana hatinya berlabuh? Lihat betapa mengerikannya pikiranku saat ini.
"Aku benar-benar minta maaf, Sekar." Ujar Rai lagi semakin mengeratkan pelukannya. "Karena meninggalkan kamu. Karena membuat kamu bingung dengan sikapku. Tiara.." Aku melepaskan pelukan Rai lalu menggeleng. Aku tidak mau mendengarnya. Aku tidak mau mendengar penjelasan Rai sekarang. Aku lelah dan aku tidak mau peduli lagi. Aku tidak peduli lagi apapun hubungan Raikal dengan sekretarisnya itu.
"Sekar, aku dan Tiara-"
"Gak perlu Rai. Kamu gak perlu menjelaskannya."
Bukankah aku yang ingin penjelasan ini? Aku memang ingin, tapi itu tadi, 5 jam yang lalu saat aku menyusul Raikal. Aku benar-benar berharap saat itu Raikal menjelaskannya. Menjelaskan sikapnya padaku, bukan saat ini. Saat dia dua kali meninggalkanku dan memilih tidak menoleh.
"Kamu harus tahu kalau Tiara sakit dan-" Aku mundur beberapa langkah saat Raikal berusaha meraih tanganku.
"Aku tahu. Aku melihatnya sendiri. Tiara sakit dan sekarang kita sedang ada di rumah sakit untuk Tiara atau lebih tepatnya kamu di sini untuk Tiara." Ujarku. Aku yakin sekali melihat rahang Raikal mengeras dan tangannya mengepal. Apa dia marah?
KAMU SEDANG MEMBACA
#2 IF YOU...(RAIKAL-SEKAR) (COMPLETE)
RomanceRaikal Story Spin off dari Me, You, Us, We. Cerita ini di privite untuk menghindari plagiat dan karena masalah web mirror yang belum teratasi. Silahkan follow dulu untuk membaca cerita ini. Terimakasih. Siapa yang menyangka kalau Sekar Arumi akan ke...