To : Alin
Lin, hari ini gue gak masuk. Jangan ganggu gue untuk hari ini!
Send
Setelah mengirim pesan singkat kepada Alin, aku segera meletakkan-sedikit melempar-kembali ponsel ku ke atas nakas lalu kembali menarik selimut. Mulai mencari posisi nyaman untuk melanjutkan tidur ku yang tertunda.
Namun baru saja aku hendak memejamkan mata, ponsel ku berdering, menandakan ada pesan masuk. Aku mengerucutkan bibir ku sebal karena tahu pasti kalau Alin lah yang mengirimi ku pesan. Aku yakin dia pasti memprotes isi pesan ku yang sangat seenaknya itu. Tapi aku tidak peduli karena yang aku butuhkan saat ini hanyalah tidur dan tidur.
Aku mengabaikan pesan masuk itu dan kembali memejamkan mata. Bermaksud untuk melanjutkan tidur ku yang baru beberapa jam saja. Akan tetapi sepertinya keadaan memang tidak memperbolehkan ku untuk melanjutkan tidur ku, karena aku mendengar mama ku tersayang sudah teriak-teriak dengan lantangnya dari lantai bawah.
"Dira..." teriak mama dengan volume yang sangat cetar membahana. "Kamu gak berangkat kerja? Ini udah jam setengah delapan loh."
Aku menyibakkan selimut dan menghela nafas frustasi. 'Mau tidur aja kok banyak banget gangguannya.' Batin ku jengkel.
"Enggak, ma, hari ini libur." Jawab ku yang juga berteriak.
"Masak sih libur? Perasaan gak tanggal merah deh." Tanya mama yang ternyata sudah masuk ke dalam kamar ku.
"Meliburkan diri." balas ku singkat.
Mama mengerutkan kening bingung. "Dalam rangka apa?"
"Ya gak dalam rangka apa-apa, ma, males aja."
"Kok enak banget, emang itu kantor punya kamu?"
"Bukannya emang iya ya?" aku balik bertanya.
"Ya udah deh terserah kamu aja. Pusing mama ngomong sama kamu mah." Kata mama sambil pergi menginggalkan kamar ku.
***
Aku turun dari taksi dan berjalan kearah kantor dengan wajah masam. Masih kesal dengan teman-teman ku yang mengharuskan-lebih tepatnya memaksa-aku untuk datang ke kantor.
Demi apa coba, ini tuh masih jam 9 pagi. Padahal tadi pagi Alin bilang kalau aku boleh masuk siang, asalkan tetep datang ke kantor.
Alasannya? Karena hari ini hari terakhir Adis berada di kota ini, dan nanti sore kami harus ke bandara untuk melepas kepergian Adis. Ayam kali ya dilepas.
Tapi aku sendiri tidak yakin kalau itu adalah satu-satunya alasan yang membuat mereka mengharuskan aku untuk datang ke kantor sepagi ini.
Kalau ditanya kenapa aku mempunyai keyakinan begitu? Jawabannya karena aku merasa ada sesuatu yang mereka sembunyikan, sampai-sampai mereka dengan kompaknya melancarkan teror melalui telepon maupun pesan singkat yang sangat mengganggu itu.
Walapun aku sudah mematikan ponsel ku dan menyimpannya di bawah kolong tempat tidur, tapi mereka masih mempunyai cara lain untuk kembali meneror ku. Contohnya dengan menelpon mama ku tersayang, dan menceritakan secara berlebihan mengenai aku yang mendiamkan Adis sejak kemarin, padahal hari ini hari terakhir Adis sebelum berangkat seberang pulau, yang nama tempatnya aku lupa.
Dan yah, usaha mereka berhasil, karena setelah itu mama dengan semangat 45 mulai menggedor-gedor pintu kamar ku dan menyuruh aku agar segera bangun dan bersiap untuk ke kantor. Bahkan mama mengancam bakal mencongkel pintu kamar ku kalau saja aku tidak menuruti keinginannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE - Slow Update
RomanceTakdir... Aku tidak suka kata itu. Terlepas dari takdir atau tidak, Kau berada disini sekarang, Disisi ku Narendra Wirakusuma Menikah itu nasib. Mencintai itu takdir. Kau bisa berencana menikah dengan siapa. Tapi kau tak bisa rencanakan cinta mu unt...