Febby duduk terdiam di balkon kamarnya. Tidak peduli udara dingin menerpa kulit tubuhnya yang hanya terbalut baju tidur tipis.
Pikirannya penuh. Hatinya terasa sesak. Ingatan tentang kejadian 2 hari yang lalu di Dufan melukai hatinya.
*
Febby sedang duduk berdua Gabriel di sebuah Gerai makanan ringan dan minuman di kawasan Dufan di siang yang semakin terik itu. Ray dan Ify mengatakan ingin menyusul Rio dan Pricilla ke souvenir Shop.
Febby memainkan gelas plastik berisi teh dingin di depannya, lalu memandang Gabriel yang duduk diam di depannya dengan mata tak lepas memandang Sivia yang sedang menuju wahana perang bintang bersama Alvin. Sebuah pertanyaan menggelitik tiba-tiba muncul di benak Febby. Pertanyaan yang tentu saja membutuhkan jawaban.
"Jadi, bener Rain itu cuma.. Adek angkat lo?" tanya Febby, membuat Gabriel seketika memutar kepala menghadapnya.
Gabriel menaikkan sebelah alisnya. Tidak paham kemana arah pembicaraan Febby. "Emang gue keliatan bohong?" balas Gabriel juga dengan pertanyaan.
Febby menggeleng lalu tersenyum lemah. "Enggak sih.. Cuma aneh aja.." jawabnya menggantung.
"Aneh?"
Febby mengangguk. "Aneh aja, kok bisa Ray segitu sayangnya sama sepupu angkatnya jauh dibanding sama adik kandungnya sendiri.. Lo juga sih.." jelas Febby menyuarakan isi kepalanya.
Gabriel mendengus. Menangkap arah pembicaraan Febby.
"Jadi ini soal Prissy lagi?""No, it's not. Ini itu tentang kalian. Lo, Ray, Prissy dan Rain." jawab Febby.
"Kalo lo tau ini masalah kami, kenapa lo ingin tau?" tanya Gabriel tajam.
"Karna gue pedu-..."
"Yeah.. Hanya karna lo peduli dan deket sama Prissy, bukan berarti lo harus tau apa-apa urusan kami." sela Gabriel tajam.
Febby tertohok. Ucapan Gabriel benar-benar menyinggungnya. "Bukan cuma Prissy.. Gue peduli sama lo." sentak Febby.
Gabriel menghela napas dan menatap Febby tepat di maniknya. "Makasih karena lo udah peduli. Tapi, gue rasa lo juga tau kalo gue ga pernah suka orang lain ikut campur masalah pribadi gue. Sekalipun itu temen gue sendiri." ujarnya tandas, lalu berdiri hendak meninggalkan Febby.
"Tapi gue peduli sama lo ga cuma sebagai temen." ucap Febby lirih
Gabriel berhenti melangkah namun tidak berbalik. Detik berikutnya, ia menolehkan kepalanya, memandang wajah sendu Febby dan tersenyum penuh permintaan maaf. "Gue tau Feb. Tapi, apapun jenis kepedulian lo ke gue, gue mohon lo berhenti.." ucap Gabriel lembut.
"Kenapa?"
Gabriel menghela napas -lagi. "Hati gue, terlalu penuh sama rahasia milik gue sendiri." ujarnya, lalu benar-benar melangkah meninggalkan Febby.
*
Setetes air mata turun melewati pipi pucat Febby. Ia tidak menyangka patah hati akan sesakit ini. Lebih-lebih tidak menyangka bahwa cintanya bertepuk sebelah tangan.
Klise memang. Ia jatuh cinta pada sepupu sahabatnya sendiri di pertemuan pertama mereka 4 tahun lalu. Tapi sepanjang waktu itu ia sama sekali tak bisa meruntuhkan pemuda itu.
Febby meraih smartphone yang tergeletak di sampingnya. Ia mengetikkan bebarapa kata yang menyuarakan isi hatinya saat ini di akun Blackberry Messenger nya.
'And I wonder if I ever cross your mind?
For me it happens all the time.'***
KAMU SEDANG MEMBACA
One Piece of Heart
Teen FictionAda cinta disana. Ada debar rindu tak terbaca. Ada cemburu yang begitu saru. Ada kecewa bertalu-talu. Lalu luka menyesak dada. Bagiku kau candu, aku menginginkanmu. Bolehkah? Ada rasa berbeda, mengalun tanpa suara. Cintakah? Cinta. Hal yang dikecap...