I Want You

2.5K 150 42
                                    

Alvin membuka matanya perlahan. Silau matahari yang menerobos melalui celah tenda membuatnya menyipitkan mata untuk menghalau serangannya. Ia duduk perlahan dan meregangkan badannya yang terasa pegal luar biasa. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kali Ia tidur di alam bebas.

Alvin menoleh ke arah Cakka yang masih tidur di sebelah kirinya Terlihat sangat nyenyak. Entah pukul berapa dini hari, saat akhirnya mereka memutuskan untuk masuk tenda dan tidur. Di sisi kanannya, nampak Ray dan Rio yang juga masih sangat pulas. Hanya Gabriel yang sudah tak terlihat. Mengindikasikan bahwa pemuda itu sudah bangun terlebih dulu.

Dengan mata yang masih terasa berat, Alvin akhirnya beranjak keluar dari tenda. Udara pagi hutan lindung yang segar langsung menyapanya, menerbangkan sisa-sisa kantuknya.

Alvin melihat sekitarnya yang sudah ramai dengan berbagai aktivitas. Gabriel ada di ujung selatan, sedang bersama Febby dan Shilla yang -sepertinya- sedang membuat sarapan. Tak jauh dari mereka, ada Ify yang sedang duduk sambil memegang cangkir yang isinya masih mengepul. Lalu ada Dayat, salah satu anggota ekskul PA yang juga di kenal Alvin, sedang sibuk dengan kayu bakarnya.

Asik dengan aktifitasnya mengobservasi keadaan sekitarnya, pandangan Alvin kemudian jatuh di satu titik, beberapa meter di depannya. Disana Ia melihat Sivia yang sedang tertawa lebar bersama Debo, ketua ekskul PA. Seketika pandangan Alvin mengeras. Kekesalannya semalam memuncak lagi. Ini menambah daftar panjang alasan kenapa Ia tidak menyukai kegiatan camping semacam ini. Catat, camping beresiko membuat gadismu di lihat dan di dekati pemuda lain.

Terlalu fokus dengan apa yang sedang di lihatnya, Alvin hampir-hampir tidak menyadari bahwa sejak beberapa saat lalu, Cakka sudah berdiri di sampingnya -sedikit di belakang- dan mengawasi gerak-geriknya. Dengusan Cakka lah yang akhirnya memecahkan konsentrasi Alvin dan membuatnya menghadiahkan sebuah lirikan tajam untuk Cakka.

"Gue yakin kalo mata lo ada lasernya, itu dua orang pasti udah mencair." cibir Cakka.

Alvin mendelik ke arah Cakka. "Bikin bete aja lo pagi-pagi."

"Serius gue yang bikin bete?" Cakka menunjuk mukanya sendiri. "Atau mereka?" goda Cakka sambil menaik turunkan alisnya.

Godaan Cakka itu justru membuat wajah Alvin semakin keruh. Tanpa membalas perkataan Cakka, Ia menjatuhkan dirinya di depan mulut tenda dan duduk bersila.

Jaga-jaga supaya ngga lari tiba-tiba dan nyerang Debo, kan?

Cakka ikut duduk di sebelahnya dan memulai ceramah paginya yang sesungguhnya tidak di harapkan Alvin untuk saat ini, mengingat ini baru pagi pertama acara camping mereka dan masih ada dua hari tersisa. Sungguh, mendengarkan ocehan panjang lebar Cakka adalah hal terakhir yang ingin di dengar Alvin.

"Udah berapa kali sih gue bilang Vin, kalo suka itu bilang. Gengsian banget sih jadi cowok."

Alvin hanya memutar bola mata mendengar omelan Cakka.

"Jangan sampe, lo yang start duluan tapi Debo yang duluan dapet." lanjut Cakka sambil menunjuk Debo dan Sivia yang masih asyik bersenda gurau. Entah gurauan apa yang di lemparkan Debo, tapi Sivia terlihat begitu nyaman.

Alvin berdecak pelan melihat arah yang di tunjuk Cakka. Ini semua kan juga gara-gara Cakka. Dia yang memberi ide agar mereka mengikuti perkemahan ini. Mengingat itu, hati Alvin semakin dongkol saja.

"Udah lah Vin, ini moment yang pas. Kita lagi camping di tempat yang oke banget. Lo nunggu apa lagi sih?"

"Tapi Kka, lo tau kan ka-"

"Apa? Lo masih ngga yakin kalo gue bilang Rain juga suka sama lo? Ya ampun Vin, sejak kapan sih lo jadi cemen gini? Kalo dugaan gue salah ya simple aja kan, paling Rain juga nolak lo.." sahut Cakka enteng.

One Piece of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang