Udara panas Jakarta siang itu menerpa wajah seorang gadis berkacamata hitam dengan luggage warna merah ukuran sedang dalam tarikan tangannya. Gadis itu baru saja keluar dari arrival Bandara Soekarno Hatta. Terik matahari yang memanggang seolah tak mampu mengusik bahagia yang membuncah dihati gadis tersebut. Senyum manis seakan betah berlama-lama menghias wajahnya.
"Aaarrgghhhh..." gadis itu menghentikan langkahnya tepat didepan pintu keluar Bandara. Memejamkan mata dan meregangkan kedua tangannya ke atas, menghirup udara sebanyak yang ia bisa.
7 tahun. Ini adalah kali pertamanya menghirup udara Jakarta setelah 7 tahun. Betapa ia merindukan kota ini. Kota kelahirannya. Kota tempat orang-orang yang disayanginya tinggal.
"Iya orang-orang yang gue sayang..." lirihnya mengulang kalimat yang tengah bergaung dipikirannya, untuk kemudian mengukir senyum getir diwajah cantiknya. Hanya sepersekian detik. Karena setelahnya ia memamerkan kembali senyum manisnya.
Tidak. Ini hari yang telah ditunggunya setelah bertahun-tahun. Dan ia tidak ingin merusak kebahagiannya hari ini, untuk alasan apapun. Ia membuka kacamatanya, mengedarkan pandangan dan mendapati beberapa pasang mata menatapnya dengan tertarik. Sedikit rikuh, ia membalas tatapan-tatapan yang tertuju padanya dengan senyum sopan. Ia kembali mengedarkan pandangannya, mencari satu sosok yang dikenalnya diantara manusia yang berlalu lalang disekitarnya. Tidak ada. Ia mendesah dalam hati. Ia baru akan mengambil ponsel di Hermes Orange yang dipakainya ketika sebuah suara menyapa indera pendengarannya.
"Welcome Back Bia...."
***
Pricilla duduk diam di sudut Kafetaria siang itu. Jam istirahat kedua yang berdurasi 30 menit –lebih lama daripada jam istirahat pertama- memang selalu ramai. Selain karena waktunya yang lebih lama, jam istirahat kedua memang identik dengan jam makan siang. Kecuali bagi mereka yang melewatkan sarapan dirumah, maka jam istirahat pertama menjadi yang paling dinanti-nanti.
Keriuhan yang terjadi di Kafetaria nyatanya tak mampu mengalihkan Pricilla yang tenggelam dalam pikirannya sendiri. Ia hanya mengaduk-aduk bakso dihadapannya tanpa berniat untuk memakannya sama sekali. Pricilla memang jarang hanya seorang diri pergi ke Kafetaria, atau malah hampir tidak pernah. Biasanya, ia memang selalu bersama 2 sahabat kentalnya. Ify dan Febby. Mereka hampir terlihat selalu bersama dimanapun disudut SMA Ursala ini. Ify sedang ada rapat dengan anggota ekskul photografy yang diikutinya sedangkan Febby terdampar di ruang OSIS membahas masalah entah apa. Sebagai sekretaris OSIS, Febby memang yang paling sibuk diantara mereka. Ibu negara, begitu Biasanya Pricilla dan Ify mengolok Febby, mengingat sebagai sekretaris OSIS, Febby sudah seperti bayangan yang mengikuti kemanapun Gabriel –Ketua OSIS- pergi jika ada tugas kenegaraan.
"Fiuuuhhh..." Pricilla menghembuskan napas panjang seolah dengan begitu mendung yang menggelayuti wajahnya akan menguap bersama gas karbon di udara. Ia tidak sadar tindakannya telah memancing perhatian beberapa siswa yang ada di Kafetaria.
Pricilla Felish Akbar. Ketua cheerleader yang cantik, populer, smart dan masuk dalam geng cewek elite bersama Ify dan Febby. Jangan lupakan fakta bahwa Pricilla juga adalah tuan putri keluarga Akbar. Keluarga konglomerat nomor wahid di Indonesia. Putri bungsu Mahesa Akbar. Dan jangan bayangkan Pricilla adalah gadis borjuis yang sombong dengan otak kosong seperti karakter cewek-cewek yang sering dijumpai di serial drama Indonesia. Karena itu salah besar.
Pricilla. Cantik. Peserta OSN Fisika 2014.
***
"Ini adalah rapat terakhir kita sebelum Ujian Kenaikan Kelas. Untuk pembagian tugas panitia MOS dan apa saja yang perlu disiapkan saya kira sudah jelas. Dan seperti kegiatan kita yang sudah sudah, kali ini pun saya harap kita tetap kompak, kerja tim dan menekan ego pribadi. Selebihnya kita akan bahas lagi setelah ujian selesai" Ujar Gabriel mengakhiri rapat OSIS siang hari itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
One Piece of Heart
Fiksi RemajaAda cinta disana. Ada debar rindu tak terbaca. Ada cemburu yang begitu saru. Ada kecewa bertalu-talu. Lalu luka menyesak dada. Bagiku kau candu, aku menginginkanmu. Bolehkah? Ada rasa berbeda, mengalun tanpa suara. Cintakah? Cinta. Hal yang dikecap...