Jalal masih menunggu jawaban Jodha dengan tatapan intimidasinya."Aku minta maaf karena aku ..."
"Apa karena dia? Tunanganmu?" Jalal memotong perkataan Jodha.
Apakah Jodha harus mengatakan yang sebenarnya atau Surya yang akan dia jadikan alasan?
"Maafkan aku, Jalal. Aku tidak bisa meninggalkannya." Jodha menunduk. Dadanya terasa sakit mengatakannya.
Jalal yakin memang itu jawaban Jodha, tapi tetap saja dia terkejut."Sudah kuduga." Jalal tersenyum miris.
Jodha mendongak. Melihat Jalal yang begitu terluka atas jawabannya.
"Aku sudah mengorbankan harga diriku di depan semua orang untuk membuktikan rasa cintaku padamu, tapi bahkan dirimu tidak mau berkorban sedikit saja untukku." Jalal berdiri dari duduknya dan menuju ke jendela kaca yang ada disamping sofa. Jodha tertohok mendengar ucapan Jalal.
"Selama 6 bulan aku berusaha untuk menahan rasa rinduku demi mencapai impianku. Namun, ini jawaban darimu." Jalal sekali lagi tersenyum untuk mengejek dirinya sendiri.
Jodha mencoba menahan air matanya. Ingin sekali dia memeluk Jalal. Mengatakan semuanya, tapi nyawa anak-anak lebih penting.
"Atau kau ingin balas dendam padaku, Jodha?" Jalal membalikkan tubuhnya dan kembali menatap Jodha.
"Apa maksudmu?" Jodha berdiri dari duduknya.
Jalal perlahan mendekat.
"Kau balas dendam padaku karena aku seorang playboy yang selalu menyakiti hati wanita dan kau ingin aku juga merasakan sakit hati. Benarkan?"
Jodha terdiam. Jarak mereka begitu dekat. Jodha harus menahan nafasnya. Dengan jarak sedekat ini, membuat Jodha salah tingkah. Apalagi setelah 6 bulan berlalu, Jalal semakin bertambah tampan.
Iisssh ... Kenapa disaat seperti ini malah mengagumi ketampanan Jalal.
"Kalau kau melakukannya karena balas dendam. Selamat, Jodha. Kau sudah berhasil membuatku sakit hati." Jalal mengucapkannya dengan mata penuh amarah. Jodha memejamkan mata.
"Aku benci kamu. Sangat membencimu."
Jodha membuka matanya. Kata-kata itu begitu menyesakkan dadanya. Hanya tiga kata yang membuat tubuhnya lemas seketika.
Setelah mengatakan itu, Jalal pergi dari hadapan Jodha. Kemudian dia berhenti.
"Oh iya, aku lupa memberikan ini padamu." Jalal mengeluarkan kotak panjang kecil beludru lalu menaruhnya di meja.
"Ini adalah gelang kaki kepunyaan nenek. Dia menyuruhku menyerahkan ini padamu."
"Bagaimana keadaan nenek. Dia sehat kan?"
"Nenek sudah meninggal. Dia menitipkan gelang ini padaku untuk diberikan padamu."
Ya tuhan.
Jodha menutup mulutnya. Dia tak percaya dengan berita ini. Jodha tak bisa lagi menahan air matanya.
"Kenapa dengan nenek?"
"Nenek terjatuh di kamar mandi dan mengenai sarafnya. Satu hari sesudahnya, nenek menghembuskan nafas terakhirnya." Jalal ikut meneteskan air matanya.
"Kalau bukan karena amanah nenek dan ibu yang menyuruhku untuk menemuimu. Aku enggan datang kesini karena hanya akan membuat hatiku hancur."
Tanpa menoleh lagi, Jalal pergi meninggalkan Jodha yang masih menangis. Bahkan untuk mengucapkan selamat tinggal saja, dia tidak sanggup. Meskipun tubuhnya pergi dari yayasan ini, tapi separuh hatinya masih tertinggal disini. Separuh hatinya masih milik Jodha.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRUE LOVE (End)
FanfictionJALALUDDIN ASHWANI, sang Cassanova penakluk wanita. Tidak ada wanita yang tak tertarik dengan wajah rupawan dan kekayaan yang dia miliki. Dia gemar berpetualang cinta dengan mengencani mereka. Setelah puas, dia akan mencampakkan mereka dan mencari y...