XXVI

1.8K 113 30
                                    

Halo....
Jalal si Cassanova balik again😊
Maafin emak ye, karena udah lama semedi dan menggantungkan cerita ini. Maklum saja, pekerjaan di dunia nyata lagi banyak Cyin... hehe...
tapi, emak udah kembali.
siapa yg kangen?☺☺☺

Semoga mood menulisku tetap lancar hingga bisa namatin ff ini. Aamiin...

udah gak sabar cerita ini untuk segera ending. Biar emak bisa nulis cerita lain.

Maaf juga kalau part ini sedikit. Karena emak masih kaku nulis lagi setelah sekian lama bersemedi...

Cus... silakan dibaca dan jangan lupa komentnya yaaaaa....







👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇






















Hari ini Pratap Singhania berada di pengadilan atas kasus yang dilakukannya. Beberapa bukti dan saksi telah dihadirkan.

Jodha dan Jalal juga hadir dalam sidang tersebut. Jodha menjadi saksi mewakili pihak panti untuk memberikan keterangan tentang teror yang didalangi oleh pratap. Surya juga datang bersama pengacaranya.

Awalnya Jodha takut memberi kesaksian, tapi Jalal memberinya ssmangat dan dukungan. Pria itu setia berada di sisi Jodha untuk memberinya ketenangan.

Sidang berlangsung selama kurang lebih dua jam. Selama persidangan berlangsung, Pandangan Pratap penuh benci pada Jalal. Pria itu tidak terima melihat Jalal bahagia diatas penderitaan putrinya.

Di akhir persidangan, hakim memutuskan untuk melanjutkan sidang dua minggu lagi dengan agenda kasus korupsi. Pratap dibawa oleh dua petugas kepolisian.

Mereka berjalan keluar ruang sidang. Saat Pratap akan berjalan melewati Jalal, dia berhenti.

"Kau terlihat bahagia, Jalal?" tanya Pratap.

"Tentu saja. Kejahatanmu sudah terungkap dan kau akan membayar semua perbuatanmu."

"Jangan senang dahulu. Selama aku hidup, tidak akan kubiarkan kau hidup bahagia di atas penderitaan putriku. Karena kau, Benazir harus dimasukkan ke rumah sakit jiwa. Dia depresi karena kau tinggalkan!"

Pratap mengatakannya dengan penuh amarah. Jodha dan Jalal terkejut mendengar berita itu.

"Apa? Rumah sakit jiwa?"

"Kau bahkan tidak tahu, bukan? Kasihan putriku. Mencintai pria yang tidak mempedulikannya?"

"Ayo. Waktumu sudah habis." Salah seorang petugas menarik Pratap agar segera menuju mobil polisi.

Baru beberapa langkah mereka berjalan, Pratap menyambar pistol salah satu petugas lalu berbalik mengarahkan senjata itu ke arah Jalal.

Dor ....

Suara letusan peluru menguar di udara. Kejadian itu terjadi dengan sangat cepat hingga petugas lengah. Meskipun tangan Pratap diborgol, dia masih bisa menembak.

"Matilah kau, Jalal!"

"Jalal!"

Jodha berteriak saat Jalal jatuh terjerembab ke belakang. Kemeja putih yang Jalal pakai bersimbah darah.

Suasana menjadi gaduh. Dua orang petugas polisi langsung mengamankan Pratap. Pria itu melawan, tapi dengan sigap polisi memukulnya dan mengambil pistol yang masih dipegang Pratap.

TRUE LOVE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang