Part 13

1.3K 88 7
                                    

Hari Minggu ini Rendra sengaja mengosongkan jadwalnya untuk menemani Dita bermain. Sudah lebih dari sebulan belakangan ini ia terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan, sehingga tak sempat menemani putrinya bermain.

Dita memilih taman hiburan untuk mengisi waktu liburannya kali ini, dan Rendra pun menyetujuinya. Dita begitu bersemangat memasuki hampir semua wahana yang ada di taman hiburan. Anak itu benar-benar bahagia. Setelah lebih dari sebulan ini ayahnya, terlalu sibuk dengan pekerjaannya, sehingga hari minggu pun tidak bisa berada di rumah dengan alasan pekerjaan.

"Dita, kita istirahat dulu ya, sayang. Ayah capek nih." usul Rendra ketika Dita menarik tangannya menuju wahana bermain yang baru.

"Ayah capek?" Tanya gadis kecil itu dengan ekspresi yang menggemaskan. Rendra mengangguk sambil memasang wajah memelas.

Dita mengangguk sekilas lalu mengedarkan pandangannya kesekeliling. Pandangannya terhenti ketika melihat kursi kosong yang berada di dekat pohon.

"Ayah, ayok kita duduk disana, disana kosong." Dita menunjuk kursi kosong temuannya tadi dengan semangat. Gadis itu segera menarik tangan ayahnya menuju kursi kosong itu. Rendra tersenyum melihat semangat putrinya lalu berjalan mengikuti gadis kecilnya.

"Dita gak capek?" tanya Rendra saat sudah duduk di kursi.

Dita menggeleng, "Enggak. Pokoknya Dita mau cobain semua permainan yang ada disini. Soalnya Dita gak tau kapan bisa kesini lagi sama Ayah, 'kan Ayah sibuk kerja." Jawabnya polos. Ia tak menyangka bahwa ucapan polosnya membuat sang ayah merasa tersindir.

Rendra meringis mendengar jawaban putrinya. Ia merasa bersalah karena belakangan ini terlalu sibuk dengan pekerjaannya, sehingga menelantarkan putri semata wayangnya.

"Maafin Ayah ya sayang, akhir-akhir ini Ayah emang lagi sibuk banget, jadi gak bisa temanin Dita main. Tapi Ayah janji, kalau kerjaan Ayah udah selesai, Ayah bakal ajak Dita main kemana pun Dita mau."

"Beneran, Yah?" Tanya Dita dengan mata berbinar. Rendra mengangguk.

"Kemana aja?" tanya gadis itu memastikan.

Rendra kembali mengangguk. "Emang Dita mau kemana?"

"Mau ketempat bunda. Dita kangen sama bunda." Jawab gadis itu semangat. Matanya menerawang, seakan membayangkan bertemu dengan bundanya.

Rendra membeku. Lidahnya terlalu kelu untuk membalas ucapan putrinya. Selalu begitu setiap Dita mengungkit tentang bundanya yang telah tiada. Membuat perasaan bersalah semakin menghampirinya.

Selama setahun terakhir, Dita memang tumbuh tanpa kasih sayang dari seorang ibu. Hanya dirinya yang anak itu miliki. Tetapi terkadang dirinya justru sibuk dengan pekerjaan, yang menurutnya itu untuk kebaikan putri kecilnya.

Tapi Rendra terkadang lupa, bahwa sosoknya yang selalu berada disampingnya lah yang paling dibutuhkan oleh Dita saat ini. Ia terlalu sibuk tenggelam dengan pekerjaannya yang terkadang tidak terlalu mengharuskan dirinya untuk lembur. Ia hanya terlalu memaksakan dirinya untuk hal-hal yang sama sekali tidak perlu.

"Ayah udah gak capek lagi kan?" suara Dita memecah lamunannya.

Rendra menoleh kearah putrinya. Ia mengangguk sambil tersenyum sebelum bertanya, "emang mau main apa lagi, sayang?"

"Dita mau masuk kesana, yah." Dita menunjuk kearah orang yang sedang mengantri karcis didekat tulisan 'rumah hantu'.

Rendra menaikkan alisnya, "rumah hantu?" tanyanya memastikan. Dita mengangguk.

"Mau masuk kesana? Yakin?" Dita mengangguk lagi.

"Emangnya Dita gak takut? Disana banyak hantu yang serem-serem loh." Kali ini gadis kecil itu menggeleng.

FATE - Slow UpdateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang