Pengumuman & Cuplikan Part 23

932 55 20
                                    

Halo...

Sebelumnya saya minta maaf kalau ada yang merasa kena php karena ini bukan kelanjutan cerita. Saya cuma mau kasih pengumuman aja mengenai kelanjutan cerita ini. Kayanya ini pertama kalinya deh saya buat pengumuman kaya gini.

Bukan, ini bukan pengumuman kalau cerita ini mau dibukukan kok. Jadi saya bukan mau ngumumin tentang harga dan jadwal PO. Bukan juga pengumuman kalau saya mau hiatus atau apalah namanya itu.

Disini saya cuma mau bilang kalau mulai part depan cerita ini bakal saya private, kalau saya gak lupa. Kenapa saya bilang kalau gak lupa, karena saya suka lupa sama sesuatu yang bukan rutinitas dan belum jadi kebiasaan. Beberapa part sebelumnya juga udah saya private secara acak kok. Jadi intinya cerita ini bakal tetap saya lanjutkan sampe tamat. Walapun saya sendiri gak tau tamatnya kapan.

Saya private cerita ini bukan karena saya pengen punya banyak followers. Saya cuma mau melindungi karya saya aja. Meskipun karya saya cuma cerita mainstrem yang abal-abal, tapi cerita ini murni imajinasi saya, makanya saya bakal melindungi segenap jiwa dan raga. Seperti kata pepatah, lebih baik mencegah dari pada mengobati bukan?

Part depan bakal saya update 'mungkin' sekitar seminggu lagi. Mungkin loh ya, jadi itu belum pasti. Kalau ide dan mood saya lancar kaya beberapa hari ini sih kemungkinannya bakal siap dalam beberapa hari. Tapi kalau ide dan mood saya memburuk dalam beberapa hari kedepan, yah kemungkinan bakal updatenya entah kapan. Jadi jangan teror saya kalau dalam kurun waktu seminggu kedepan saya gak update. Hehe

Oh iya ada yang sadar gak kalau cover cerita ini saya ganti? Gimana menurut kalian?

Nah sebagai bonus saya mau kasih sedikit cuplikan untuk part depan yang udah saya tulis. Kali aja ada yang penasaran gitu. Wkwk

***

"Aku gak nyangka bakal ketemu kamu disini." Lelaki itu kembali berkata sambil menampilkan senyumnya manisnya. "Kenapa kita baru ketemu sekarang ya? Padahal kita tinggal di kota yang sama." lanjutnya sambil tertawa kecil.

"Bandung kan luas." Dan gue emang gak berharap bakal ketemu lo lagi. Nadira melanjutkan dalam hati.

"Kamu berubah ya." kata Lelaki itu sambil mengamati Nadira dengan raut wajah serius. "Sekarang kamu ngomongnya gue-elo, bukan aku-kamu lagi." lanjutnya, membuat Nadira menaikkan sebelah alisnya dengan ekspresi mencibir.

What the hell. Siapa juga yang masih mau ber'aku-kamu' sama mantan?! Becanda nih orang.

"People changes." jawab Nadira seraya mengendikkan bahunya acuh. Tidak mau melanjutkan topik tentang dirinya yang katanya berubah.

"Yeah, right." Lelaki itu mengangguk setuju. "By the way, kamu lagi apa disini?" tanya Lelaki itu lagi mengganti topik pembicaraan.

"Ada janji sama seseorang. Kalau lo, ngapain disini? Sendirian?" tanya Nadira balik sambil meneliti penampilan lelaki dihadapannya. Menebak kira-kira apa yang sedang lelaki itu lakukan disini.

Bukannya menjawab, lelaki itu justru mengambil sesuatu dalam tas yang dibawanya, kemudian memberikan pada Nadira.

Sebuah undangan.

Untuk beberapa saat Nadira merasa seolah-olah bumi berhenti berputar. Ia menatap lekat undangan yang tergeletak di atas meja. Kemudian beralih menatap lelaki yang sedang tersenyum di depannya. Ia mencengkram erat tali tas yang sedari tadi dipegangnya sampai buku-buku tangannya memutih.

Ayolah Nadira, lo gak bener-bener terpukul karena dapat undangan pernikahan dari mantan kan? Mana yang katanya udah move on? Seru batinnya mengejek.

"Itu... Apa?" tanyanya dengan suara tercekat.

"Undangan pernikahan." jawab Lelaki itu singkat.

Gue juga tau kalau itu undangan pernikahan, maksud gue itu undangan pernikahan siapa?! Ingin sekali rasanya Nadira berteriak seperti itu pada lelaki di depannya namun yang keluar dari mulutnya justru berbeda. "Oh. Lo... Itu undangan pernikahan lo?"

***

Oh iya saya mau minta bantuan doa lagi dari temen-temen semua, tadi malam saya dapet kabar kalau sahabat saya yang lagi dirawat di RSCM kondisinya memburuk. Nama sahabat saya ini Fiki Amalia, kalau dicerita ini saya gambarkan sebagai sosok Adisa Pranata. Fiki menderita kanker tulang belakang, jadi dia udah gak bisa bangun dan jalan lagi sejak masuk rumah sakit. Terus semalam keluarganya kasih kabar kalau kanker tulang belakang yang dideritanya udah masuk stadium akhir. Saya dan sahabat saya yang lain sedih banget dengernya. Padahal terakhir saya jenguk dia akhir bulan Januari setelah dia operasi kata dokter kondisinya makin membaik. Sekarang yang bisa kami lakukan cuma berdoa semoga ada keajaiban dan kondisinya semakin membaik. Aamiin


Semarang, 03 Mei 2017

FATE - Slow UpdateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang