Surat Cinta Untuk Sivia

1.6K 108 61
                                    

Starting love means being disposed to be an idiot voluntarily

***

Udara pagi di dalam hutan itu berdesir dingin. Seperti bulan ini sedang mengalami puncak gigil yang mengerikan. Rasanya lebih menggigil dari lemari pendingin. Di arah timur, dari balik dedaunan, matahari pukul 6 pagi masih sangat hangat.

Selepas subuh tadi, perkemahan itu sudah kembali ramai. Ada yang sibuk menyiapkan sarapan. Beberapa tampak melakukan stretching ringan, dan sisanya duduk malas-malasan merampas kehangatan sang surya pagi.

Shilla terlihat serius mengaduk nasi di wajan penggorengan. Pagi ini, ia membuat nasi goreng lagi untuk sarapan mereka.

"Berarti kalian udah gencatan senjata, kan?" Shilla bertanya pada Sivia yang sedang mengelap piring di sampingnya.

"Emangnya kita perang?"

Shilla mengamati Sivia, kemudian tersenyum saat di lihatnya semburat merah tipis muncul di kedua pipi sahabatnya.

"Bukannya emang iya?" Shilla mengambil sedikit nasi dari wajan, menaruhnya di telapak tangan, kemudian meniupnya perlahan. "Kemaren pas berangkat kesini juga auranya sama-sama kayak siap tempur gitu."

Sivia meletakkan piring terakhir yang di lap nya. "Gak. Bukan gencatan senjata." ucapnya. "We're in relationship, right now." lanjutnya malu-malu.

Setelah mencicipi rasa nasi goreng yang ada di telapak tangannya, Shilla cepat-cepat mematikan kompor, lalu menghambur memeluk sahabatnya.

"Ciyeee.. Selamat yaaa." Shilla bersorak senang. "Akhirnya pillow head dan pillow face bersatu juga."

Sivia tersenyum cerah. Bahkan kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya berpendar-pendar, membuatnya terlihat dua kali lipat lebih cantik lagi.
"Gue juga gak nyangka, kok gue bisa sama Alvin." Ia terkikik geli. Disampingnya, Shilla tersenyum tak kalah bahagia.

"Ya udah ah. Siapin sarapannya nih. Keburu Febby sama Ify selesai mandi."

***

"Lo hari ini mau ngapain sama si Rain?" Cakka yang baru bangun tidur, dengan tiba-tiba bertanya pada Alvin yang sedang duduk berjemur dengan Gabriel di sampingnya. Ia merangsek maju. Mendorong tubuh Alvin dan Gabriel ke samping masing-masing, dan dengan tidak sopan menjatuhkan dirinya di tengah-tengah mereka.

"Apa sih Kka? Mandi kek sana." omel Gabriel

"Tau nih. Bau iler lo." timpal Alvin

"Gak usah sembarangan." Cakka sewot. Dengan sengaja menyurukkan wajahnya ke arah Gabriel dan Alvin.

"Lo najis banget sih, Nyet." Alvin menepis muka Cakka dengan telapak tangannya.

"Sekarang aja lo najis-najisin gue. Gak inget lo pas masih jomblo, mau tidur aja pake nelponin gue." Cakka memasang wajah terluka.

Gabriel dan Alvin hanya mendengus geli. Sudah terbiasa dengan kelakuan Cakka yang ajaib begini. Mereka hanya geleng-geleng kepala, sama-sama memilih tidak meladeni Cakka.

"Pada diem lagi lo pada. Gue kagak ileran ya." Cakka menempel-nempelkan badannya ke Gabriel kali ini.

"Ya ampun Kka. Udah sono, lo mandi. Ribet bener deh lo kayak cewek."

One Piece of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang