IX

1.6K 106 11
                                    

Mereka bertiga jalan bersama. Jalal dan Bella duduk di depan sedangkan Jodha duduk di belakang. Jodha makin kesal  karena dia seperti obat nyamuk. Tidak dianggap sama sekali.

Tak berapa lama mereka tiba di tempat wisata kota Sikkim. Jodha pamit ke Jalal untuk jalan-jalan sendiri.

"Jalal. Aku akan berbelanja sendiri. Mungkin sampai sore. Jadi, aku nanti pulang sendiri."

Jalal menghampiri Jodha dan memegang pundaknya.

"Kamu jangan pulang sendiri. Kita pulang bersama. OK."

Jalal memegang kepala Jodha dan mencium keningnya.

"Ini untuk rasa terima kasihku padamu."

Jalal mencium kedua pipi Jodha.

"Ini untuk pertemanan kita."

Setelah itu, Jalal meninggalkan Jodha yang terdiam dan menggandeng tangan Bella.

Jodha memegang keningnya. Dia merasakan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Ada apa denganku? Kenapa aku seperti ini?"

Tanpa terasa Jodha melangkahkan kakinya mengikuti Jalal. Diurungkannya untuk belanja. Entah mengapa dia lebih memilih mengikuti pria itu.

Jalal dan Bella sedang berjalan-jalan di kuil. Mereka melihat-lihat kuil yang bangunannya sangat indah. Mereka berjalan ke taman yang berada di dekat kuil.

Jodha masih mengikuti dengan berjalan di belakang mereka dengan jarak yang agak jauh. Bella dan Jalal tersenyum bahagia. Tangan Bella bergelayut manja di lengan Jalal.

Setelah agak letih berjalan-jalan, mereka berdua duduk di kursi panjang. Mereka berdua berbicara dengan mesra. Jalal mulai mendekati Bella dan mencoba untuk menciumnya.

Di seberang mereka, tepatnya di tengah jalan, Jodha berdiri melihat mereka. Dari kejauhan ada sebuah mobil yang melaju kencang. Si supir membunyikan klaksonnya untuk memperingatkan Jodha yang tidak sadar bila berada di tengah jalan.

Jodha masih sibuk dengan khayalannya tentang Jalal. Dia sama sekali tidak mendengar suara klakson. Jalal yang mendengar suara klakson yang begitu kencang langsung menghentikan aksinya untuk mencium Bella. Dia melihat Jodha yang berdiri diam di tengah jalan melihat ke arahnya.

Dengan cepat Jalal berdiri dan meninggalkan Bella yang masih tercengang karena Jalal tidak jadi menciumnya.

Jalal berlari menghampiri Jodha dan berteriak.

"Jodha ... AWAS!"

Suara klakson semakin terdengar jelas membuyarkan lamunan Jodha. Dia panik karena mobil itu sudah semakin dekat dengan dirinya. Kakinya langsung lemas dan memejamkan matanya. Dengan sigap Jalal menarik tubuh Jodha menuju ke tepi jalan.

Jodha masih menutup matanya karena takut. Tubuhnya gemetar. Jalal memegang bahu Jodha dan mengguncangkannya. Jodha membuka matanya dan melihat Jalal ada di hadapannya dengan mata tajam penuh amarah.

"Apa yang kau lakukan, Jodha! Apa kau tidak mendengar suara klakson, Hah! Kau bisa mati bila aku tidak menolongmu."
Jalal membentak Jodha.

Jodha masih shock dan panik. Dia tidak mampu berkata. Bibirnya bergetar.

"Jodha, kau mendengarku?" Jalal kembali membentaknya.

"I ... iya Jalal. Aku mendengarmu."

"Kau kenapa? bukannya kau bilang akan berbelanja. Kenapa masih disini?"

Jalal berkata lembut karena cemas dengan Jodha yang wajahnya terlihat pucat.

"A ... aku mengikutimu."

"Untuk apa kau mengikutiku? Katakan padaku."

Jodha semakin gugup. dia tidak tahu harus menjawab apa. Dia belum pernah melihat Jalal marah seperti ini. Matanya berkaca-kaca.

"Jalal, tolong antarkan aku ke hotel. Aku tidak enak badan. Please ...."

"Baiklah. Aku antar kamu ke hotel sekarang. Ayo."

Jalal membawa Jodha ke mobil diiringi dengan Bella yang masih bingung.

Di dalam mobil, mereka bertiga diam. Jodha menundukkan wajahnya. Dia tidak berani menatap Jalal. Sedangkan Jalal sesekali melirik Jodha dari kaca depan. Jalal masih marah dengan tindakan Jodha yang teledor.

Begitu sampai di hotel, Jodha langsung keluar dari mobil tanpa menoleh. Jalal semakin bingung dengan sikap Jodha. Jalal akhirnya mengantar Bella ke kamarnya.

Jodha berlari menuju kamarnya. Dia menutup dan mengunci pintunya. Dia merebahkan tubuhnya di ranjang. Jodha kembali memikirkan kejadian itu.

"Kenapa aku bisa seceroboh itu. Ada apa denganku?"
Jodha berusaha untuk memejamkan matanya.

μμμμμμμ

Jalal sedang berdiri di samping kolam renang belakang hotel. Sampai malam ini, Jodha belum menampakkan dirinya. Jalal masih ingin mendengar penjelasan darinya. Dia berpikir keras tentang kejadian tadi.

Ada seseorang yang menepuk pundaknya. Jalal kaget dan menoleh.

"Kau."

"Apa yang kaulakukan disini?" tanya Bella.

Jalal kembali menatap lurus kedepan.

"Ada yang ingin aku bicarakan denganmu."

"Katakanlah."

"Aku ingin mengakhiri hubungan kita. Aku mau kita putus, Bella."

"Apa maksudmu? Kita baru saja jadian." Bella kaget sekaligus heran.

"Aku tidak mencintaimu, Bella. Lebih baik kita putus."

"Apa? Jadi, kamu cuma mempermainkanku saja. Dasar playboy."

Plak ...

Sebuah tamparan mendarat di pipi Jalal. Bella berlari sambil menangis menuju kamarnya. Sedangkan Jalal memegang pipinya yang sakit.

"Sial! Ada apa denganku? Aku tidak pernah seperti ini sebelumnya. Ini semua karena Jodha."

Jalal menggerutu sambil mengusap pipinya yang memerah.

Tanpa Jalal sadari, ada seseorang yang mengintipnya dari tadi. Orang itu bertepuk tangan.

Jalal menoleh dan kaget melihat orang itu.

"Kau?"

TRUE LOVE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang