“Wueitsss...” Gabriel menyalami Cakka saat tiba di pintu masuk Ballroom hotel tempat pesta Shilla diadakan. “Keren banget lo, Man! Bener nih birthday party nya Shilla? Bukan acara tunangan kalian?!” ledek Gabriel, sementara Rio, Ify, dan Ray ikut menyalami Cakka.
Cakka mendesis sambil tertawa kecil. “Kayaknya salah deh. New couple tuh yang mau tunangan!” katanya sambil membalas uluran tangan teman-temannya lalu mengedikkan bahu ke sudut ruangan.
Lima pasang mata itu kompak memandang ke satu titik dengan ekspresi yang berbeda-beda. Alvin berdiri disana, sedang mengobrol dengan tamu undangan yang lain. Tentu saja dengan Pricilla yang menggelayutinya.
Rio tersenyum kecut, tetapi tidak berkomentar apapun. “Si birthday girl mana nih?” tanyanya mengalihkan perhatian temannya yang lain.
“Ke dalem yuk, ketemu Shil-...” Cakka tidak melanjutkan kalimatnya, tampak berpikir sejenak. “Eh, Rain sama Febby mana?” Katanya menyuarakan isi kepalanya.
Gabriel mengangkat bahu.”Bia bareng Febby.”
“Kok bisa?” kata Cakka heran.
“Bisa lah. Orang Febby ngebet banget pengen dandanin si Bia. Jadi di culik tuh tadi sore di rumah.” Jelas Ray sambil memutar bola matanya.
Cakka terkikik. “Mungkin si Febby khawatir, kalo Bia dandan sendiri yang ada kayak mau ke Mall, bukan party.”
Gabriel memelototi Cakka. Bia emang nggak bisa make up, tapi nggak separah itu juga!!!
“Nah, itu Febby sama Rain!” teriak Ify sambil menunjuk dua orang yang beranjak ke arah mereka.
Dalam sekejap Ray, Gabriel, Cakka dan Rio membelalakkan matanya menatap sosok yang ditunjuk Ify. Yakin itu Rain?
***
“TARAAA!!! Lihat! Gimana? Keren kan kerjaan gue?” seru Febby bangga sambil menarik Sivia mendekati Gabriel Cs.
Gadis yang dimaksud berdiri rikuh di sampingnya, dalam balutan gaun rancangan designer ternama berwarna biru muda beraksen ruffles yang hanya mencapai atas lutut.
“Hai..” Sapa Sivia kikuk. “Udah lama nyampenya?”
Hening.
Tidak ada yang menyahut sapaan Sivia. Semua masih sibuk memandanginya dari ujung kepala hingga kaki.
“Jangan liatin gue kayak gue ini makhluk luar angkasa.” sentak Sivia mengeluarkan suara lagi.
“Gila!” seru Ray tak percaya. “Adek gue nih? Cantik banget!”
“Baru sadar gue cantik?” guraunya.
Mereka tertawa mendengar nada penuh percaya diri dari Sivia itu. Gabriel masih menatap adiknya. Sivia bukan tidak cantik, bahkan adiknya itu selalu terlihat cantik dengan pakaian apapun, sekalipun tanpa polesan. Hanya saja dengan balutan gaun biru mudanya malam ini, rambut di gerai setengah dengan hiasan kupu-kupu kecil, dan make up tipis yang menghiasi wajahnya, Sivia terlihat sangat mengesankan.
“Would to be my partner in this party tonight?” goda Gabriel, mengulurkan tangannya ke depan Sivia.
Sivia tertawa. “Yes, iam.”
***
Alvin terus menatap gadis yang beberapa saat lalu memasuki ballroom hotel bersama teman-temannya itu. Dia setengah mendengarkan pembicaraan di sekitarnya, walaupun pandangannya masih terfokus pada gadis yang malam ini tampak bersinar. Alvin tertegun. Gadis itu cantik sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Piece of Heart
Novela JuvenilAda cinta disana. Ada debar rindu tak terbaca. Ada cemburu yang begitu saru. Ada kecewa bertalu-talu. Lalu luka menyesak dada. Bagiku kau candu, aku menginginkanmu. Bolehkah? Ada rasa berbeda, mengalun tanpa suara. Cintakah? Cinta. Hal yang dikecap...