One Step Closer

1.9K 131 37
                                    

"Jadi pacar gue, lo mau?"


Satu kalimat tanya yang baru saja di lontarkan Alvin beberapa detik lalu, nyatanya mampu memaku Sivia dalam ketersimaan. Mata sepekat malam itu masih menatapnya lembut tetapi menuntut jawaban. Hanya saja ia masih belum tahu, apa yang harus di katakannya. Ada hati yang sibuk dengan segala kemelut, bimbang dan ragu. Oleh karenanya Sivia memilih berlalu. Sebentar saja, untuk meyakinkan hatinya atas apa yang sesungguhnya benar-benar ia mau.


Masih dalam satuan detik yang terasa begitu lama untuk Alvin menunggu gadis itu membuka suaranya, tanpa di duga, Sivia justru balik badan dan berjalan pelan meninggalkannya. Ada yang terasa berserak jauh di dalam sana saat gadis itu justru meninggalkannya tanpa kata. Sebuah penolakan kah? Alvin mengawasi punggung Siviia yang semakin jauh. Langkah gadis itu tampak tergesa, mungkin karena memang tak ingin mendengar pengakuannya. Mungkin selama ini Alvin yang berlebihan.


Alvin memejamkan matanya dan menghela napas pelan. Memangnya apa yang ia harapkan?


*

3 hours ago.....


Sivia masih memandang arah kepergian Alvin saat tiba-tiba Debo sudah berada di depannya, mengagetkannya.


Duduk di salah satu batu besar di sungai itu, Debo hanya tersenyum tanpa dosa ketika Sivia memandangya kesal.


"Bukan salah gue. Lo aja yang keasyikan ngelamun. Liat apaan sih?" celoteh Debo.


Sivia mendengus. "Ya kan lo bisa permisi kek, apa kek. Nggak tiba-tiba nongol bikin jantungan gitu."


"Ya udah gue ulang deh", Debo tersenyum simpul. "Assalammu'alaikum. Mbak cantik sendirian aja? Mas nya boleh nemenin nggak?"


Sivia melotot ke arah Debo, walau akhirnya ia tertawa juga melihat kelakuan pemuda itu.


Gelak tawa mengisi obrolan mereka. Sivia merasa ringan. Meskipun baru kenal, Sivia tahu Debo adalah teman bicara yang asyik dan punya selera humor yang bagus. Ada saja lelucon konyolnya yang pada akhirnya membuatnya tidak bisa untuk berhenti tertawa.


Hari menjelang sore saat akhirnya Sivia dan Debo merasa lelah dengan banyolan yang mereka ciptakan sendiri. Debo baru akan mengajak Sivia untuk kembali ke tenda saat tahu-tahu anak perempuan itu berdiri dengan langkah ringan, lalu melompat dari satu batu besar ke batu yang lain menuju tepi. Sebelum Debo sempat memperingatkannya untuk hati-hati, Sivia terpeleset jatuh dan kepalanya membentur batu yang hendak di pijakinya.

*


Alvin masih menundukkan kepalanya, lalu mendesah saat selembar daun jati jatuh lagi di hadapannya, tergeletak pasrah di antara ujung depan sepatunya dan ujung sebuah sepatu converse biru yang baru berhenti berderap di saat yang sama.


Alvin mengangkat wajah dan mematung mendapati siapa yang berdiri di hadapannya.


One Piece of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang