Part 5

2.2K 123 7
                                        

Hay aku balik lagi nih...

Happy reading guys!!!

***

"Dira... Kita makan siang bereng di KFC daerah Mataram yok. Gue tunggu lo paling lambat satu jam dari sekarang. Bentar lagi gue OTW!"

Aku mendesah pasrah saat Aurel memutuskan pembicaraan secara sepihak. Aku menatap kertas-kertas yang berserakan di lantai kamarku. Beberapa minggu belakangan ini aku harus berkutat dengan laporan hasil pemeriksaan klien yang menumpuk. Bahkan aku harus merelakan hari liburku untuk tetap menyelesaikan pekerjaanku.

Aku melirik jam dinding di kamarku. Jam setengah 12, dan aku membutuhkan waktu kira-kira satu jam untuk sampai di tempat yang sudah ditentukan Aurel tadi. Sebenarnya jarak dari rumah ku menuju Mataram itu tidak terlalu jauh, tapi kalau di tambah waktu untuk membereskan seluruh kertas-kertas ini serta mandi dan bersiap-siap maka yah kira-kira butuh waktu satu jam.

Aku keluar dari kamarku setelah menghabiskan waktu setengah jam untuk bersiap-siap dan setengah jam kemudian sampai di tempat yang Aurel tentukan. Itu pun sudah aku lakukan dengan kecepatan maksimal, karena kalau sampai aku telat dari batas waktu yang sudah ditentukan, Aurel bisa dia ngomel panjang lebar kali tinggi. Udah kaya luas suatu bangunan aja. Ckckck

"Lama banget sih, Ra, lo udah melebihi batas waktu yang gue tentukan tau gak sih!"

Tuh 'kan apa aku bilang. Baru juga sampai, bahkan aku duduk juga belum tapi dia udah ngomel aja. Hadeh nasib buruk emang punya temen model Aurel gini. Ko bisa sih sampai sekarang aku masih betah sahabatan dengan dia? Sepertinya hanya aku, Aurel dan Tuhan yang tau.

"Itu udah dengan kecepatan maksimal tau. Emang lo tau tadi gue lagi apa saat lo telepon gue dan seenak jidat lo minta ketemu gini?"

"Enggak. Kan lo gak ngasih tau gue." Jawabnya cuek sambil memasang muka sok polos.

Ya Allah, kalau aja gak ingat dia itu sahabat aku, rasanya aku pingin lempar muka dia pake vas bunga yang ada di atas meja ini.

"Udah deh gak penting juga, yang ada gue emosi kalau bahas itu. Apa lagi liat tampang sok polos lo itu. Rasanya pengen gue cakar-cakar tau gak!" Seru ku jengkel.

"Ya maaf sih Ra, gue juga gak bakal maksa lo gini kalau gak da yang penting 'kan?" Sesal Aurel. Kini raut mukanya berganti sedih. Aku jadi merasa bersalah udah ngebentak Aurel barusan.

"Udah lupain. Emang ada masalah apa lo? Kita cuma berdua aja nih?" Tanya ku sambil mengedarkan pandangan untuk mencari keberadaan sahabat ku yang lain.

"Enggak ada Khea juga ntar. Gue sih ngajakin semuanya tapi lo tau sendiri kalau Alin sama Disa udah gak bisa bebas keluar lagi gara-gara mereka dah nikah."

"Yah kalau itu sih gue ngerti, mereka kan udah beda kehidupan sama kita."

"Lo pikir mereka udah meninggal pake dibilang beda kehidupan segala?" Sahut Khea yang tiba-tiba muncul.

"Yah maksudnya 'kan kehidupan mereka udah kehidupan rumah tangga jadi ada yang harus di urusin, beda sama kita yang masih sendiri gini." Jelas ku panjang lebar.

"Yang penting kita gak jomblo kaya elo." Celetuk Khea sadis. Aku hanya cemberut.

Kampret! Kenapa malah bawa-bawa status gini sih?

"Udah deh gak usah bawa-bawa status, ujung-ujungnya kalian bakal mojokin gue lagi. Intinya lo ngapain ngajakin kita ketemu disini?" Tanyaku sambil melirik ke arah Aurel.

"Gak ada kangen aja sama kalian. Hehe"

"Gue gak yakin, pasti ada sesuatu deh." Khea mencomot kentang goreng milik Aurel. "Kita kenal bukan baru kemaren sore, Rel dan lo tau itu."

FATE - Slow UpdateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang