Haii.. ketemu lagi sama aku.. ada yang nungguin cerita ini gak? Gak ada ya? Ya udah deh..
Happy Reading!!!
***
Sesampainya di rumah aku menghempaskan tubuh ku di atas ranjang. Hari ini terasa melelahkan, setelah hampir seharian berkutat dengan alat berbagai tes untuk rekrutmen di Ogivano Garment.
Ini pertama kalinya aku melakukan rekrutmen di perusahaan besar dengan pelamar kerja mencapai ratusan. Biasanya yang bertanggung jawab atas rekrutmen karyawan itu Aurel dan Adisa. Tapi berhubung hari ini Aurel tidak bisa pergi karena harus bertemu dengan calon suaminya, jadilah aku dan Khea yang mengantikannya.
Aku, Aurel, Khea, Adisa serta Alin mendirikan sebuah Lembaga Psikologi sekitar satu setengah tahun yang lalu setelah kami semua menyelesaikan study Magister Psikologi dan mendapatkan izin praktek dari HIMPSI. Lembaga ini merupakan mimpi kami saat kami masih kuliah S1.
Aku dan Khea mengambil konsentrasi Psikologi Klinis, sehingga kami lebih sering menangani klien dengan masalah yang bersifat klinis. Kalau Disa dan Aurel mengambil konsentrasi Psikologi Industri dan Organisasi, makanya mereka yang lebih sering bertanggung jawab kalau ada rekrutmen di sebuah perusahaan. Sedangkan Alin mengambil konsentrasi Psikologi Pendidikan.
Di dalam Lembaga Alin lah yang bertugas untuk mengatur jadwal temu klien serta menentukan pekerjaan mana yang akan di ambil. Yah semacam manager gitu lah.
Ceklek
"Kak udah disuruh mama bantuin masak buat makan malam tuh. Katanya ntar mau ada tamu gitu." Seru Nadine sambil berjalan masuk kedalam kamarku.
"Gue capek. Kenapa gak lo aja sih yang bantuin? Emangnya mau ada siapa, ko tumben banget? Temen kantor papa?" tanya ku tanpa mengubah posisi tidurku.
"Gue mau jalan sama Sarah ke toko buku, udah janjian sejak minggu kemaren." Jawab Nadine. "Mana gue tau, gue juga tadi gak tanya sama mama siapa yang dateng. Iya kali, trus mau dijodohin ma elo." Lanjut Nadine yang sudah bersip-siap lari keluar kamarku sambil menahan tawa.
Aku bangun dari tidurku dan melempar bantal kearah Nadine yang sudah sampai di pintu kamarku. "Sialan lo! Dikira gue gak laku apa ya pake dijodohin segala? Gue bisa cari calon suami sendiri kelles." Teriakku dari dalam kamar diiringi gelak tawa Nadine yang masih terdengar.
***
Aku berjalan menuju dapur setelah membersihkan diri, berniat untuk membantu mama menyiapkan makan malam. Di dapur mama sudah terlihat sibuk dengan celemek kesayangannya.
"Mau ada acara apa sih, Ma, ko tumben masak banyak gini?" tanyaku ketika sampai di dekat mama.
"Papa ngundang temen kantornya untuk makan malam di rumah, katanya sekalian syukuran karna abis menang tander gitu." Jelas mama yang masih sibuk dengan adonan tepungnya. "Eh kamu potong-potong itu dagingnya ya."
"Oke Ma." Jawabku sambil mulai memotong daging dan bergulat dengan alat masak lainnya.
Setelah hampir satu jam berkutat dengan bahan dapur dan alat masak, aku dan mama segera meletakkan hidangan di atas meja makan.
"Ma, Dira ke atas lagi ya, Dira capek mau istirahat." Pamitku pada mama.
"Gak makan dulu?"
"Enggak deh, Ma, tadi sebelum pulang udah makan ko sama Khea."
"Yaudah kalau gitu. Jangan malam malam tidurnya. Kasian badan kamu kalau terlalu di forsir gitu." Nasihat mama.
"Iya Mama ku sayang." Jawabku sambil melangkah menuju kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE - Slow Update
RomantizmTakdir... Aku tidak suka kata itu. Terlepas dari takdir atau tidak, Kau berada disini sekarang, Disisi ku Narendra Wirakusuma Menikah itu nasib. Mencintai itu takdir. Kau bisa berencana menikah dengan siapa. Tapi kau tak bisa rencanakan cinta mu unt...