Heartbeats [1]

2.1K 103 7
                                    

Untuk masing-masing debaran, mampukah di tafsirkan? Lalu, jika bisa, manakah debar rindu, manakah debar cinta? Bagaimana detaknya, apakah sama tiap sekonnya?

***

Sivia mendongak, mencari tahu pemilik lengan yang kini menyangga tubuhnya. Lalu matanya bertumbukan dengan sepasang pencair tembaga itu yang juga tengah menatapnya. Ada banyak makna yang tak bisa ia baca dalam mata sekelam malam itu. Wajah didepannya terasa begitu dekat, mengacaukan, seolah mengantarnya ke dimensi alam yang lain.

Deg deg deg deg deg.....

Sivia menahan napas, jantungnya.... kenapa? Pukulannya berdentum-dentum seolah bisa kapanpun keluar dari rongga dadanya.

"Rain, lo gapapa?" itu suara Febby. Disusul langkah-langkah kaki mendekat kearahnya. Sedetik, kungkungan tangan itu melepasnya dan melempar kembali kesadarannya.

"Bia.... kenapa?" Sivia memandang Ray yang menatapnya sarat kecemasan.

Sivia menggeleng lalu menggigit bibir bawahnya pelan, "ga pa-pa kok... tapi dagingnya..."
Sivia memandang pecahan piring dan tumpahan daging dibawahnya dengan dramatis.

Ify menghela napas, lalu berujar menenangkan, "Udah ga pa-pa kok... masih ada sepiring lagi disana.. masih ada pudding juga.."

"Maafin gue ya..." Sivia menunduk, nampak sangat menyesal.

"Udah sih gapapa.. kita mulai aja party nya, gue udah laper..." kata Rio riang. Dan terbukti keriangannya menular pada semua yang ada disana.

Mereka ber-delapan duduk melingkari meja bundar disana. Menghabiskan sisa senja itu dengan tertawa bersama.

***

Sivia melangkah perlahan mendekati satu sosok yang tengah duduk sendiri di sofa ruang tamu Cakka. Teman-temannya yang lain, masih asyik dengan acara nonton bareng di bioskop pribadi Cakka -maksudnya ruang nonton-.
Sejenak Sivia terpana menatap Alvin, pandangan mata sendunya begitu tajam dan.. membuatnya terhanyut. Tidak seperti Alvin dengan tatapan angkuh yang biasa ia lihat.

Apa yang cowok itu pikirkan hingga auranya begitu berbeda?

Tiba tiba Alvin menoleh dan melemparkan pandangan angkuhnya yang biasa kepada Sivia. Ya ampun.. cepet amat berubahnya, pikir Sivia.

"Disini lo ya.." kata Sivia basa-basi lantas mendudukkan dirinya di samping Alvin.

"Ngapain lo?" tanya Alvin ketus.

Sivia menghela nafas. Kok tadi dia bisa mikir tatapan Alvin membuatnya terhanyut? Hih.. geli..

"Gue tanya lo ngapain? bengong mulu.." kata Alvin.

"Gue Cuma mau bilang makasih.." kata Sivia akhirnya.

Alvin mengangkat sebelah alisnya seolah mengisyaratkan makasih-untuk-apa?

Sivia mendengus, "Udah nolongin gue tadi."

"Yaa, gue lagi males aja liat akrobat depan muka gue.." kata Alvin.

Sivia mendelik, ini orang ikhlas ga sih nolongin, batinnya.

"Lagian norak amat sih muter-muter. Lo ngrasa mirip Rapunzel?" Alvin membuka mulut.

Sivia mengerucutkan bibirnya. Cowok ini mending ga usah ngomong deh. Sekalinya ngomong pedes banget.

"Kalo ga ikhlas mending tadi ga usah nolongin." Sewot Sivia.

"Siapa yang bilang ga ikhlas?"

"Tuh lo tadi.."

"Gue ga ada ngomong ga ikhlas.." sanggah Alvin

One Piece of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang