"Tante cantiikkk..." teriak Dita yang baru saja keluar dari kamarnya. Gadis kecil itu berlari ke arah pintu dimana Nadira dan Rendra berada. Ia begitu bersemangat menyambut kedatangan Nadira di rumahnya hari ini. Tak memperdulikan teriakan mbok Sum yang memintanya untuk tidak berlari-lari.
"Aduh anak Ayah pagi-pagi udah cantik aja." Rendra yang melihat gelagat putrinya langsung mengambil tindakan dan menganggkat putrinya sebelum ia menubruk Nadira. Mengabaikan protes dari Dita dan tatapan jengkel dari Nadira karena gagal mendapatkan pelukan selamat datang.
"Ish Ayah, Dita itu mau peluk Tante Cantik, bukan peluk Ayah." protes Dita dalam pelukan ayahnya. Ia meronta ingin diturunkan.
"Jadi sekarang Dita udah gak mau peluk Ayah lagi?" Rendra menurunkan putrinya dan memasang ekspresi wajah pura-pura tersakiti. "Dita udah gak sayang Ayah lagi." rajuknya seperti anak kecil.
"Ayah lebay." ejek gadis kecil itu sambil cemberut, membuat Nadira terkekeh geli. "Tante gendong." pintanya manja sambil merentangkan tangannya.
Nadira membungkuk untuk menuruti permintan gadis kecil di depannya. Ia membawa gadis itu kedalam gendongannya sambil mencium pipinya gemas membuat Dita tertawa senang.
"Dita, gak usah minta gendong gitu ah, kamu itu berat."
Dita mencibir, sedangkan Nadira hanya tersenyum. "Gak papa, Pak Rendra."
"Tante, hari ini kita mau ngapain?" tanya Dita memulai percakapan.
"Ehm ngapain ya?" Nadira tampak berpikir, tidak tahu apa yang harus dilakukan di rumah Rendra. Ia baru bangun saat ponselnya berbunyi dan menampilkan pesan dari Rendra yang berkata ingin mengajaknya ke rumah pria itu karena Dita ingin bertemu. Lagi pula cuaca hari ini tidak mendukung untuk melakukan aktifitas di luar ruangan. Hujan ringan turun membasahi kota Bandung sejak subuh tadi, dan sepertinya tidak menampakkan tanda-tanda kapan akan berhenti.
"Nte, gimana kalau kita nonton aja?" usul Dita ketika Nadira tak juga kunjung memberi jawaban.
"Nonton?" ulang Nadira. "Di bioskop?" tanyanya tidak yakin.
Dita berdecak. Ia melirik Ayahnya, lalu mendekatkan wajahnya ke arah Nadira untuk membisikkan sesuatu. "Lagian kalau hujan gini Ayah gak bakal bolehin aku keluar."
"Kenapa?" tanya Nadira tak sadar ikut berbisik.
"Katanya biar aku gak sakit. Padahal aku kan gak main hujan-hujanan. Ayah aja yang lebay." jawab Dita yang membuat Nadira tertawa geli. Pasalnya dalam jangka waktu kurang dari setengah jam ini, Dita sudah dua kali mengatakan ayahnya lebay.
"Kamu pasti lagi gosipin Ayah 'kan? Makanya itu tante Nadira sampe ketawa gitu?" tuduh Rendra pada putrinya begitu melihat Nadira ketawa setelah berbisik-bisik dengannya.
"Gak boleh suudzon gitu pak Rendra." jawab Nadira kalem sambil menahan senyum. Ia menatap kembali gadis kecil dalam gendongannya. "Kita mau nonton apa?"
"Ehm apa ya?" gantian gadis kecil ini yang tampak berpikir. Ia mengingat-ingat film apa saja yang ia punya. Ia mendesah kecewa ketika mengingat bahwa film yang ia punya hanyalah film anak-anak.
"Nadira saya tinggal dulu ya," kata Rendra tiba-tiba sambil menganggat ponselnya yang masih berbunyi, menandakan ada panggilan masuk. Nadira mengangguk singkat mengiyakan.
"Dita kamu ajak Tante Nadira masuk ya, jangan minta gendong terus, Ayah mau ke ruang kerja dulu. Kamu jangan nakal sama Tante Nadira." pesan Rendra sambil mencium kening putrinya sebelum menganggkat panggilan itu dan pergi.
"Kenapa kok mukanya sedih gitu? Gak mau Ayah pergi?" tanya Nadira ketika melihat wajah murung gadis kecil dalam gendongannya setelah kepergian Rendra.
![](https://img.wattpad.com/cover/51693803-288-k201783.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE - Slow Update
RomanceTakdir... Aku tidak suka kata itu. Terlepas dari takdir atau tidak, Kau berada disini sekarang, Disisi ku Narendra Wirakusuma Menikah itu nasib. Mencintai itu takdir. Kau bisa berencana menikah dengan siapa. Tapi kau tak bisa rencanakan cinta mu unt...