Look At Me!

1.8K 122 20
                                    

Hari ini Sivia bangun kelewat pagi. Jika di hitung dari terakhir Ia memejamkan mata, maka hitungannya Ia hanya tidur kurang lebih 4 jam tadi malam. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah jam beker nya kalah langkah. Sivia hanya susah tidur. Ia hanya masih susah mengerti. Ini semua gara-gara pesan Alvin. Ahh, pemuda itu sepertinya berhasil mengacaukan sistem kerja otaknya.

Sivia mendengus menyadari kebodohonnya. Tingkahnya sudah seperti orang jatuh cinta saja. Tapi, bukankah kamu memang sedang jatuh cinta Sivia?

Sivia menggeleng-geleng kemudian memukul pelan kepalanya. Sepertinya, Ia harus segera mandi sebelum ia benar-benar menjadi gila karena Alvin.

Tuh kan, Alvin lagi??

***

“Dari tadi senyum terus, kenapa sih? Ngga lagi sakit kan?” Gabriel menempelkan punggung tangannya di dahi Sivia sambil memandang Sivia heran.

Sivia mendorong tangan Gabriel menjauh lalu menjulurkan lidahnya pada Gabriel, “Kepo aja.”

“Dih gitu ya sekarang, awas a-“

“Gab, Rain!!”

Sebuah seruan memotong obrolan Sivia dan Gabriel. Mereka menghentikan langkah di ujung tangga menuju lantai dua dan menoleh ke sumber suara.

“Cakka..” ucap Gabriel begitu sosok tersebut sampai di hadapannya.

Cakka nyengir, lalu fokus pada Sivia yang berdiri di sebelah Gabriel. “Hallo Rain..”

Sivia hanya membalas sapaan Cakka dengan pelototan, sebelum berbalik dan menaiki tangga di ikuti Gabriel.

“Serem banget Non, melotot gitu.. damai aja deh yak..

Sivia hanya memutar bola mata mendengar celotehan Cakka di belakangnya. Ngerjain Cakka sekali-kali ngga ada ruginya juga, ucap Sivia dalam hati.

“Alvin mana? Bukannya semalem nginep rumah lo?” tanya Gabriel.

Cakka yang tengah menarik-narik ujung tas ransel Sivia untuk mendapatkan perhatian gadis itu kini berganti menatap ke arah Gabriel. “Udah duluan ke kelas dia. Gue kan tadi mampir toilet dulu. Biasa panggilan alam..”

Gabriel hendak membuka mulut lagi sebelum Cakka berseru, “Nah itu kan Alvin.”

Secara otomatis, baik Gabriel, Sivia maupun Cakka menghentikan langkah mereka. Beberapa meter di depan sana, nampak Alvin yang berdiri membelakangi mereka seperti tengah berbicara serius dengan seseorang. Mereka baru bergerak satu langkah untuk mendekat ketika gerakan tiba-tiba Alvin kembali menghentikan langkah mereka serentak.

Kejadian itu terlihat seperti slow motion di mata Sivia. Alvin yang mengulurkan tangan, lalu menarik satu tubuh ke dalam pelukannya. Sivia belum mampu mencerna kejadian itu seutuhnya saat beberapa jenak kemudian di sadarinya bahwa sosok dalam dekapan Alvin adalah orang yang di kenalinya. Saudara satu Papa, Pricilla.

Sivia tidak tahu, apa yang membuatnya kemudian dengan tergesa mengatakan pada Gabriel bahwa Ia ingin ke kamar mandi dulu. Sivia tidak tahu, bahwa Ia berbalik terlalu cepat bahkan sebelum Gabriel menjawabnya. Sivia tidak tahu, berapa banyak orang yang ada di koridor lantai dua dan menyaksikan kejadian itu. Yang Ia tahu adalah bahwa Ia harus segera pergi dari tempat itu. Secepatnya. Sebelum air matanya membuktikan bahwa dirinya tidak baik-baik saja.

***

Alvin masuk kelas beberapa saat sebelum bel berbunyi. Penghuni kelasnya hampir penuh. Alvin juga melihat Cakka sudah duduk manis di bangkunya sambil memainkan ponsel.

Alvin menjatuhkan dirinya di sebelah Cakka yang seperti tak menyadari kehadirannya. Ia menatap dua bangku yang masih kosong di depannya. Membuatnya mengerutkan kening sekilas.

One Piece of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang