You're Mine, Alvin Mandala!

2.6K 138 3
                                    


Sebuah sedan metalik hitam masuk melewati gerbang sebuah rumah bernomor 95B. Memarkirkan langsung di garasi depan, seorang pemuda hitam manis turun dari mobil tersebut. Ia melirik jam tangannya.

Jam 16.00

Kenapa rumahnya masih nampak sepi? Apa mereka belum datang?

Memutuskan untuk berhenti bertanya-tanya pada dirinya sendiri, pemuda itu masuk ke dalam rumah. Ia melihat ruang tamunya, sepi. Memang sih, Biasanya rumahnya juga selalu sepi karena ia hanya tinggal dengan 2 orang asisten rumah tangga dan 2 orang satpam di rumah sebesar itu. Ayah dan bundanya mengurus bisnis di luar negeri dan jarang sekali pulang. Tapi, harusnya rumahnya tidak sepi hari ini, karena seseorang yang sangat dirindukannya mengatakan akan pulang hari ini.

"Den Gabriel, sudah pulang?" sebuah suara mengagetkan Gabriel yang sejak tadi berdiri di ruang tamu.

"Ehh, iya Bi Mar.." Jawab Gabriel pada asisten rumah tangga yang sudah dianggapnya seperti ibu itu. Bi Mar memang sudah bekerja di rumah keluarga Gabriel sejak ayah dan bunda Gabriel baru menikah. Bi Mar juga yang mengasuh Gabriel sejak masih kecil.

"Emm.. Ray, ga kesini Bi?" Tanya Gabriel.

"Ohh Den Ray barusan datang sama Non Bia, Den. Lagi di kolam belakang. Non Bia makin cantik, Bibi aja pang-......"

Gabriel tidak lagi mendengarkan apa yang diucapkan Bi Mar. Ia melesat menuju kolam belakang rumahnya. Ia menghentikan langkah di pintu belakang yang mengarah ke kolam. Memandang dari tempatnya berdiri dua punggung yang duduk dipinggir kolam tengah bercengkerama. Tiba-tiba merasa tidak bisa menghentikan dirinya sendiri untuk tidak tersenyum ketika mendengar tawa renyah gadis itu. Sudah berapa lama sejak terakhir kali ia mendengarnya?

Ia melangkah mendekat. Entah dirinya yang berjalan terlalu pelan atau dua orang didepannya terlalu asyik bercanda sehingga tidak menyadari kehadirannya.

"Hallo..." sapanya.

***

"Gue baru mulai ujian minggu depan. Kok lo udah selesei aja?" tanya Ray pada gadis disebelahnya.


"Disini sama disana kan beda Ray. Kalo belum ujian gue kan belum bisa balik kesini." Jawab Sivia sebal. Ray kadang-kadang bisa sangat bodoh.

"Lo nanti pindah ke sekolah gue kan? Kita bisa berangkat bareng" ucap Ray riang, tidak mempedulikan jawaban ketus Sivia.

Sivia menggigit bibir bawahnya pelan. "Emm, Ray gue...."

"Hallo..." sebuah suara berat memotong ucapan Sivia. Mereka menoleh ke belakang dan mendapati sesosok tubuh tinggi menghampirinya, lelaki hitam manis dengan sebuah kacamata tanpa frame di wajahnya itu.

 
Gabriel melirik Ray sekilas lalu memperhatikan satu sosok lain disana yang juga sedang duduk membenamkan kakinya, tersenyum menatapnya. Gabriel melangkah pelan ke arah gadis yang masih menatapinya lekat-lekat lalu mengulurkan tangan untuk membantu gadis itu berdiri. Gabriel tersenyum saat Sivia menyambut bantuannya. Mereka berdiri berhadapan. Gabriel menatap mata hujan itu, untuk kemudian membawa gadis itu kedalam pelukannya.


"How are you, Princess?" Gabriel hampir-hampir tak dapat menahan haru yang dirasakannya. "I miss you."

***

Pricilla menatap tanpa selera makanan didepannya. Kilasan perdebatannya dengan Gabriel tadi pagi masih membekas jelas. Ia benci Gabriel, sangat.

"Felish, are you okay?" Pricilla tersadar dari lamunannya dan menatap wajah sarat kecemasan di depannya.

Memaksakan sebuah senyum, Pricilla menjawab "Felish nggak pa-pa, Dad. Stress mau ujian aja."

One Piece of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang