Part 1

7.6K 181 11
                                    

Happy reading !!!

***

I hate Monday. Aku bukan termasuk golongan anti mainstream yang tidak membenci hari Senin. Karena bagiku hari Senin itu musibah yang tidak bisa dihindari. Dimana setiap hari Senin aku harus rela mengakhiri kebiasaan ku untuk bangun siang karena harus ke Lembaga.

Aku seorang Psikolog yang sudah punya Lembaga sendiri. Lembaga itu aku dirikan satu setengah tahun yang lalu bareng sahabat-sahabat ku tercinta, Alin, Adis, Khea dan Aurel.

Oh iya kenalin nama ku Nadira Seraphine. Kata Mama sih arti nama ku itu bidadari yang sangat berharga. Yah mungkin bagi Papa dan Mama aku merupakan bidadari yang sangat berharga.

Tahun ini aku genap berusia 26 tahun. Masih single, dan yah, jomblo karena saat ini aku tidak memiliki pacar. Tapi itu bukan suatu masalah bagi ku karena untuk saat ini aku sama sekali tidak berminat untuk mencari pacar.

Eits, biar pun gitu bukannya aku gak pengen nikah lho ya. Gini-gini sih aku wanita normal yang mendambakan punya keluarga yang harmonis. Tapi untuk saat ini aku masih ingin menikmati kesendirian ku.

Aku masih ingin berkarir sebagai wanita single yang bebas kemana pun tanpa harus wajib lapor 24 jam sama pacar, apalagi suami. Aku juga masih ingin mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk biaya Mama dan Papa naik haji.

"Nadira kamu udah bangun belum, Nak? Ini hari Senin lho, kamu gak kerja?" tanya Mama yang tiba-tiba nongol dalam kamar ku.

"Iya, Ma, Dira udah bangun ko, udah mandi juga nih. Udah cantik 'kan, Ma?" tanya ku sambil nyengir gaje ke arah Mama. Mama hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah anak pertamanya yang rada-rada absurd. Atau malah kelewat absurd? Entahlah.

"Ya udah kalau gitu kamu siap-siap terus sarapan kebawah ya, Papa sama Nadine juga bentar lagi siap kok." Ucap Mama sambil berlalu menuju dapur.

"Oke deh Mama cantik."

Setelah bersiap-siap aku turun menuju ruang makan. Disana sudah berkumpul Papa, Mama dan adik ku, Nadine.

Aku itu anak pertama dari dua bersaudara. Aku dan adikku, Nadine hanya selisih tiga tahun. Jarak usia yang cukup dekat, sehingga kami lebih sering bertengkar dari pada baikan. Yah namanya juga kakak adik ya kan. Jadi maklum aja lah.

"Gimana kerjaan kamu di lembaga? Lancar-lancar aja kan?" tanya Mama memulai pembicaraan ketika aku sudah duduk manis di meja makan.

"Alhamdulillah untuk saat ini lancar kok, Ma, lagi banyak klien, banyak juga perusahaan yang pakai lembaga kami untuk rekrutmen karyawan." Jawabku disela-sela kunyahan.

"Syukur deh kalau gitu. Temen-temen kamu gimana kabarnya? Udah lama mereka gak main kesini."

"Kabar mereka semuanya baik kok, Ma, cuma kan sekarang kami lagi sibuk-sibuknya sama kerjaan, makanya mereka gak sempat mampir kesini. Itu juga yang buat aku sering pulang malam akhir-akhir ini." Jelas ku sambil terus mengunyah makanan.

"Kirain Kakak pulang malam tu karena udah punya pacar trus kencan gitu, eh gak taunya kencan sama kerjaan. Payah!" Celetuk adik ku tiba tiba.

"Pacar? Makanan jenis apa itu? Oh makanan pelengkap yang terdiri dari mentimun dan wortel itu ya?" Aku memasang tampang (sok) polos.

"Itu acar Kakaakkk... Hadeh!" Nadine menepuk kepalanya dramatis. Dasar drama queen.

"Udah pagi-pagi gak usah berantem, apa lagi di meja makan gini. Kesannya kita kaya gak bersyukur sama nikmat Tuhan." Lerai Papa.

"Kakak tuh Pa. Udah tua juga, bukannya cari pacar terus nikah, eh malah kerja mulu. Jadi perawan tua baru tau rasa deh."

"Bodo ah, yang namanya jodoh juga gak bakal diambil orang. Tapi kalau ditikung sih bisa jadi. Hehe" Jawabku sambil nyegir gaje. Nadine hanya mencibir mendengarnya.

FATE - Slow UpdateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang