Part 20

1.3K 124 29
                                    


Ketika kamu sudah memutuskan

untuk mempercayakan hatimu pada seseorang,

maka kamu juga harus siap untuk tersakiti.

***

"Ra, nanti anterin gue pulang ya." Teriak Aurel yang sedang berada di pantry.

"Enak aja minta anterin. Gue aja tadi berangkat dianter abang go-jek." Omel Nadira yang sedang mengetik sesuatu di laptopnya.

"Tumben, emang mobil lo kemana?"

"Dipinjam Papa, soalnya mobil Papa masuk bengkel kemaren."

"Ya udah kalau gitu nanti kita pulangnya barengan aja. Naik go-car biar lebih murah." Kata Aurel yang kini sudah ada disamping Nadira. Ia meletakkan teh yang baru saja dibuatnya dan duduk di depan Nadira.

Ponsel Nadira yang berada di samping laptop berbunyi, menandakan ada sebuah pesan masuk. Ia mengabaikan usulan Aurel dan lebih memilih untuk memeriksa pesan yang baru saja masuk.

"Gue gak bisa, lo nebeng Khea coba kalau dia bawa mobil." Kata Nadira setelah membalas pesan tadi. Ia meletakkan kembali ponselnya di atas meja dan melanjutkan pekerjaannya.

"Ogah gue antar Aurel mah. Jelas rumah kami beda arah." Timpal Khea yang baru saja keluar dari ruangannya dan ikut bergabung dengan Aurel dan Nadira.

"Emang lo mau kemana, Ra? Tumben banget nolak gue ajak pulang bareng." Tanya Aurel penasaran sambil menyesap tehnya yang masih panas.

"Gue dijemput." Jawab Nadira singkat tanpa menghentikan aktifitasnya.

"Sama siapa? Nadine? Emang dia gak pergi bulan madu?" Tanya Khea sambil mencomot keripik singkong yang berada di atas meja. "Mau banget dia jemput-jemput lo segala."

"Bukan, tapi Pak Rendra."

Khea menghentikan gerakan tangannya, mengurungkan niat untuk memasukkan keripik singkong yang dipegangnya ke dalam mulut ketika mendengar jawaban Nadira. Aurel juga langsung meletakkan kembali cangkir tehnya ke atas meja dan mulai menatap Nadira penasaran.

"Lagi pada ngomongin apaan nih, kok muka kalian kelihatan serius banget gitu?" tanya Alin yang tiba-tiba muncul entah dari mana.

Nadira mengalihkan tatapannya dari layar laptop dan menatap sahabatnya. Ia bingung ketika menemukan Aurel dan Khea yang sedang menatapnya dengan raut wajah serius. "Kalian kenapa? Kok kaya gitu banget liatin guenya?" ia ganti menatap Alin untuk meminta jawaban, namun Alin hanya menaikkan bahu tanda ia juga tidak mengerti.

"Rel," Panggil Khea tiba-tiba, membuat Aurel mengalihkan tatapannya pada Khea yang duduk di sebelahnya. "Gue punya temen nih ya, dia udah jadian sama cowok tapi gak bilang-bilang gitu. Parah banget 'kan?"

Aurel awalnya bingung dengan curhatan Khea yang menurutnya tiba-tiba dan melenceng jauh dari topik pembahasan. Tapi langsung mengerti ketika melihat Khea melirik Nadira sekilas.

"Iya, Khe, gue juga punya temen yang kaya gitu." Aurel menganggukkan kepalanya antusias dan menggeser posisi duduknya agar lebih dekat dengan Khea. "Malahan nih ya, bukannya cerita tapi tiba-tiba udah mau pulang bareng aja gitu." Aurel melirik Nadira sinis.

"Kalian ngomongin apa sih? Kok gue gagal paham." Tanya Alin yang masih belum mengerti dengan apa yang terjadi. "Siapa yang kalian maksud itu sebenernya?" tanyanya lagi pada Khea dan Aurel.

Khea mengabaikan pertanyaan Alin, ia justru sibuk melotot pada Nadira yang memasang tampang tak bersalah. Aurel menaikkan bahu acuh, sama sekali tak berniat memberi jawaban yang diinginkan oleh Alin.

FATE - Slow UpdateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang