XXII

1.7K 127 29
                                    


Jalal mengantar Jodha ke yayasan dengan mobilnya, padahal jarak antara rumah Jodha dan yayasan cukup dekat. Karena hujan deras, dia malas untuk berjalan kaki.

"Terima kasih," ucap Jodha. Saat dia akan membuka pintu, gerakannya terhenti karena ucapan Jalal.

"Jodha, tentang ciuman tadi, sebaiknya lupakan saja. Anggap tidak pernah terjadi. Itu karena aku terbawa suasana saja," ucap Jalal datar.

Rasanya seperti setelah diterbangkan ke langit lalu dihembaskan ke bumi dengan kasar.

"Baiklah. Akan kulupakan." Jodha keluar dan menutup pintu mobil dengan kasar.

"Sial! Apa yang sudah kulakukan?" Jalal memukul setirnya dengan kasar dan mulai melajukan mobilnya membelah hujan yang begitu deras. Dia pulang dengan perasaan yang tak karuan.

Jodha berlari masuk ke dalam. Hatinya benar-benar kacau.

"Keterlaluan! Setelah menciumku, lalu menyuruhku untuk melupakannya. Terbuat dari apa hatimu? Dasar bunglon!" Jodha mengusap air matanya.

¥¥¥¥¥¥¥

Seminggu setelah kejadian itu, Jalal tidak pernah bertemu lagi dengan Jodha. Kata-kata yang dia ucapkan ke Jodha agar melupakan ciuman itu justru berbalik padanya. Tiap detik Jalal selalu mengingatnya. Dia memang munafik. Dia mengatakan membenci Jodha, tapi justru dia yang semakin tidak bisa melupakannya.

Seperti saat ini, di ruang kerjanya. Dia duduk termenung sambil memegang bibirnya. Teringat kembali rasa manisnya bibir Jodha dan tersenyum bila mengingatnya.

"Jodha. Apa yang sudah kau lakukan padaku sampai aku tidak bisa melupakanmu?" gumamnya.

Saat asyik melamun, interkomnya berbunyi.

"Maaf pak Jalal, ada seseorang yang ingin bertemu anda."

"Siapa?"

"Namanya Pak Surya."

"Surya?" Jalal mengernyitkan dahinya.

"Baiklah. Persilakan masuk."

"Baik."

Jalal kembali memeriksa berkas yang tidak dia jamah sama sekali. Ada suara ketukan pintu dan Rekha mempersilahkan Surya masuk.

Jalal mendongak dan terkejut dengan kedatangan Surya, tunangan Jodha.

"Apa kabar, Jalal?" Surya bersalaman dengannya.

Jalal berdiri lalu menjabat tangan Surya.

"Baik. Silahkan duduk," jawab Jalal ramah. Surya duduk di depan meja kerja Jalal.

"Ada keperluan apa, anda datang kemari?"

"Sebelumnya aku minta maaf karena mengganggu jam kerjamu. Aku ingin menjelaskan tentang Jodha."

Jalal mengangkat alisnya sebelah.

"Kenapa dengan Jodha? Apa kau sudah tahu?"

"Tentu saja."

Jalal terkejut, tapi dengan cepat wajahnya kembali datar.

"Apalagi yang perlu dijelaskan? Semua sudah jelas bagiku."

"Kamu salah paham dan tidak tahu apa alasan Jodha hingga dia tidak datang dan memenuhi janjinya." Jalal makin penasaran.

"Alasan apalagi? Dia tidak bisa meninggalkanmu, bukan?" ucap Jalal sinis.

"Kamu salah. Jodha tidak bisa menemuimu karena dia diancam oleh seseorang."

"Diancam? Apa maksudmu?"

TRUE LOVE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang