"Gue mau nikah."
Uhuk uhuk
Aku tersedak minuman yang sedang aku minum mendengar kalimat ajaib dari Aurel barusan. Aurel hanya melolot ke arahku karena air yang aku minum muncrat ke arahnya.
"What??" Khea berteriak histeris sambil melotot ke arah Aurel.
"Lo apa-apaan sih, Ra? Jorok tau gak sih." Aurel mendengus sambil mengambil tisue untuk membersihkan sisa-sisa minumanku.
"Ya abisnya lo juga sih. Gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba ngomong mau nikah aja. Gue kan jadi kaget dengernya." Jawab ku membela diri.
"Lo serius, Rel, mau nikah?" tanya Khea serius yang kemudian dibalas anggukan oleh Aurel.
"Sama siapa?"
"Kapan?" tanya Alin dan Disa barengan dengan tenang seolah apa yang dikatakan Aurel barusan bukanlah berita yang mengejutkan.
"Sama Dave. Dua bulan lagi." Jawab Aurel lesu.
"Kok cepet banget?? Lo belum DP duluan kan??" kali ini aku yang berteriak histeris, mengundang perhatian dari pengunjung lain yang ada di cafe ini.
Pletak
Aurel menjitak kepala ku dengan sepenuh hati. Sedangkan Disa, Alin serta Khea melolot ke arah ku.
"Biasa aja dong, gak usah pake kekerasan gitu. Gue kan cuma tanya doank. Bukannya dijawab eh malah dijitak." Omel ku sambil meringis kesakitan dan mengusap-usap jidat ku yang menjadi korban kekejaman Aurel barusan.
"Makanya kalau ngomong disaring dulu jangan asal ceplos aja." Sahut Alin sambil meminum minumannya.
"Lo kira Aurel mau kredit panci pake DP segala?"
"Ya gak kredit panci juga sih, Dis yang jadi contoh. Gak elit banget. Jelas Aurel biasanya kredit pakaian dalam." Sambung Khea sambil terkekeh.
Aurel hanya memutar bola mata mendengar obrolan absurd dari kami. Dia menghela nafas sebelum memberi penjelasan kepada kami.
"Semalem keluarganya Dave kerumah gue. Lamaran gitu ceritanya."
"Kok lo gak kasih tau kita?" protes ku memotong penjelasan Aurel yang lagi-lagi berhadiah jitakan cantik di kepala ku serta plototan tajam dari Disa, Alin dan Khea.
Aku memandang mereka seolah mengatakan 'kali ini salah gue apa?'
"Dengerin dulu kalau orang ngomong tuh, jangan main potong seenaknya aja. Lo kira ini arena balap moto GP?"
Aku hanya mendengus mendengar komentar sinis dari Khea barusan.
"Lanjutin Rel. Gak usah didengerin omongan gaje Dira sama Khea. Bikin telinga panas aja." Cibir Disa yang disambut anggukan oleh Alin. Aku dan Khea memutar bola mata bosan. Kaya mereka kalau ngomong gak gaje aja. Yang tadi tuh apa? Yang bawa-bawa kredit panci sama pakaian dalam? Batin ku mengejek.
"Kemaren tuh tiba-tiba nyokab nyuruh gue ke salon buat perawatan, gue sih nurut aja orang dibayarin juga. Nah habis itu pas gue udah pulang kerumah gue disuruh mandi terus dandan yang cantik. Padahal kan gue mau diapain juga tetap cantik ya kan?" tanya Aurel seraya tersenyum lebar kearah kami.
Aku mendengus mendengar kenarsisan Aurel. Khea pura-pura muntah. Disa memutar bola mata dan Alin langsung mengelus perutnya yang buncit seraya berbisik "Jangan sampe ketularan narsisnya Aunty Aurel yah sayang."
Aurel mencebikkan bibirnya mendengar bisikan Alin lalu mulai melanjutkan ceritanya. "Awalnya sih gue bingung kenapa mama nyuruh gue gitu, tapi pas gue tanya mama cuma bilang bakal ada tamu spesial. Gue sama sekali gak curiga karena setau gue Dave masih di luar kota. Baru setelah gue keluar kamar dan ngeliat Dave serta keluarganya feeling gue jadi gak enak."
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE - Slow Update
RomanceTakdir... Aku tidak suka kata itu. Terlepas dari takdir atau tidak, Kau berada disini sekarang, Disisi ku Narendra Wirakusuma Menikah itu nasib. Mencintai itu takdir. Kau bisa berencana menikah dengan siapa. Tapi kau tak bisa rencanakan cinta mu unt...