Part 2

3.3K 153 9
                                    

Happy reading !!!

***

Aku memarkirkan mobil di halaman rumah Khea. Tanpa menunggu lama Khea muncul sambil tersenyum masam. Ia masih tidak terima dengan keputusan sepihak yang ku ajukan untuk menjemputnya tepat jam 6.

Bagi Khea jam segitu masih terlalu pagi untuk beranjak dari kasur empuknya. Apalagi katanya semalam dia baru pulang dari bandara tengah malam. Yah siapa suruh juga sih punya pacar pilot gitu.

"Ngapain sih lo harus jemput gue pagi-pagi buta gini? Gue masih ngantuk tau." Gerutu Khea setelah memasuki mobil.

"Kan semalam udah gue jelasin kalau hari ini kita ada rekrutmen di Ogivano Garment. Itu kan jauh Khe, lagian kita juga harus siapin alat tesnya dulu." Jelas ku sambil menjalankan mobil keluar dari halaman rumah Khea.

"Ya udah deh terserah, gue mau lanjut tidur dulu. Entar bangunin kalau udah hampir sampe." Ujar Khea seraya mencari posisi yang pas untuk tidur.

"Iya." Jawab ku singkat sambil terus berkonsentrasi pada jalanan.

Setelah kurang lebih satu setengah jam perjalanan akhirnya kami sampai di Ogivano Garment, perusahaan besar yang bergerak dibidang tekstil.

Aku memarkirkan mobil di basemant lalu melangkah menuju lobby diikuti Khea yang berlari kecil sambil merapikan penampilannya.

"Mbak ruang HRD di lantai berapa? Sebelumnya saya sudah buat janji dengan Ibu Rina."

"Mbak Ruang direktur di lantai berapa? Saya ada janji dengan beliau."

Aku terkejut mendengar pertanyaan yang bersamaan dengan pertanyaan ku tadi. Aku reflek menolehkan kepala cantik ku kesamping untuk melihat siapa yang bertanya barusan.

"Mbak, mas, tanyanya satu satu ya. Sehati banget sih, sampe bisa barengan gitu tanyanya." Komentar resepsionis cantik di depanku sambil mengulum senyum.

'Ada yang lucu? Namanya juga kebetulan.' Fikir ku dalam hati.

'Gak ada kebetulan di dunia ini Dira, bisa jadi itu jodoh lo. Takdirkan gak ada yang tau.'

'Aduh suara siapa pula itu? Otak sama hati ko gak sinkron gini.'

"Gini aja deh, masnya dulu mau tanya apa, kayaknya masnya ada perlu penting." Ujar mbak resepsionis itu sambil tersenyum manis pada pria di sampingku.

'Huh mentang-mentang cowok cakep aja dilayani duluan, nah gue yang sejenis sama dia malah dicuekin. Ini sih deskriminasi gender namanya.' Gerutuku dalam hati.

"Mbaknya duluan aja deh, saya penganut faham ladies first ko." Ujar pria itu sambil tersenyum manis ke arah ku.

Aduh itu kenapa senyumnya bisa semanis itu? Dikasih makan apaan sih ni orang sama emaknya? Madu campur gula kali ya?

Fokus Ra, fokus. Ko malah bahas senyum sih. Tetep stay cool donk.

"Sayangnya saya bukan penganut faham itu. Jadi silahkan kalau mas mau duluan. Kayanya penting banget sampai-sampai main serobot gitu aja, padahal saya duluan yang sampai disini." Ucapku datar dan sedikit sinis tanpa perlu repot-repot membalas senyumnya.

Aku tidak memperdulikan sikutan Khea dan tatapan kaget pria di sampingku karena mendengar kalimat ku barusan. Aku hanya tidak ingin beramah tamah disaat pekerjaan sedang menunggu.

Apa lagi dengan pria penebar senyum seperti itu. Dia kira semua wanita bakal luluh gitu sama senyum manisnya tadi? Oh mungkin bagi wanita lain iya, tapi bagiku tidak!

***

"Lo bisa gak sih, Ra, ramah dikit gitu sama orang, apalagi cowok. Lo mau sampe kapan terus-terusan nutup hati lo gitu? Lo gak sadar sekarang umur lo da berapa? Mama lo juga udah tanyain kapan lo mau nikah kan? Nadine bahkan udah mau tunangan. Emangnya lo gak ada kepikiran buat nikah gitu?" Tanya Khea bertubi tubi saat kami sudah berada di ruang HRD dan sedang mempersiapkan alat tes.

FATE - Slow UpdateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang