Part 7

2.1K 103 3
                                        

Haii aku balik lagi nih.. setelah satu bulan lebih gak ada update cerita.. maklum anak semester akhir.. jadi agak sibuk2 gitu deh.. hehe

Happy Reading ya...

***

Deg deg deg.

Jantung ku bergemuruh kencang saat mata ku tak sengaja bertemu pandang dengan mata itu. Mata yang sejak kemunculan ku di pintu lembaga terus menatap ku, tepat di manik mata ku. Menatap ku begitu intens dan dalam, sehingga membuat ku merasakan sesuatu yang aku sendiri tidak tau itu apa.

Perasaan aneh apa ini? Sepertinya sudah lama aku tak merasakan perasaan seperti ini. Kenapa pria ini menatap ku dengan pandangan seperti itu? Apakah ada yang aneh dengan penampilan ku? Sepertinya tidak. Buktinya sejak tadi Aurel tidak komentar apa-apa terhadap penampilan ku.

Lalu kenapa? Tatapan itu membuat ku sedikit risih. Atau tidak nyaman? Entahlah, aku juga bingung bagaimana menjelaskannya. Yang jelas aku tidak suka ditatap seperti itu!

"Ra, ngapain lo bengong gitu di pintu? Ada Mas Rendra nih nyariin elo." Suara Khea menyentak lamunan ku. Aku tersenyum dan berusaha menormalkan detak jantung ku yang menggila.

"Pak Rendra kesini mau bahas proyek renovasi lembaga, jadi bukan gue aja yang dicari, tapi kalian juga. Kemarin gue lupa ngomong sama kalian." Aku berkata senormal mungkin, menutupi rasa gugup yang tiba-tiba menyerang ketika aku berjalan mendekati Rendra.

Aku mempersilahkan Rendra untuk kembali duduk agar kami bisa mulai membahas kerja sama ini. Aurel, Khea serta Disa pun ikut duduk setelah melihat kode dari ku. Sedangkan Alin berjalan menuju pantry, membuatkan minum untuk Rendra.

"Maaf membuat Pak Rendra menunggu lama, saya benar-benar lupa kalau hari ini mempunyai janji dengan Bapak." Aku membuka suara saat kami telah duduk. Tersenyum tidak enak karena melupakan janji temu dengannya dan membuatnya menunggu seperti ini.

"Tidak apa-apa. Saya juga belum menunggu terlalu lama." jawabnya sambil tersenyum lembut. Aahh senyum itu lagi.

"Jadi ini, Ra, yang namanya Rendra? Ganteng banget Ra, sayang kalau gak lo gebet." Bisik Aurel yang duduk tepat di samping ku dengan volume suara cukup keras. Aurel memandang Rendra yang duduk berhadapan langsung dengan ku dengan sorot kagum. Sedangkan Disa dan Khea yang duduk di sofa sebelah Rendra hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah ajaib Aurel.

Aku menyikut lengan Aurel, melotot kearahnya sebagai kode agar dia diam. Karena aku yakin suara Aurel tadi masih dapat di dengar oleh Rendra. Dan itu terbukti ketika aku melihat senyum tipis di bibir seksi Rendra.

Tunggu?

Apa tadi aku baru aja bilang kalau bibir Rendra seksi?

Aku mengeleng-gelengkan kepala, berusaha mengusir pikiran-pikiran aneh tentang Rendra.

"Silahkan diminum Pak Rendra. Saya minta maaf karena tadi tidak mengenali Bapak. Dira tidak memberitahu saya kalau hari ini Bapak akan kesini." Alin menyodorkan segelas teh hangat tepat di depan Rendra sambil tersenyum minta maaf. Rendra hanya mengangguk maklum dan tersenyum menanggapi perkataan Alin barusan.

"Oh ya sebelumnya perkenalkan saya Alin, sahabat Dira sekaligus manager lembaga ini." Alin mengulurkan tangan ke arah Rendra dan dibalas oleh Rendra sambil menyebutkan namanya. Disa serta Aurel pun ikut memperkenalkan diri secara bergantian.

Setelah acara perkenalan, kami langsung membahas mengenai proyek kerja sama kami. Ketika diskusi sedang berlangsung, aku lebih banyak diam dan mendengarkan. Alin, Disa serta Aurel yang lebih banyak bertanya serta menjawab pertanyaan dari Rendra tentang bagaimana konsep yang diinginkan.

FATE - Slow UpdateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang